Bekasi, Jabar (Antaranews Megapolitan) - Balai Besar Wilayah Sungai Ciliwung-Cisadane (BBWSCC) memulai proses penanganan secara darurat kerusakan tanggul Kali Bekasi di?Perumahan Pondok Mitra Lestari, Kota Bekasi, Jawa Barat, Kamis.
"Untuk tahap awal ini kami berupaya mengantisipasi tanggul ambles dengan menambal lubang pondasi yang rusak akibat erosi sungai dengan 500 buah karung pasir, tapi kalau kurang akan kami tambah sesuai kebutuhan," kata Koordinator Wilayah Operasi dan Pemeliharaan BBWSCC, Fandri Oktosa, di Bekasi.
Upaya perbaikan secara darurat kerusakan tanggul di RT01 RW13 Pondok Mitra Lestari, Kelurahan Jatirasa, Kecamatan Jatiasih, itu merupakan realisasi dari permintaan pengurus RW setempat yang resah dengan potensi kerusakan tanggul pada musim hujan Oktober 2018 hingga awal 2019.
Hasil kajian pihaknya menyebutkan, kerusakan tanggul pada perumahan yang dihuni oleh sekitar 450 kepala keluarga itu terbilang cukup parah.
Tanggul sepanjang 7 meter dengan kedalaman lubang sekitar 10 meter yang bersebelahan dengan kantor RW013 PML itu kini hanya ditopang oleh empat tiang borpile menyusul amblesnya lahan pondasi di bantaran sungai yang selama ini menopang tanggul setinggi 2 meter.
"Saat ini posisi tanggul RT01 menggantung tanpa pondasi lahan karena habis tergerus arus sungai yang posisinya tegak lurus dengan tanggul. Kalau dibiarkan tanpa penanganan darurat, bisa ambles dan air sungai bisa langsung menerjang perumahan ini saat terjadi debit tinggi," katanya.
Menurut Fandri, penutupan lubang di bawah tanggul menggunakan karung pasir dipastikan pihaknya belum mencukupi, sehingga akan kembali ditambah sesuai estimasi kebutuhan sekitar 1.500 karung berisi pasir.
Selain itu, tumpukan karung pasir juga akan diperkuat dengan batu yang diikat kawat beronjong untuk bagian penampang yang berhadapan langsung dengan arus sungai.
Selain menyediakan karung pasir dan kawat beronjong, pihaknya juga mengerahkan tukang yang bertugas menggarap penanganan darurat di PML.
Sementara itu, Pengawas Lapangan Sungai dan Pantai BBWSCC, Suhardoyo, menambahkan penanganan secara darurat itu dilakukan pihaknya sambil menunggu penanganan secara permanen berlangsung.
"Perkiraan kami penanganan secara permanen bisa dilakukan pada pertengahan 2019. Saat ini kami sedang meghitung Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) untuk membiayai perbaikan permanen kerusakan tanggul di lokasi itu. Mudah-mudahan bisa terealisasi 2019," katanya.
Perbaikan permanen rencananya dilakukan dengan pemasangan borpile serta penguatan pondasi berikut konstruksi pemecah terjangan air sungai.
"Lebih kurang, skema perbaikannya mirip dengan SDN Pekayon di kawasan Perumahan Kemang Pratama yang juga sebelumnya sama-sama ambles," katanya.
Ketua RW13 PML, Sugih Hidayah, menambahkan kerusakan tanggul di wilayahnya berlangsung sejak 2016 dan hingga kini baru direspons oleh BBWSCC setelah melalui serangkaian upaya pelaporan kepada Kementerian PUPR.
"Kami menyerahkan sepenuhnya teknis perbaikan kepada yang berwenang BBWSCC, yang jelas kami berharap agar tanggul kami aman dari celah masuknya air sungai pada musim hujan nanti," katanya.
Sugih mengatakan, banjir di lingkungannya kerap terjadi hampir setiap musim hujan tiba akibat kiriman air dari Sungai Cileungsi dan Cikeas, Kabupaten Bogor, Jawa Barat.
"Setiap debitnya di atas 400 cm, biasanya air mulai masuk ke jalan lingkungan warga dan terus bertambah tinggi hingga masuk ke rumah-rumah dengan ketinggian sepinggang orang dewasa," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2018
"Untuk tahap awal ini kami berupaya mengantisipasi tanggul ambles dengan menambal lubang pondasi yang rusak akibat erosi sungai dengan 500 buah karung pasir, tapi kalau kurang akan kami tambah sesuai kebutuhan," kata Koordinator Wilayah Operasi dan Pemeliharaan BBWSCC, Fandri Oktosa, di Bekasi.
Upaya perbaikan secara darurat kerusakan tanggul di RT01 RW13 Pondok Mitra Lestari, Kelurahan Jatirasa, Kecamatan Jatiasih, itu merupakan realisasi dari permintaan pengurus RW setempat yang resah dengan potensi kerusakan tanggul pada musim hujan Oktober 2018 hingga awal 2019.
Hasil kajian pihaknya menyebutkan, kerusakan tanggul pada perumahan yang dihuni oleh sekitar 450 kepala keluarga itu terbilang cukup parah.
Tanggul sepanjang 7 meter dengan kedalaman lubang sekitar 10 meter yang bersebelahan dengan kantor RW013 PML itu kini hanya ditopang oleh empat tiang borpile menyusul amblesnya lahan pondasi di bantaran sungai yang selama ini menopang tanggul setinggi 2 meter.
"Saat ini posisi tanggul RT01 menggantung tanpa pondasi lahan karena habis tergerus arus sungai yang posisinya tegak lurus dengan tanggul. Kalau dibiarkan tanpa penanganan darurat, bisa ambles dan air sungai bisa langsung menerjang perumahan ini saat terjadi debit tinggi," katanya.
Menurut Fandri, penutupan lubang di bawah tanggul menggunakan karung pasir dipastikan pihaknya belum mencukupi, sehingga akan kembali ditambah sesuai estimasi kebutuhan sekitar 1.500 karung berisi pasir.
Selain itu, tumpukan karung pasir juga akan diperkuat dengan batu yang diikat kawat beronjong untuk bagian penampang yang berhadapan langsung dengan arus sungai.
Selain menyediakan karung pasir dan kawat beronjong, pihaknya juga mengerahkan tukang yang bertugas menggarap penanganan darurat di PML.
Sementara itu, Pengawas Lapangan Sungai dan Pantai BBWSCC, Suhardoyo, menambahkan penanganan secara darurat itu dilakukan pihaknya sambil menunggu penanganan secara permanen berlangsung.
"Perkiraan kami penanganan secara permanen bisa dilakukan pada pertengahan 2019. Saat ini kami sedang meghitung Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) untuk membiayai perbaikan permanen kerusakan tanggul di lokasi itu. Mudah-mudahan bisa terealisasi 2019," katanya.
Perbaikan permanen rencananya dilakukan dengan pemasangan borpile serta penguatan pondasi berikut konstruksi pemecah terjangan air sungai.
"Lebih kurang, skema perbaikannya mirip dengan SDN Pekayon di kawasan Perumahan Kemang Pratama yang juga sebelumnya sama-sama ambles," katanya.
Ketua RW13 PML, Sugih Hidayah, menambahkan kerusakan tanggul di wilayahnya berlangsung sejak 2016 dan hingga kini baru direspons oleh BBWSCC setelah melalui serangkaian upaya pelaporan kepada Kementerian PUPR.
"Kami menyerahkan sepenuhnya teknis perbaikan kepada yang berwenang BBWSCC, yang jelas kami berharap agar tanggul kami aman dari celah masuknya air sungai pada musim hujan nanti," katanya.
Sugih mengatakan, banjir di lingkungannya kerap terjadi hampir setiap musim hujan tiba akibat kiriman air dari Sungai Cileungsi dan Cikeas, Kabupaten Bogor, Jawa Barat.
"Setiap debitnya di atas 400 cm, biasanya air mulai masuk ke jalan lingkungan warga dan terus bertambah tinggi hingga masuk ke rumah-rumah dengan ketinggian sepinggang orang dewasa," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2018