Sukabumi (Antaranews Megapolitan) - Budidaya unggas jenis?entog atau istilah lain dalam Bahasa Sunda adalah manila yang dilakukan warga Kampung Parungseah, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat mampu meningkatkan pertumbuhan ekonomi warga sekitar.
"Daging entog ini banyak dicari seperti untuk pasokan ke lokasi wisata kuliner maupun angkringan, sehingga budidaya atau beternak unggas ini bisa membantu perekonomian warga," kata peternak entog di RT 04/07, Desa Parungseah, Kecamatan Sukabumi, Rahmat di Sukabumi, Jumat.
Budidaya entog ini sudah dilakoninya sekitar 10 tahun yang lalu untuk pengembangbiakannya pun tidak terlalu sulit asalkan asupan makanan untuk unggas ini memiliki protein tinggi maka entog berusia 2,5 bulan dengan ukuran berat badannya 1,7 kilogram sudah bisa dipanen.
Sekali panen, ia bisa menjual sedikitnya 100 hingga 150 ekor?dengan harga setiap ekornya Rp37 ribu hingga Rp38 ribu. Untuk pemasarannya pun dirinya tidak terlalu sulit karena sudah ada langganan yang menunggunya sehingga tidak bingung lagi menjualnya.
Rata-rata konsumennya merupakan pedagang bebek goreng di sekitar wilayah Sukabumi, bahkan permintaan pun datang dari berbagai daerah seperti Bogor. Namun belum bisa menyanggupinya karena lahan peternakannya hanya sekitar 300 meter persegi.
"Bisnis entog ini bisa menjadi peluang bagi para warga, apalagi sekarang sudah jarang warga yang beternak entog maka dari itu saya kerap mengajak rekan maupun keluarga untuk terus mengembangkan budidaya unggas ini," tambahnya.
Sementara itu, Wakil Bupati Sukabumi Adjo Sardjono mengatakan Pemkab Sukabumi terus menggenjot ekonomi kerakyatan agar masyarakat tidak lagi mengandalkan bekerja di pabrik atau perusahaan.
Apalagi, Kabupaten Sukabumi mempunyai sumber daya alam yang baik sehingga bisa dikolaborasikan antara wisata alam dengan kuliner yang pastinya membutuhkan berbagai pasokan bahan makanan.
"Kami siap membantu masyarakat yang membutuhkan modal untuk peningkatan usaha, asalkan usahanya tersebut jelas dan benar-benar ada," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2018