Jakarta (Antaranews Megapolitan) - Sebuah layanan baru yang dikenal dengan Outcome Based Service (OBS) diperkenalkan untuk menyasar manajemen bandar udara dan bangunan yang membutuhkan pengawasan selama 24 jam.

"OBS merupakan layanan sistem baru yang menggabungkan otomatisasi canggih dan analitik data, membantu mengindentifikasi kesalahan konfigurasi yang lebih cepat dibandingkan sistem konvensional," kata Presiden Direktur PT Honeywell Indonesia, Roy Kosasih di Jakarta, Jumat. 

Di luar negeri, katanya, solusi baru tersebut sudah digunakan oleh sejumlah gedung antara lain di Virgin Money Building, Inggris.

"Secara global, solusi tersebut sudah diluncurkan pada awal tahun 2018. Namun, di Indonesia kami mulai melakukan sosialisasi, dalam dua bulan terakhir," katanya.

Melalui solusi OBS, kata dia, pemilik gedung Money Building mampu memperoleh berbagai manfaat yang berdampak pada kinerja bisnis.

Di antaranya, mulai dari pengurangan penggunaan listrik hingga 16 persen, di mana lebih dari 300 kesalahan mampu terdeteksi sebelum penghuni terkena dampak, hingga perbaikan tingkat kenyamanan yang bertumbuh 45 persen.

Ia menjelaskan bahwa OBS sendiri merupakan aplikasi yang memanfaatkan konektivitas internet untuk mengelola dan monitor peralatan gedung bekerja dengan baik.

Hal itu, termasuk mengenai pengeluaran energi, dan analisa lainnya agar lebih efisien. OBS dapat memonitor seluruh aset gedung 24 jam dengan menggunakan data analitik.

Sehingga dengan solusi ini dapat memenuhi kebutuhan dan keinginan pengguna, seperti fokus pada kenyamanan, memperbaiki penghematan energi dan akurasi laporan kesalahan.

"Tanpa harus melakukan service rutin yang banyak makan waktu dan biaya, kami memberikan solusi fokus pada area yang akan mengoptimalkan efisiensi dan melacak kinerja secara 'real time'," katanya. 

Menurut Roy Kosasih, inti dari sistem terbaru ini adalah platform Honeywell Sentience IoT, yang memiliki kemampuan teruji dalam mengelola data besar secara aman dan tepat bagi semua solusi terhubung Honeywell yang menggunakan platform perangkat lunak dan ekosistem yang menyeluruh.

Sebelumnya Honeywell Indonesia, sudah memiliki layanan building management system (BMS) yang menyasar segmen gedung-gedung baru untuk menjadi "smart building" yang terintegrasi.

Sedangkan OBS ini dikeluarkan untuk menyasar segmen gedung-gedung yang sudah ada sebelumnya untuk terintegrasi dalam satu sistem kontrol.

"Kami berencana untuk  melakukan edukasi ke konsultan perencana pada saat gedung baru mulai dibangun dan  juga kepada pemerintah," katanya.

Solusi yang bisa dilakukan dengan OBS, yakni "real time analytics", "dynamic tasking",  "performance dhasbords and reports", "lifecycle management", dan "continues services improvement".

"Real time analytics" adalah platform menganalisis data gedung secara "real time" sehingga bisa mengidentifikasi masalah lebih cepat.

Selain itu, juga meningkatkan kinerja dan efisiensi serta mengurangi waktu pemeliharaan.

Sedangkan "dynamic tasking" merupakan data analitik yang membantu pemeliharaan tanpa harus melakukan inspeksi rutin sehingga fokus pada mengurangi risiko.

"Performance dhasbords and reports" adalah sistem yang memudahkan pemantauan seluruh kegiatan opersional sesuai dengan perimeter yang ditentukan. Akses data di "cloud" (awan) dapat dipisahkan sesuai akses yang diberikan. 

Sementara "lifecycle management" terkait dengan perlindungan yang maksimal untuk sistem teknologi informasi dari ancaman virus maupun kejahatan siber, dan "continues services improvement" adalah sistem yang melakukan peninjauan secara sistematis untuk menghindari beragam masalah dan mengidentifikasi akar masalah kemudian memberikan solusi untuk masalah yang akan datang.

Honeywell, pemimpin pasar global dalam teknologi bangunan terkoneksi, yang tercatat di Bursa Efek New York, Amerika Serikat itu, pada 1992 mendirikan kantor perwakilan di Jakarta, dan kini sebanyak 900 profesional bekerja untuk seluruh lini bisnisnya di Jakarta, Batam dan Bintan. 

Pewarta: Andi Jauhari

Editor : M.Ali Khumaini


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2018