Bogor (Antaranews Megapolitan) - Pusat Pengembangan Sumberdaya Manusia (P2SDM ) Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) Institut Pertanian Bogor (IPB) bekerja sama dengan Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi Negeri (Kemristekdikti) republik Indonesia mengembangkan dan membuka  Desa Wisata Cassava di Desa Benteng, Ciampea, Bogor.

Desa ini merupakan salah satu desa binaan IPB di lingkar kampus. Kegiatan rintisan Desa Wisata Cassava ini direncanakan selama tiga tahun dengan garis besar kegiatan antara lain: pendekatan dan penguatan kelompok tani dan kelompok wanita tani sebagai pelaku bisnis ubi kayu atau singkong, penguatan dan pengoptimalan peran Karang Taruna, pelatihan budidaya, pelatihan pengolahan singkong menjadi Modified Cassava (Mocav) dan aneka pangan olahan seperti Browncav (brownies mocav) dan pingkong (emping singkong).

Peneliti P2SDM LPPM IPB,  Ir. Mintarti, M.Si menjelaskan Desa Benteng, merupakan desa pertanian dengan komoditi utamanya singkong atau ubi kayu. Jumlah produksi singkong di Desa Benteng mencapai 200 ton per hektar per tahun dengan luas kepemilikan lahan rata-rata 500-3000 meter persegi  per orang . Pada saat panen harga singkong bisa jatuh ke harga Rp 700 per kilogram sedangkan harga normal  Rp 1500 hingga Rp 2000  per kilogram.  Harga singkong yang rendah ini tentu merugikan petani.

Potensi sumber daya alam di desa tersebut belum berdampak pada perbaikan tingkat kesejahteraan masyarakatnya. 

“Akar penyebab masalah ini adalah masih rendahnya  ketrampilan para petani dalam berusaha tani yang menguntungkan di mana para petani masih menjual singkong dalam bentuk mentah. Petani belum memiliki ketrampilan mengolah singkong menjadi produk pangan olahan. Oleh karena itu perlu dilakukan terobosan Desa Wisata Cassava untuk mengelola potensi singkong sebagai sumber  peningkatan perekonomian masyarakat, ” ujar Mintarti.

Selain itu,  pembentukan Desa Wisata Cassava bertujuan meningkatkan pengetahuan, sikap dan ketrampilan anggota kelompok tani (poktan) dan  Kelompok Wanita Tani (KWT) dalam budidaya,  pengolahan pascapanen dan manajemen usaha singkong,  pengelompokan kelompok tani dan KWT dalam proses wirausaha singkong terpadu. Proses tersebut meliputi sentra budidaya, sentra mocav, sentra pangan olahan,  sentra pasar dan promosi, dan mendesain kampung tematik cassava sebagai desa wisata pangan.

Mintarti menegaskan, konsep Desa Wisata Cassava di Desa Benteng menyediakan jasa penjualan wisata pendidikan pertanian bagi masyarakat yang ingin belajar mengenai singkong mulai dari budidaya, perawatan, tanam, panen, sampai pengolahan. “Pengunjung dapat belajar di hamparan ubi kayu di Desa Benteng. Belajar bagaimana menanam, memanen, membibitkan, merawat, memupuk, pengendalian hama dan memanen daun singkong sebagai bahan sayuran. Para pengunjung nantinya juga akan menikmati aneka kudapan dari singkong, seperti "singkong Thailand" yaitu singkong rebus yang berkuah gula dan santan kental, urap singkong, singkong goreng, sate singkong dan sebagainya yang dapat dinikmati di tengah tengah hamparan kebun singkong.”

Kepala Desa Benteng, Faka Harika menyatakan IPB  sudah banyak membantu Desa Benteng ke arah yang lebih baik dengan program-program unggulan yang menyentuh dan membantu perekonomian masyarakat menjadi lebih baik. “IPB juga telah membawa banyak perubahan, baik fisik maupun non fisik, antara lain terbentuknya KWT baru, dan pengaktifan kembali Karang Taruna,  dinamisnya KWT dan kelompok tani,  membuat tampilan desa lebih indah.  Anggota KWT dan kelompok tani lebih terampil dalam budidaya pertanian dan olahan pangan.” Masyarakat Benteng berharap IPB tetap dapat mendampingi pengembangan embrio desa wisata ini  sebagai cikal bakal desa wirausaha (entrepreneurial village) di Kabupaten Bogor. (Awl/ris)

Pewarta: Oleh: Humas IPB

Editor : Naryo


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2018