Surabaya (Antaranews Megapolitan) - Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini menginginkan produksi batik Tie Dye atau batik celup di Ibu Kota Provinsi Jawa Timur bisa  lebih variatif.

Tri Rismaharini di Surabaya, Rabu, meminta pengrajin batik celup tidak hanya fokus membuat kain, namun bisa dikembangkan dengan membuat produk lain, seperti baju, dompet dan tas.

"Kita tidak hanya sebatas membuat batik celup. Desain juga harus ditingkatkan," katanya.

Menurut dia, pengrajin batik celup Surabaya harus bisa menyasar pangsa pasar kalangan menengah ke atas agar omset penghasilannya juga lebih meningkat. 

Untuk itu, Risma menuturkan perlu desain yang kreatif dan pemilihan warna yang tepat agar menjadi daya tarik sendiri bagi para pembeli. 

Ia menyarankan para pengrajin batik agar perlu memperhatikan hal tersebut, seperti warna dan desain sekarang yang lagi tren. "Lihat tren sekarang ini, yang ramai warna apa. Terus desain bajunya seperti apa," katanya.

Hal ini juga disampaikan Risma pada saat mengumpulkan para pelaku UKM batik celup se-Kota Surabaya di ruang sidang Wali Kota Surabaya, Selasa (7/8), sebagai tindak lanjut dari hasil kunjungannya ke Liverpool Inggris beberapa hari lalu. 

Risma menyampaikan terkait hasil pertemuannya dengan Wakil Wali Kota Liverpool Gary Millar. Menurut Gary, lanjut Risma, tahun depan yang akan jadi "trending fashion" adalah Batik Tie Dye.

Dari hasil pertemuan tersebut, Risma berencana memberikan pelatihan khusus bagi para pengrajin batik celup di Surabaya. Hal ini dilakukan sebagai upaya untuk mengembangkan produk batik celup Surabaya.  

"Tahun depan, saya berharap ibu-ibu bisa masuk wilayah menengah atas. Saya tidak mau harga jualnya cuma Rp250 ribu. Artinya, ada desain khusus, kalau ada pemesanan murah tidak apa-apa dilayani, tapi juga ada harga dengan baju yang kualitas khusus," katanya.

Pewarta: Abdul Hakim

Editor : Feru Lantara


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2018