Bogor (Antaranews Megapolitan) - Sampah yang ditemukan di laut sangat beranekaragam. Akhir-akhir ini, foto-foto viral bermunculan dari berbagai akun media sosial penggiat konservasi laut yang memperlihatkan banyaknya biota laut yang terjebak oleh sampah yang ada di laut. Seperti keberadaan sampah jaring yang menjerat penyu sehingga gerak penyu terbatasi. Adanya sampah potongan pralon yang secara tidak sengaja menutup mulut dari lumba-lumba yang dapat menyebabkan lumba-lumba tersebut tidak bisa membuka mulut untuk makan dan lainnya.
Fenomena sampah plastik di laut menjadi fokus utama yang disampaikan di acara Festival Air (FA) 2018. FA 2018 merupakan mega event yang digelar oleh Himpunan Mahasiswa Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor (Himasper FPIK IPB) di Gedung Andi Hakim Nasution, Kampus IPB Dramaga (4/10).
Rangkaian kegiatan FA 2018 meliputi seminar nasional, seminar hasil ekspedisi dari Atlantik Himasper IPB, workshop penulisan karya tulis ilmiah dan public speaking, serta expo.
“Sampah itu jelek. Keberadaannya di pesisir bahkan di laut tidak memiliki estetika sedikit pun. Tentunya keberadaan sampah plastik tersebut berasal dari daratan yang bermuara ke laut. Korban utama membludaknya sampah di laut adalah biota yang hidup di dalam laut,” tutur keynote speaker yang merupakan salah satu dosen dari Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan (MSP FPIK IPB), Dr. Ir. Fredinan Yulianda, M.Sc.
Sementara itu menurut Presiden Indonesia Solid Waste Association, Ir. Sri Bebassari, M.Si, peran pemerintah dan organisasi di bidang konservasi cukup besar dalam pengelolaan sampah laut. Namun, badan yang bergerak di bidang industri juga memiliki andil yang besar dalam pengelolaan sampah ini.
“Ini karena industrilah yang mampu mengolah sampah yang masih memiliki nilai jual untuk diubah menjadi sesuatu yang lebih bermanfaat,” ujarnya.
Acara FA 2018 kali ini mengusung konsep “Less Plastic”. Konsep acara ini memiliki keunikan khas yang jarang ditemukan di kebanyakan acara yang biasa digelar. Keunikan tersebut dapat dilihat dari konsepnya “Less Plastic” dimana seluruh rangkaian acaranya digelar tanpa adanya kehadiran plastik. Peserta yang hadir diikutsertakan dalam upaya pengurangan penggunaan sampah plastik dengan membeli bamboo straw sebagai alat pengganti sedotan plastik.
“FA 2018 memiliki tagar yaitu #LessPlasticIsFantastic. Upaya panitia menggaungkan tagar itu adalah dengan membuat konsep unik yang telah dicetuskan jauh hari dengan matang yaitu meniadakan semua bahan plastik yang biasanya dipakai dalam sebuah acara. Contohnya para peserta seminar jauh-jauh hari sudah dihimbau untuk tidak membawa plastik dan untuk membawa tumbler sendiri untuk diisi ulang oleh panitia. Makanan yang disediakan pun tidak menggunakan kemasam plastik sedikit pun,” ungkap Ketua Divisi Acara FA 2018, Adela Shofirma (AD/Zul).
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2018
Fenomena sampah plastik di laut menjadi fokus utama yang disampaikan di acara Festival Air (FA) 2018. FA 2018 merupakan mega event yang digelar oleh Himpunan Mahasiswa Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor (Himasper FPIK IPB) di Gedung Andi Hakim Nasution, Kampus IPB Dramaga (4/10).
Rangkaian kegiatan FA 2018 meliputi seminar nasional, seminar hasil ekspedisi dari Atlantik Himasper IPB, workshop penulisan karya tulis ilmiah dan public speaking, serta expo.
“Sampah itu jelek. Keberadaannya di pesisir bahkan di laut tidak memiliki estetika sedikit pun. Tentunya keberadaan sampah plastik tersebut berasal dari daratan yang bermuara ke laut. Korban utama membludaknya sampah di laut adalah biota yang hidup di dalam laut,” tutur keynote speaker yang merupakan salah satu dosen dari Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan (MSP FPIK IPB), Dr. Ir. Fredinan Yulianda, M.Sc.
Sementara itu menurut Presiden Indonesia Solid Waste Association, Ir. Sri Bebassari, M.Si, peran pemerintah dan organisasi di bidang konservasi cukup besar dalam pengelolaan sampah laut. Namun, badan yang bergerak di bidang industri juga memiliki andil yang besar dalam pengelolaan sampah ini.
“Ini karena industrilah yang mampu mengolah sampah yang masih memiliki nilai jual untuk diubah menjadi sesuatu yang lebih bermanfaat,” ujarnya.
Acara FA 2018 kali ini mengusung konsep “Less Plastic”. Konsep acara ini memiliki keunikan khas yang jarang ditemukan di kebanyakan acara yang biasa digelar. Keunikan tersebut dapat dilihat dari konsepnya “Less Plastic” dimana seluruh rangkaian acaranya digelar tanpa adanya kehadiran plastik. Peserta yang hadir diikutsertakan dalam upaya pengurangan penggunaan sampah plastik dengan membeli bamboo straw sebagai alat pengganti sedotan plastik.
“FA 2018 memiliki tagar yaitu #LessPlasticIsFantastic. Upaya panitia menggaungkan tagar itu adalah dengan membuat konsep unik yang telah dicetuskan jauh hari dengan matang yaitu meniadakan semua bahan plastik yang biasanya dipakai dalam sebuah acara. Contohnya para peserta seminar jauh-jauh hari sudah dihimbau untuk tidak membawa plastik dan untuk membawa tumbler sendiri untuk diisi ulang oleh panitia. Makanan yang disediakan pun tidak menggunakan kemasam plastik sedikit pun,” ungkap Ketua Divisi Acara FA 2018, Adela Shofirma (AD/Zul).
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2018