Jakarta (Antaranews Megapolitan) - Sebanyak 119 tangki air bersih didistribusikan untuk mengatasi dampak kekeringan di sejumlah wilayah di Daerah Istimewa (DI) Yogyakarta.
"Sampai dengan 19 Juli, sebanyak 119 tangki air bersih dari sumber dana APBN telah didistribusikan ke Gunungkidul, Kulon Progo dan Bantul," kata Direktur Perlindungan Sosial Korban Bencana Alam Kementerian Sosial Margowiyono yang dihubungi dari Jakarta, Minggu.
Ia mengatakan, total bantuan distribusi air tahun 2018 sebesar 1.000 tangki terdiri atas 500 tangki dari APBD dan 500 tangki lainnya dari APBN dengan kapasitas setiap tangki sebanyak 5.000 liter.
Rincian air bersih yang sudah didistribusikan yaitu 20 tangki untuk Gunungkidul dari 200 tangki kuota APBN dan 250 tangki APBD, 89 tangki di Kulon Progo dari 250 kuota APBN dan 200 kuota APBD serta 10 tangki dari 50 kuota APBN dan 50 Kuota APBD ke Bantul.
Air bersih tersebut didistribusikan dengan lima unit truk tangki masing-masing tiga truk tangki Dinas Sosial DI Yogyakarta dan masing-masing satu unit dari Dinsos Gunungkidul serta Kulon Progo.
Kementerian Sosial mengoptimalkan pemanfaatan semua potensi, sarana, dan prasarana penanganan kekeringan di sejumlah daerah akibat musim kemarau.
"Kita memaksimalkan mobil tangki air dan Tagana serta unsur relawan sosial lainnya. Saat ini sudah disiagakan di Yogyakarta dan NTT," kata Margowiyono.
Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mencatat sejumlah daerah telah mengalami hari tanpa hujan (HTH) ekstrem sehingga perlu waspadai terjadinya kekeringan terutama menghadapi puncak musim kemarau pada Juli dan Agustus 2018.
HTH ekstrem atau lebih dari 60 hari, berdasarkan pemantauan BMKG lokasi tertinggi di Sape, Provinsi Nusa Tenggara Barat, yaitu selama 112 hari.
Selain itu, HTH tertinggi juga terjadi di Daerah Istimewa Yogyakarta, di Lendah dan Srandakan selama 82 hari, Bangsri, Jawa Tengah 92 hari, Kawah Ijen, Jawa Timur 101 hari, Bali 102 hari, dan Wulandoni, NTT selama 103 hari.
Sejumlah daerah lainnya juga perlu mewaspadai kurangnya curah hujan dengan curah hujan rendah, di bawah 55 milimeter.
Daerah tertentu, yaitu sebagian besar Pulau Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Jawa, Bali, Nusa Tenggara, sebagian Maluku Utara, bagian selatan Papua Barat, dan sekitar Merauke, Papua.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2018
"Sampai dengan 19 Juli, sebanyak 119 tangki air bersih dari sumber dana APBN telah didistribusikan ke Gunungkidul, Kulon Progo dan Bantul," kata Direktur Perlindungan Sosial Korban Bencana Alam Kementerian Sosial Margowiyono yang dihubungi dari Jakarta, Minggu.
Ia mengatakan, total bantuan distribusi air tahun 2018 sebesar 1.000 tangki terdiri atas 500 tangki dari APBD dan 500 tangki lainnya dari APBN dengan kapasitas setiap tangki sebanyak 5.000 liter.
Rincian air bersih yang sudah didistribusikan yaitu 20 tangki untuk Gunungkidul dari 200 tangki kuota APBN dan 250 tangki APBD, 89 tangki di Kulon Progo dari 250 kuota APBN dan 200 kuota APBD serta 10 tangki dari 50 kuota APBN dan 50 Kuota APBD ke Bantul.
Air bersih tersebut didistribusikan dengan lima unit truk tangki masing-masing tiga truk tangki Dinas Sosial DI Yogyakarta dan masing-masing satu unit dari Dinsos Gunungkidul serta Kulon Progo.
Kementerian Sosial mengoptimalkan pemanfaatan semua potensi, sarana, dan prasarana penanganan kekeringan di sejumlah daerah akibat musim kemarau.
"Kita memaksimalkan mobil tangki air dan Tagana serta unsur relawan sosial lainnya. Saat ini sudah disiagakan di Yogyakarta dan NTT," kata Margowiyono.
Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mencatat sejumlah daerah telah mengalami hari tanpa hujan (HTH) ekstrem sehingga perlu waspadai terjadinya kekeringan terutama menghadapi puncak musim kemarau pada Juli dan Agustus 2018.
HTH ekstrem atau lebih dari 60 hari, berdasarkan pemantauan BMKG lokasi tertinggi di Sape, Provinsi Nusa Tenggara Barat, yaitu selama 112 hari.
Selain itu, HTH tertinggi juga terjadi di Daerah Istimewa Yogyakarta, di Lendah dan Srandakan selama 82 hari, Bangsri, Jawa Tengah 92 hari, Kawah Ijen, Jawa Timur 101 hari, Bali 102 hari, dan Wulandoni, NTT selama 103 hari.
Sejumlah daerah lainnya juga perlu mewaspadai kurangnya curah hujan dengan curah hujan rendah, di bawah 55 milimeter.
Daerah tertentu, yaitu sebagian besar Pulau Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Jawa, Bali, Nusa Tenggara, sebagian Maluku Utara, bagian selatan Papua Barat, dan sekitar Merauke, Papua.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2018