Bogor (Antaranews Megapolitan) - Pemenuhan kebutuhan air minum yang bersih di perkotaan semakin meningkat, sehingga produk air minum dalam kemasan banyak diminati. Akan tetapi air minum kemasan harganya relatif mahal, sehingga muncullah produk air minum isi ulang yang harganya lebih terjangkau. Namun, kualitas kesehatan air minum yang ada di masyarakat secara mikrobiologi perlu diperhatikan, karena berpotensi tercemar bakteri seperti E. coli dan koliform yang menyebabkan berbagai masalah pencernaan.

Salah satu penyakit yang disebabkan oleh air minum yang kualitas mikrobiologisnya buruk ialah diare. Diare termasuk penyakit yang paling sering dijumpai pada masyarakat Indonesia.

Permasalahan yang kemudian muncul yaitu sulitnya mendeteksi bakteri yang ada pada air minum secara praktis dan efisien. Berdasarkan sudut pandang tersebut, mahasiswa Institut Pertanian Bogor (IPB) berhasil mengembangkan alat untuk mendeteksi adanya bakteri dalam minuman secara lebih efisien dan aplikatif.

Inovasi menarik ini mereka rancang dalam Alat Jinjing untuk Deteksi Bakteri pada Minuman (AJDEKTRI). Pengembangan alat dilakukan oleh mahasiswa Departemen Kimia IPB yaitu Nunuh Nugraha, Dina Anggraini, dan Mustofa di bawah bimbingan Dr. Eti Rohaeti.

Nunuh mengatakan pengembangan alat ini sebagai salah satu solusi untuk mendeteksi bakteri yang ada di air minum secara lebih praktis dan efisien. Meskipun saat ini telah ada alat pendeteksi bakteri pada minuman seperti Microbiology Water Test Kit, namun alat ini sangat mahal. Harganya mencapai puluhan hingga ratusan juta. Selain itu, alat ini memiliki dimensi yang besar sehingga kurang praktis untuk dibawa kemana-mana.

“Oleh karena itu, kami berusaha menciptakan alat yang mampu mendeteksi kandungan bakteri penyebab masalah pencernaan yang ada pada minuman dalam bentuk alat jinjing yang tentunya lebih praktis dan bisa dibawa kemana saja,” jelasnya.

Selain praktis, alat yang dikembangkan tiga mahasiswa muda ini juga jauh lebih murah dibandingkan alat di pasaran. Jika dikomersialkan biaya produksi alat ini hanya berkisar Rp 1 juta.

Bentuk alat ini pun jauh lebih kecil dibandingkan alat yang ada di pasaran. Prinsip kerja AJDEKTRI mirip seperti spektrofotometer. Yaitu alat yang mendeteksi kandungan suatu zat berdasarkan nilai serapan cahaya yang ditimbulkan. Perbedaannya pada analisis kandungan bakteri pada AJDEKTRI berdasarkan pendaran atau fluoresensnya. Larutan yang dijadikan objek pengujian ditembakkan oleh sinar monokromatik yang akan diserap oleh detektor warna. Selanjutnya, warna yang diperoleh akan dideteksi dengan kriteria zat-zat yang ada.

Untuk mempermudah penggunaannya, AJDEKTRI dilengkapi aplikasi software yang bernama Spectral Workbench yang digunakan untuk menganalisis hasil kandungan bakteri pada sampel minuman, sehingga sangat cocok digunakan untuk keperluan di lapangan.

“Dengan bentuk yang praktis memungkinkan alat ini untuk dipakai saat melakukan sidak di lapangan untuk pengujian bahan minuman secara langsung,” terangnya.

Prospektif ke depannya dari implementasi alat ini yaitu mampu membantu lembaga-lembaga pelayanan kualitas kesehatan masyarakat untuk memeriksa dan memantau kualitas air yang ada di masyarakat.(UNA/Zul)

Pewarta: Oleh Humas IPB/Nunuh Nugraha dan Tim

Editor : Naryo


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2018