Bogor (Antaranews Megapolitan) - Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) mendorong dilakukan evaluasi terhadap kualitas pakan untuk meningkatkan produktivitas sapi perah maupun potong guna mewujudkan swasembada daging dan susu.

"Hal ini dilakukan agar pakan yang diberikan benar-benar sesuai dengan kebutuhan ternak sapi," kata Pelaksana tugas (Plt) Kepala Pusat Bioteknologi LIPI Syamsidah Rahmawati pada kegiatan workshop bertajuk "Evaluasi Kualitas Pakan dan Ekologi Rumen untuk Meningkatkan Produktivitas Sapi Potong dan Sapi Perah" di Cibinong Science Center, Bogor, Jawa Barat, Senin.

Menurut Syamsidah, penggunaan pakan berkualitas dan suplemen pakan yang tepat fungsi dan teruji unggul di dalam rumen sangat diperlukan untuk meningkatkan produktivitas ternak sapi potong dan sapi perah di Indonesia.

Kadar nutrisi dan kualitas pakan, lanjutnya, penting untuk, diketahui dan diuji terlebih dahulu sebelum diberikan kepada ternak sapi.

"Agar ternak sapi dapat berproduksi secara optimal baik untuk produksi daging, ataupun susu," katanya.

Ia mengatakan, selama ini pengujian kualitas pakan dilakukan dengan menggunakan analisa standar laboratorium yang terkadang melalui proses yang rumit, dan memerlukan waktu yang lama, serta memerlukan bahan kimia lain dalam analisanya.

Menurutnya, hal ini memungkinkan timbulnya pencemaran lingkungan sebagai akibat dari penggunaan bahan kimia selama proses pengukuran dan pengujian."Inilah yang perlu dievaluasi," katanya.

Lebih lanjut ia menjelaskan, metode lain diperlukan untuk menguji kualitas dan kadar nutrisi dari pakan sapi, selain metode analisa kimia di laboratorium.

Dalam workshop tersebut, Syamsidah mengenalkan Teknologi Near-infrared spectroscopy (NIRS) salah satu metode baru yang berpotensi untuk mengganti metode analisa kimia dalam penentuan kadar nutrisi pakan ternak.

"Metode ini memiliki banyak keunggulan, antara lain, cepat, efektif, dan efisien, ramah lingkungan," katanya.

Menurutnya, metode ini ramah lingkungan karena tidak melibatkan penggunaan bahan kimia dalam aplikasinya. Serta tidak merusak bahan.

Selain itu, metode NIRS memperhatikan keseimbangan mikroorganisme dalam rumen dan kesehatan ternak setelah pakan ternak yang berkualitas didapatkan.

Keseimbangan mikroorganisme dalam rumen, lanjutnya, dapat meningkatkan efisiensi penggunaan pakan. Adanya informasi ekologi rumen sampai pada tingkat keragaman mikroorganisme pada saluran rumen sangat penting untuk dianalisis.

"Penerapan metode metagenom 16S rDNA dapat memberikan pemahaman yang luas terhadap interaksi mikroorganisme dengan ekologi rumen diamati secara molekuler," katanya.

Ia mengatakan, informasi interaksi mikroba rumen selanjutnya dapat memberikan jawaban terhadap peningkatan produktivitas sapi potong.

Syamsidah mengungkapkan, peningkatan produktivitas sapi potong maupun sapi perah saat ini menjadi tuntutan utama. Sebab, berdasarkan data dari Kementerian Pertanian, hingga tahun 2018 Indonesia baru dapat memenuhi kebutuhan daging sapi sebesar 70 persen, dan sisanya masih impor.

Sementara itu, kebutuhan susu nasional tercatat berkisar 4,5 juta ton, namun produksi susu lokal baru mencukupi sebanyak 19 persen atau sekitar 864.600 ton. Kondisi ini mengakibatkan adanya impor susu dalam jumlah yang sangat besar yakni 3,65 juga ton atau sekitar 81 persen dari total konsumsi.

"Permasalahan ini perlu disikapi serius oleh semua pihak mengingat sumber daya alam dan luas wilayah yang kita miliki sangat memungkinkan untuk mewujudkan swasembada daging dan susu," kata Syamsidah.

Pewarta: Laily Rahmawaty

Editor : Naryo


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2018