Citeureup, Bogor, 25/3 (Antara) - Produsen semen "Tiga Roda" Indocement Tunggal Prakarsa Tbk menyatakan berupaya keras mewujudkan program peningkatan kapasitas produksi sampai 30 juta ton 
per tahun hingga 2017.

"Upaya itu dengan membangun tiga kilang (unit produksi) semen 'brownfield' dan 'greenfield'. Kapasitas penggilingan 1,9 juta ton akan masuk dalam total kapasitas sebesar 18,6 juta ton yang kini ada pada akhir 2013," Direktur Utama Indocement Daniel Lavalle seperti disampaikan Sekretaris Perusahaan Indocement Sahat Panggabean kepada Antara di Citeureup, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Senin.

Dalam pidato pada acara penandatanganan kontrak pembangunan unit produksi ke-14 di Pabrik Citeureup yang dihadiri pejabat Tianjin Cement Industry Design and Research Institute (TCDRI) Co.Ltd China di 
Jakarta, ia mengatakan penandatanganan kontrak yang dilaksanakan itu merupakan pelaksanaan dari program peningkatan kapasitas produksi perusahaan tersebut.

Ia menjelaskan, unit produksi ke-14 yang dijadwalkan selesai pada kuartal ketiga 2015 itu akan dibangun di lingkungan Pabrik Citeureup dengan menggunakan teknologi terkini.

Menurut dia, unit produksi ke-14 itu akan menjadi kilang terbesar di Indonesia yang akan menambah kapasitas produksi Indocement sebesar 4,4 juta ton.

"Dengan demikian total kapasitas produksi kami nantinya akan mencapai 25 juta ton per tahun," katanya.

Terkait proyek pembangunan unit produksi ke-14 itu, pihaknya memilih TCDRI  untuk memasok peralatan yang diperlukan setelah mempertimbangkan kapasitas, efisiensi dan rekam jejak intenasional yang 
dimiliki Lembaga Desain dan Riset Industri Semen  Tianjin (TCDRI) itu.

Menurut dia, Indocement menyatakan tetap mempertahankan 32-33 persen penguasaan pasarnya sejak lama.

"Namun, untuk mempertahankan penguasaan pasar yang sama,  Indocement perlu menambah kapasitas produksi sebesar 1,5 juta ton per tahun," katanya.

Ia memaparkan sejumlah fakta di seputar ekonomi Indonesia di mana  permintaan semen akan sangat banyak untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang diharapkan itu.

Dikemukakannya bahwa dalam 10 tahun terakhir, pertumbuhan konsumsi semen tetap lebih tinggi dari pertumbuhan produk domestik bruto (GDP).

Pada periode 2001 - 2012, katanya, pertumbuhan konsumsi semen di Indonesia tercatat 6,5 persen.

Pertumbuhan fenomenal dalam dua tahun terakhir itu mendorong utilisasi kapasitas industri ke tingkat tertingginya.

Kondisi itu mendorong kalangan industri semen untuk mengoptimalkan kerja.

Ia mengatakan bahwa konsumsi semen dalam negeri tahun 2012 mencapai 55 juta ton. "Dan kami yakin akan naik menjadi 100 ton pada 2020 dengan pertumbuhan per tahun sebesar delapan persen," katanya.

Konsumsi semen per kapita di Indonesia saat ini, katanya, diperkirakan sebesar 220 kilogram.

Menurut dia, konsumsi per kapita sebesar itu merupakan salah satu yang terendah di kawasan.

"Namun kami yakin tingkat konsumsi tersebut akan meningkat ke level yang mendekati beberapa negara tetangga karena salah satu tantangan besar pertumbuhan ekonomi Indonesia di mendatang adalah 
infrastruktur," katanya menegaskan.

Ia mengatakan, langkah pemerintah menerbitkan program Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) dan UU Tentang Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum (UU Nomor 2 Tahun 2012-red) yang baru, meyakinkan pihaknya untuk melanjutkan investasi di Indonesia yang sangat menjanjikan ini karena kedua langkah tersebut diyakini akan membantu menyelesaikan masalah infrastruktur.

Menurut dia, kinerja ekonomi Indonesia di masa lalu dan potensi besar di masa  mendatang mendorong pemain baru dan lama dalam industri semen untuk menambah dan meningkatkan kapasitas produksinya.

"Bahkan ada kemungkinan kapasitas produksi semen bisa mencapai 120 juta ton pada 2020 jika semua proyek yang sudah diumumkan benar-benar dilaksanakan," demikian Daniel Lavalle. 
 
Andi Jauhari 

Pewarta:

Editor : Budisantoso Budiman


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2013