Depok (Antaranews Megapolitan) - Dosen Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FK-UI) Dr.rer.physiol.dr.Septelia Inawati Wanandi meraih penghargaan sebagai Dosen Berprestasi Terbaik bidang Sains dan Teknologi tahun 2018.

Diharapkan penghargaan ini dapat menjadi metode positif dan efektif untuk membangun semangat menghasilkan karya dan prestasi dalam pelaksanaan Tri Dharma Perguruan Tinggi, kata Rektor UI Prof. Muhammad Anis di kampus UI Depok, Kamis.

"Ini merupakan penghargaan yang membanggakan, tetap berkarya sebab sivitas akademika UI adalah pendukung dan penopang utama kemajuan UI sebagai institusi pendidikan unggulan di Indonesia," ucap Prof Anis.

UI terus mendorong sivitas akademika untuk senantiasa produktif dalam berkarya, baik itu memberikan pengajaran maupun melakukan penelitian yang bermanfaat bagi masyarakat maupun terjun langsung melalui program Pengabdian Masyarakat, katanya.

Selain Dosen Berprestasi, dua orang sivitas akademika UI juga meraih penghargaan sebagai Pustakawan Berprestasi Terbaik 2018 atas nama Luluk Tri Wulandari dan Arsiparis Ketiga Terbaik atas nama Krisnasari Dianpratami.

Ajang penghargaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan (Diktendik) Berprestasi yang ke-15 tahun 2018 ini merupakan upaya Direktorat Jenderal Sumber Daya Iptek Dikti guna membina pendidik dan tenaga kependidikan agar dapat meningkatkan prestasinya.

Dokter Septelia merupakan dosen aktif di Departemen Biokimia dan Biologi Molekuler FKUI.

Dalam ajang penganugerahan Dosen Berprestasi ini dr. Septelia mempresentasikan rangkuman hasil penelitian yang berjudul "Menyibak Tabir Sel Punca Kanker sebagai Target Deteksi dan Terapi Kanker Payudara."

Berdasarkan risetnya bersama tim tersebut, dr.Septelia rekomendasikan agar tata laksana terapi sel punca yang sedang marak akhir-akhir ini perlu dipertimbangkan kembali mengingat sel punca dan sekretomnya dapat memicu peningkatan kepuncaan dan keganasan sel punca kanker payudara.

Tingginya kasus kanker payudara mendorong perlunya penelitian untuk mencari solusi tentang deteksi dini, pencegahan, pengobatan dan penatalaksanaan yang tepat untuk menekan munculnya kasus baru, mengobati dan mempertahankan kualitas hidup bagi penderita.

Walaupun terapi kanker payudara telah berkembang pesat, namun angka resistensi terapi dan kekambuhan penyakit masih cukup tinggi.

Dokter Septelia menuturkan pada saat grup penelitian Cancer Stem Cells (CSC) di Departemen Biokimia dan Biologi Molekuler FKUI mulai dibentuk (2010), pengetahuan atau pemahaman mengenai keberadaan dan peran sel punca kanker masih sangat terbatas terutama di Indonesia.

Penelitian dasar kami mengenai keberadaan dan peran CSC payudara (BCSC). Sebagai kesimpulan, BCSC menyebabkan resistensi terapi, keganasan dan progresi kanker payudara akibat tingginya ketahanan hidup BCSC yang dipengaruhi oleh lingkungan mikro tumor, serta kondisi stres oksidatif dan hipoksia.

Dengan diketahuinya peran BCSC dalam menentukan keberhasilan terapi kanker dan prognosisnya, diperlukan strategi deteksi dini dan terapi yang ditargetkan pada BCSC dan lingkungan mikro tumor. Penelitian ini berhasil menyibak tabir CSC sebagai target deteksi dan terapi kanker payudara.

Saat ini, grup penelitian dari Departemen Biokimia dan Biologi Molekuler FKUI juga tengah mendalami keberadaan dan peran CSC pada kanker lainnya yaitu glioblastoma, kanker kolorektal dan kanker ovarium.

Penganugerahan langsung oleh Menteri Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi H. Mohamad Nasir,Ph.D., Ak dalam acara Anugerah Diktendik Berprestasi 2018 pada Senin (29/10) di Jakarta.

Penghargaan ini digagas oleh Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi RI sebagai bentuk apresiasi kepada dosen dan tenaga kependidikan yang telah berdedikasi melaksanakan Tri Darma pendidikan tinggi.

Pewarta: Feru Lantara

Editor : Naryo


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2018