Jakarta (Antaranews Megapolitan) - Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional menyatakan gerhana Bulan pada 27 Juli 2018 ditandai dengan Bulan purnama yang tampak meredup berdurasi tiga jam 55 menit dan memerah selama satu jam 43 menit.

Peneliti Pusat Ilmu Antariksa Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) Rhorom Priyatikanto melalui layanan pesan singkat di Jakarta, Selasa, mengatakan bagian lain dari keunikan gerhana Bulan total kali ini, di mana pada 27-28 Juli 2018, Bulan tampak menggantung di langit ditemani Planet Mars dan Saturnus. 

"Amat indah bila dipotret berbarengan. Ada juga hujan meteor yang memancar dari arah rasi Aquarius, tidak terlalu jauh dari Bulan saat itu," katanya.

Ia menyebut durasi gerhana Bulan total mendatang sebagai terlama kedua pada abad ini, setelah peristiwa serupa pada 16 Juli 2000 yang memiliki durasi yang lebih lama, yakni tiga jam 56 menit.

Ia menuturkan dalam rentang waktu tiga jam 55 menit itu, terjadi gerhana Bulan umbra, yakni ketika piringan Bulan tertutup oleh umbra bayangan Bumi, sedangkan gerhana Bulan totalnya berlangsung selama satu jam 43 menit.

"Saat itulah mata kita bisa menyaksikan terang Bulan meredup," katanya.

Gerhana Bulan total mendatang dapat disaksikan di seluruh wilayah Indonesia, kecuali wilayah-wilayah yang tertutup mendung. Gerhana itu akan berlangsung pada 27 Juli pukul 01.24 hingga 05.19 WIB.

Ia menambahkan bahwa gerhana Bulan total pada 27 Juli mendatang juga "mini bloodmoon", pasalnya gerhana Bulan total tersebut merupakan gerhana Bulan apogee, kebalikan dari gerhana pada 31 Januari lalu. 

"Karena berada dekat posisi apogee (terjauh dari Bumi, red.), maka Bulan akan tampak lebih kecil, sekitar lima persen dari penampakan rata-ratanya atau sekitar 10 persen dari ukuran yang kita lihat pada 31 Januari lalu. Ada yang bilang, GBT nanti adalah 'mini bloodmoon'," katanya.

Pewarta: Anita Permata Dewi

Editor : Feru Lantara


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2018