Cikarang, Bekasi  (Antaranews Megapolitan) - Para siswa Sekolah Dasar Negeri 1 Ridhogalih, Kecamatan Cibarusah Kabupaten Bekasi, Jawa Barat terpaksa harus belajar di dalam gudang milik Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) setempat akibat gedung sekolahnya roboh dan tak kunjung dibenahi.

"Saya sudah dua tahun di sini, kondisinya memang begini, terpaksa. Karena gedung sekolah sebelumnya hancur, atapnya roboh," kata salah seorang guru sekolah tersebut?Ahmad (43) di Cikarang, Jumat.

Ahmad mengatakan awalnya para siswa bersekolah seperti biasa di gedung lama namun karena tak kunjung dibenahi, kondisi gedung pun semakin rapuh hingga membahayakan para siswa.

"Terakhir ada atap yang roboh, jadi ya sudah kami bersepakat pindah saja. Ada gudang milik BPBD, kami menumpang," katanya.

Berdasarkan pantauan gudang milik BPBD tersebut berada di Desa Ridhogalih, lokasinya berdampingan dengan gedung sekolah lama. Gudang tersebut dibangun untuk menampung bantuan logistik bencana.

Gudang tersebut berbentuk memanjang dengan ukuran sekitar 10x20 meter atau seluas dua kali lapangan bulutangkis. Gudang lantas digunakan para siswa pada enam kelas, mulai dari kelas satu sampai enam. Setiap kelas dibatasi dengan papan tulis, beberapa di antaranya menggunakan triplek yang disusun membentuk ruangan setengah tertutup.

Kondisi ini jauh dari kenyamanan sebab susunan triplek pembentuk ruangan itu hanya memiliki tinggi sekitar 120 sentimeter. Proses belajar mengajar pun tidak efektif. Suara guru yang menerangkan di satu kelas kerap terganggu dengan guru lain yang juga menerangkan di kelas lainnya. Belum lagi bila ada kelas yang ribut kemudian dengan spontan menular ke kelas lainnya.

"Jadi memang kalau saya lagi menerangkan, kelas sebelah ribut, ya anak-anak enggak konsen. Terus kalau guru sedikit saja suaranya lebih kencang saat menerangkan pasti mengganggu kelas lainnya. Belum lagi kan panas ini gudang," katanya.

Selayaknya gudang pada umumnya, gudang milik BPBD ini tidak memiliki jendela dan hanya dikelilingi tembok serta gerbang besi berukuran sekitar 4x3 meter, juga?minim ventilasi sehingga para siswa dan guru sering tidak nyaman karena suhu di dalam gudang panas.

Selain enam kelas yang dibatasi triplek, terdapat juga ruang guru yang disatukan dengan ruang kepala sekolah serta ruangan tata usaha.?Akibat kondisi sekolah yang tidak kunjung membaik, jumlah murid pun makin sedikit. Kini, SD Negeri 1 Ridhogalih hanya berisikan 90 siswa di enam kelas.

"Kebanyakan siswa yang rumahnya di daerah sini saja, warga sekitar," katanya.

Ahmad berharap keprihatinan ini segera berakhir dengan dibangunnya kembali gedung sekolah yang lama agar Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) berjalan normal seperti sebelumnya dan siswa juga merasa nyaman.

Kepala Bidang Sekolah Dasar pada Dinas Pendidikan Kabupaten Bekasi Heri Herlangga mengatakan perbaikan gedung SDN 1 Ridhogalih sebenarnya telah diajukan melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Kabupaten Bekasi 2016 namun pembangunan tidak dilakukan lantaran gagal lelang.

"Memang karena lokasinya tidak nyaman. Padahal sudah diajukan untuk dibangun dan sudah masuk anggaran tapi sayangnya gagal dilelang. Namun kami ajukan lagi ini agar bisa masuk ke anggaran 2019," katanya.

Heri melanjutkan sambil menunggu pembangunan, kebijakan memindahkan para siswa ke lokasi lain tidaklah memungkinkan sebab sekolah harus dekat dengan domisili para siswa. Maka dari itu gudang tersebut tetap digunakan.

"Jujur saya merasa miris anak-anak didik harus belajar di gudang, tapi karena adanya keterbatasan tempat. Kami akan melakukan penataan serta memasang kipas angin untuk menghindari rasa panas yang dikeluhkan saat proses KBM berlangsung," katanya.

Pewarta: Mayolus Fajar D dan Pradita Kurniawan Syah

Editor : Naryo


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2018