Bogor, (Antaranews Megapolitan) - Peneliti dan praktisi berkumpul membahas kegaduhan jagung yang terjadi beberapa hari ini dan mencari solusi dalam kelompok diskusi terarah atau FGD yang diselenggarakan oleh Forum Logistik dan Peternakan Indonesia (FLPI) di Kampus IPB Dramaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Rabu.
Diskusi mengangkat tema `Peran sistem logistik jagung dalam penyediaan bahan baku pakan nasional` menghadirkan narasumber dari kalangan akademisi, praktisi (peternak, pelaku usaha, dan petani jagung) serta unsur pemerintahan.
"Forum ini tempat curhat, penting untuk mengundang aspirasi dari para pelaku usaha, akademisi, dan pemerintahan," kata Prof Luki Abdullah, selaku Ketua FLPI.
Menurutnya diskusi ini bertujuan untuk mendapatkan informasi sebanyak-banyaknya dari pemangku kepentingan terkait persoalan jagung, khususnya berkaitan dengan logistik.
"Output kegiatan ini bisa semacam rekomendasi kepada stakeholders terkait, yang berkecimpung dalam jagung khususnya logistik," tambahnya.
Sejumlah pembicara yang hadir di antaranya Sekjen Dewan Jagung Nasional (DJN) Maxdeyul Sola, memaparkan tentang konsep kebijakan `supply chain` jagung lokal dan implikasinya.
Berikutnya, Sudirman selaku Board of Advisor Gabungan Pengusaha Makanan Ternak (GPMT) memaparkan tentang penggunaan bahan baku pakan (jagung) impor dan lokal.
Dosen Fakultas Ekonomi Manajemen IPB Dr Sahara yang juga Ketua Departemen Ilmu Ekonomi, ini memaparkan tentang sistem logistik jagung dan perspektif ekonomi makro. Dan pembicara berikutnya Dosen Fakultas Teknologi Pertanian IPB, Dengan Edy Hartulistiyoso membahas tentang model logistik jagung sebagai bahan baku pakan nasional.
Para peserta diskusi terdiri atas praktisi, stakeholder terkait, hadir perwakilan Bappenas bidang peternakan.
Dalam diskusi tersebut dipaparkan bahwa jagung merupakan komponen utama dalam industri pakan, komposisinya pada pakan unggas mencapai 50 hingga 55 persen.
Sejak 2016 pemerintah mengurangi impor jagung, bahkan 2018 menyetop total impor jagung untuk pakan ternak.
Perusahaan dalam negeri yang diharapkan membeli jagung dalam negeri justru mengganti jagung dengan gandum.
Harapan pemerintah agar terjadi penghematan devisa dari penurunan impor jagung senilai 448,3 juta dolar AS justru jauh lebih kecil dari tambahan deviasi yang terkuras untuk impor gandum pakan sebanyak 479,5 juta dolar AS.
Kondisi menyebabkan tingginya harga pakan yang berdampak pada harga daging dan telur ayam.
Luki menambahkan, FLPI sebagai wadah bersama akademisi, bisnis, pemerintah dan komunitas peternak memfasilitasi para stakeholder untuk memberikan sulusi nyata dengan berfokus pada logistik jagung.
"Luaran lainnya diskusi ini sebagai sistem pengembangan pengetahuan untuk SDM logistik jagung nasional sebagai bahan baku pakan," lanjutnya.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2018
Diskusi mengangkat tema `Peran sistem logistik jagung dalam penyediaan bahan baku pakan nasional` menghadirkan narasumber dari kalangan akademisi, praktisi (peternak, pelaku usaha, dan petani jagung) serta unsur pemerintahan.
"Forum ini tempat curhat, penting untuk mengundang aspirasi dari para pelaku usaha, akademisi, dan pemerintahan," kata Prof Luki Abdullah, selaku Ketua FLPI.
Menurutnya diskusi ini bertujuan untuk mendapatkan informasi sebanyak-banyaknya dari pemangku kepentingan terkait persoalan jagung, khususnya berkaitan dengan logistik.
"Output kegiatan ini bisa semacam rekomendasi kepada stakeholders terkait, yang berkecimpung dalam jagung khususnya logistik," tambahnya.
Sejumlah pembicara yang hadir di antaranya Sekjen Dewan Jagung Nasional (DJN) Maxdeyul Sola, memaparkan tentang konsep kebijakan `supply chain` jagung lokal dan implikasinya.
Berikutnya, Sudirman selaku Board of Advisor Gabungan Pengusaha Makanan Ternak (GPMT) memaparkan tentang penggunaan bahan baku pakan (jagung) impor dan lokal.
Dosen Fakultas Ekonomi Manajemen IPB Dr Sahara yang juga Ketua Departemen Ilmu Ekonomi, ini memaparkan tentang sistem logistik jagung dan perspektif ekonomi makro. Dan pembicara berikutnya Dosen Fakultas Teknologi Pertanian IPB, Dengan Edy Hartulistiyoso membahas tentang model logistik jagung sebagai bahan baku pakan nasional.
Para peserta diskusi terdiri atas praktisi, stakeholder terkait, hadir perwakilan Bappenas bidang peternakan.
Dalam diskusi tersebut dipaparkan bahwa jagung merupakan komponen utama dalam industri pakan, komposisinya pada pakan unggas mencapai 50 hingga 55 persen.
Sejak 2016 pemerintah mengurangi impor jagung, bahkan 2018 menyetop total impor jagung untuk pakan ternak.
Perusahaan dalam negeri yang diharapkan membeli jagung dalam negeri justru mengganti jagung dengan gandum.
Harapan pemerintah agar terjadi penghematan devisa dari penurunan impor jagung senilai 448,3 juta dolar AS justru jauh lebih kecil dari tambahan deviasi yang terkuras untuk impor gandum pakan sebanyak 479,5 juta dolar AS.
Kondisi menyebabkan tingginya harga pakan yang berdampak pada harga daging dan telur ayam.
Luki menambahkan, FLPI sebagai wadah bersama akademisi, bisnis, pemerintah dan komunitas peternak memfasilitasi para stakeholder untuk memberikan sulusi nyata dengan berfokus pada logistik jagung.
"Luaran lainnya diskusi ini sebagai sistem pengembangan pengetahuan untuk SDM logistik jagung nasional sebagai bahan baku pakan," lanjutnya.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2018