Bekasi (ANTARA News Megapolitan) - Pemerintah Kota (Pemkot) Bekasi, Jawa Barat menjanjikan pembangunan sekolah khusus bagi penyandang disabilitas sebagai tahapan realisasi sekolah inklusi di wilayahnya.
"Niat ini sudah disampaikan kepada Menteri Sosial dan direspon positif," ujar Wali Kota Bekasi, Rahmat Effendi di Bekasi, Senin.
Gagasan tersebut disampaikannya usai menghadiri peringatan Hari Disabilitas Internasional 2018.
Menurutnya sekolah disabilitas akan menempati eks bangunan yang kini terimbas penggabungan sekolah negeri di Kecamatan Bekasi Utara.
"Kebetulan ada eks gedung sekolah yang terimbas `regrouping`. Jadi daripada dibuat untuk SMP, lebih baik diperuntukkan bagi sekolah disabilitas ini," ujarnya.
Pihaknya akan memugar bangunan tersebut sehingga ramah bagi penyandang disabilitas yang akan menjalani pendidikan.
"Semua akan terintegrasi dari berbagai tingkat pendidikan. Penyempurnaan fisik bangunan sekolahnya akan didampingi dari Kementerian Sosial, tapi atas pendanaan pemerintah daerah," katanya.
Ketua Dewan Pertimbangan Persatuan Penyandang Disabilitas Indonesia Siswadi menyambut antusias gagasan itu.
"Kehadiran sekolah itu mudah-mudahan nantinya bisa menjadi rujukan juga pencetak tenaga pengajar yang akan bertugas di sekolah-sekolah inklusi," ujarnya.
Ia mengatakan hingga saat ini keberadaan Sekolah Luar Biasa maupun sekolah inklusi yang bisa diakses penyandang disabilitas masih minim.
Mengutip data hasil survey yang dilakukan Kelompok Kerja Disabilitas pada kurun 2015, dari 21 juta penyandang disabilitas di Indonesia, hanya 12 persen di antaranya yang bersekolah.
"Angkanya minim karena sekolahnya pun masih sedikit jumlahnya," tambahnya.
Siswadi menyebutkan di seluruh Indonesia, ada sekitar 2.000 Sekolah Luar Biasa, namun hanya sepertiganya dari jumlah kecamatan di Indonesia yang mencapai 7.000 wilayah.
"Itu berarti, dari tiga kecamatan, hanya ada satu SLB. Sulitnya akses dikarenakan jarak yang cukup jauh itu membuat penyandang disabilitas akan kesulitan menjangkaunya," lanjutnya.
Ia menambahkan, peningkatan persentase penyandang disabilitas yang menjalani bangku sekolah terdongkrak cukup signifikan berkat kehadiran 4.000 sekolah inklusi di Indonesia hingga saat ini.
"Jadi sebelum kehadiran sekolah inklusi, persentase penyandang disabilitas yang bersekolah ini hanya berkisar tiga persen. Tapi tetap saja jumlah sekolah inklusi ini masih perlu lebih banyak lagi," katanya.
Oleh karena itu, besar harapan pada sekolah disabilitas yang nantinya dibangun Pemkot Bekasi bisa menjadi rujukan juga pencetak tenaga pengajar yang akan mengabdi di sekolah inklusi.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2018
"Niat ini sudah disampaikan kepada Menteri Sosial dan direspon positif," ujar Wali Kota Bekasi, Rahmat Effendi di Bekasi, Senin.
Gagasan tersebut disampaikannya usai menghadiri peringatan Hari Disabilitas Internasional 2018.
Menurutnya sekolah disabilitas akan menempati eks bangunan yang kini terimbas penggabungan sekolah negeri di Kecamatan Bekasi Utara.
"Kebetulan ada eks gedung sekolah yang terimbas `regrouping`. Jadi daripada dibuat untuk SMP, lebih baik diperuntukkan bagi sekolah disabilitas ini," ujarnya.
Pihaknya akan memugar bangunan tersebut sehingga ramah bagi penyandang disabilitas yang akan menjalani pendidikan.
"Semua akan terintegrasi dari berbagai tingkat pendidikan. Penyempurnaan fisik bangunan sekolahnya akan didampingi dari Kementerian Sosial, tapi atas pendanaan pemerintah daerah," katanya.
Ketua Dewan Pertimbangan Persatuan Penyandang Disabilitas Indonesia Siswadi menyambut antusias gagasan itu.
"Kehadiran sekolah itu mudah-mudahan nantinya bisa menjadi rujukan juga pencetak tenaga pengajar yang akan bertugas di sekolah-sekolah inklusi," ujarnya.
Ia mengatakan hingga saat ini keberadaan Sekolah Luar Biasa maupun sekolah inklusi yang bisa diakses penyandang disabilitas masih minim.
Mengutip data hasil survey yang dilakukan Kelompok Kerja Disabilitas pada kurun 2015, dari 21 juta penyandang disabilitas di Indonesia, hanya 12 persen di antaranya yang bersekolah.
"Angkanya minim karena sekolahnya pun masih sedikit jumlahnya," tambahnya.
Siswadi menyebutkan di seluruh Indonesia, ada sekitar 2.000 Sekolah Luar Biasa, namun hanya sepertiganya dari jumlah kecamatan di Indonesia yang mencapai 7.000 wilayah.
"Itu berarti, dari tiga kecamatan, hanya ada satu SLB. Sulitnya akses dikarenakan jarak yang cukup jauh itu membuat penyandang disabilitas akan kesulitan menjangkaunya," lanjutnya.
Ia menambahkan, peningkatan persentase penyandang disabilitas yang menjalani bangku sekolah terdongkrak cukup signifikan berkat kehadiran 4.000 sekolah inklusi di Indonesia hingga saat ini.
"Jadi sebelum kehadiran sekolah inklusi, persentase penyandang disabilitas yang bersekolah ini hanya berkisar tiga persen. Tapi tetap saja jumlah sekolah inklusi ini masih perlu lebih banyak lagi," katanya.
Oleh karena itu, besar harapan pada sekolah disabilitas yang nantinya dibangun Pemkot Bekasi bisa menjadi rujukan juga pencetak tenaga pengajar yang akan mengabdi di sekolah inklusi.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2018