Bogor  (Antaranews Megapolitan) - Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) memperkuat kerja sama bilateral dalam rangka penguatan kapasitas riset perguruan tinggi Indonesia melalui kerja sama internasional. 

"Kami terus berusaha mengembangkan kerja sama bilateral selain dengan Amerika, didorong dengan Uni Eropa yang baru selesai menyepakati kerja sama," kata Direktur Riset dan Pengabdian Masyarakat, Kemenristekdikti, Prof Ocky Karna Radjasa, dalam kegiatan konferensi tahunan pertama USAID SHERA di Bogor, Selasa.

Menurut Ocky, dana riset Indonesia yang terbatas, dari data yang ada 0,25 persen dari GDP atau kurang lebih 25 triliun. Sekitar 80 persen dana tersebut bersumber dari pemerintah, dan kurang dari 20 persen bersumber dari swasta.

Menurutnya, kondisi tersebut terbalik dengan fakta yang ada di luar negeri, yang dana risetnya lebih besar bersumber dari 'private sector' atau sektor swasta. 

Saat ini Kemenristekdikti bekerja sama dengan USAID dalam program Sustainable Higher Education Research Alliance (SHERA) yakni program kemitraan pendaan riset yang melibatkan perguruan tinggi Indonesia dengan Amarika. 

Program ini memiliki target salah satunya mendorong penguatan kapasitas riset bagi pendidikan tinggi di Indonesia, sehingga menjadi perguruan tinggi kelas dunia. 

Ada lima perguruan tinggi terbaik Indonesia yang mendapatkan dana hibah program ini yakni UI, IPB, UGM, UNPAD, dan ITB. Kelimanya akan berkolaborasi dengan perguruan tinggi yang ada di Amerika.     

Menurut Ocky, kolaborasi riset khususnya internasional memegang peranan yang penting dalam penguatan kapasitas riset di Indonesia melalui kerja sama riset, kerja sama riset publik, program pertukaran ilmuan Indonesia dan Amerika, dan program konferensi internasional sebagai bentuk eksposur dari hasil riset pada level internasional.

"Karena para pemenang kerja sama ini adalah perguruan tinggi Indonesia yang punya reputasi sangat baik di level dunia," katanya. 

Ocky menyebutkan, yang terpenting dari kolaborasi kerja sama riset ini adalah keterlibatan swasta dalam program USAID SHERA, di mana Kemenristekdikti mendorong hasil riset yang tadinya dari produk riset dasar, menjadi riset terapan, dan didorong ke riset pengembangan melalui program inovasi. 

"Sehingga hasil riset ini tidak hanya berdampak terhadap publikasi, atau menghasilkan hak kekayaan intelektual (HKI) tetapi didorong ke arah hilirisasi, dan komersialisasi," katanya.

Ocky mengatakan, USAID melalui program SHERA mengucurkan dana riset cukup besar yakni 20 juta US Dollar untuk selama lima tahun, diperuntukkan lima pusat riset untuk kolaborasi. 

Pendaan ini lanjutnya, akan sangat tinggi dampaknya bagi riset perguruan tinggi, mengingat Direktorat Riset dan Pengembangan dananya hanya antara Rp20 juta sampai Rp1 miliar per tahun. 

Kondisi ini, lanjutan, cukup memaksa karena situasi saat ini, jumlah perguruan tinggi di Indonesia begitu besar sekitar 4 ribu dengan jumlah dosen 270 ribu dosen.
 
"Jadi kami terus berusaha mengembangkan kerja sama bilateral, sebagai bentuk, bagaimana penguatan kapasitas riset, dan riset kita dorong melalui sumber dari berbagai negara lain," kata Ocky.
    
    

Pewarta: Laily Rahmawaty

Editor : Feru Lantara


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2018