Jakarta (Antaranews Megapolitan) - Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan langkah Amerika Serikat memberikan tarif masuk  kepada beberapa negara dan komoditas dapat menimbulkan tantangan bagi Indonesia dalam jangka menengah.

Ditemui di Kompleks Parlemen Senayan Jakarta, Kamis, Sri Mulyani menyebutkan tantangan tersebut muncul karena tensi perdagangan global yang terjadi akan memberikan risiko bagi pertumbuhan ekonomi secara global pada tahun 2018 ini.

Menkeu menyebutkan langkah unilateral yang dilakukan AS akan memengaruhi pertumbuhan global yang kemungkinan akan menghadapi risiko pada semester II-2018.

"Padahal kemarin kita berharap bahwa ini bisa menjadi salah satu mesin dari pertumbuhan ekonomi, tidak hanya dunia tetapi bagi negara-negara bisa mengandalkan investasi dan ekspor," ujar dia.

Sri Mulyani terutama mewaspadai kinerja ekspor yang mungkin akan terhalangi oleh "outlook" dari perekonomian global yang melemah. Hal tersebut perlu diantisipasi karena negara-negara tujuan ekspor memunculkan barikade, baik dalam bentuk tarif maupun non-tarif.

Kemudian, Menkeu juga menyoroti kondisi dinamika hubungan dagang AS-China, di mana pihak AS tidak terlalu memikirkan penyelesaian masalah perdagangan itu. Bahkan terjadi eskalasi berupa ketegangan dari sisi retorika.

Tensi dagang AS-China mulai terekskalasi setelah AS mengenakan tarif terhadap produk China senilai 34 miliar dolar AS pada 6 Juli 2018.

Presiden AS Donald Trump kemudian memberikan ancaman pengenaan tarif lanjutan dengan mengajukan target pengenaan tarif terhadap produk China senilai 200 miliar dolar AS.

Hal tersebut membuat China harus menghadapi realita peningkatan tarif dan kemudian akan melakukan retaliasi atau pembalasan baik dalam bentuk turut menaikkan tarif atau melemahkan mata uangnya sehingga bisa mengkompensasi kenaikan tarif.

"Kalau sekarang RRC berubah posisi, maka ini akan menimbulkan dinamika yang belum pernah terjadi sebelumnya. Dan itu pengaruhnya tidak hanya ke trade namun juga kepada mata uang dan kepada sentimen arus modal," kata Sri Mulyani.

Ia juga menjelaskan bahwa sekarang ini arus modal ke negara-negara berkembang menurun karena dianggap risikonya meningkat akibat masalah perdagangan, suku bunga yang naik dan mata uang. 

Pewarta: Calvin Basuki

Editor : Feru Lantara


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2018