Canberra, Australia (Antaranews Megapolitan/Xinhua-OANA) - Jumlah ikan lumba-lumba di Pelabuhan Darwin di Northern Territory (NT), Australia, telah berkurang sampai separuh sejak 2011, kata seorang ahli terkemuka.
Carol Palmer, ilmuwan senior di Departemen Lingkungan Hidup NT, telah mengamati penurunan tetap jumlah ikan lumba-lumba di Pelabuhan Darwin sejak 2011.
Pelabuhan tersebut adalah habitat bagi tiga spesies ikan lumba-lumba kecil di pantai tropis; lumba-lumba snubfin Australia --yang nyaris terancam, humpback Australia dan bottlenose pantai.
"Mengenai ikan lumba-lumba humpback Australia, yang datanya paling banyak kami peroleh, mereka paling sering terlihat di dalam Pelabuhan Darwin, dan populasinya telah merosot dari sebanyak pertengahan 40-an, jadi 20-an," kata Palmer kepada Australian Broadcasting Corporation (ABC) pada Jumat (30/11).
Di wilayah Darwin yang lebih luas, populasi humpback telah anjlok dari 88 pada 2011 jadi 50 pada 2017.
Populasi ikan lumba-lumba bottlenose telah merosot dari 28 jadi 23 dan populasi lumba-lumba snubfin dari 32 jadi 24.
Palmer, sebagaimana dilaporkan Xinhua --yang dipantau Antara di Jakarta, Sabtu pagi, mengidentifikasi perubahan iklim dan peningkatan suara di bawah air, sebagai kemungkinan penyebab berkurangnya populasi ikan lumba-lumba. Hewan tersebut memiliki kepekaan tinggi terhadap suara.
"Peningkatan suara di bawah air, ketersediaan mangsa, dan sejumlah masalah yang berkaitan dengan perubahan iklim (menjadi penyebabnya," kata wanita ilmuwan itu.
"Pada 2016, kami mencatat temperatur permukaan laut yang paling tinggi di Pelabuhan Darwin, dan seluruh Northern Australia, dan kami mengetahui dari kegiatan yang dilakukan di luar negeri yang dapat mempengaruhi perkembang-biakan ikan serta ketersediaan mangsa," katanya.
"Dan kami tidak sepenuhnya memahami pengaruh pelayaran serta seluruh kegiatan," kata Palmer.
Penerjemah: Chaidar.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2018
Carol Palmer, ilmuwan senior di Departemen Lingkungan Hidup NT, telah mengamati penurunan tetap jumlah ikan lumba-lumba di Pelabuhan Darwin sejak 2011.
Pelabuhan tersebut adalah habitat bagi tiga spesies ikan lumba-lumba kecil di pantai tropis; lumba-lumba snubfin Australia --yang nyaris terancam, humpback Australia dan bottlenose pantai.
"Mengenai ikan lumba-lumba humpback Australia, yang datanya paling banyak kami peroleh, mereka paling sering terlihat di dalam Pelabuhan Darwin, dan populasinya telah merosot dari sebanyak pertengahan 40-an, jadi 20-an," kata Palmer kepada Australian Broadcasting Corporation (ABC) pada Jumat (30/11).
Di wilayah Darwin yang lebih luas, populasi humpback telah anjlok dari 88 pada 2011 jadi 50 pada 2017.
Populasi ikan lumba-lumba bottlenose telah merosot dari 28 jadi 23 dan populasi lumba-lumba snubfin dari 32 jadi 24.
Palmer, sebagaimana dilaporkan Xinhua --yang dipantau Antara di Jakarta, Sabtu pagi, mengidentifikasi perubahan iklim dan peningkatan suara di bawah air, sebagai kemungkinan penyebab berkurangnya populasi ikan lumba-lumba. Hewan tersebut memiliki kepekaan tinggi terhadap suara.
"Peningkatan suara di bawah air, ketersediaan mangsa, dan sejumlah masalah yang berkaitan dengan perubahan iklim (menjadi penyebabnya," kata wanita ilmuwan itu.
"Pada 2016, kami mencatat temperatur permukaan laut yang paling tinggi di Pelabuhan Darwin, dan seluruh Northern Australia, dan kami mengetahui dari kegiatan yang dilakukan di luar negeri yang dapat mempengaruhi perkembang-biakan ikan serta ketersediaan mangsa," katanya.
"Dan kami tidak sepenuhnya memahami pengaruh pelayaran serta seluruh kegiatan," kata Palmer.
Penerjemah: Chaidar.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2018