Bogor (Antaranews Megapolitan) - Wali Kota Bima Arya Sugiarto menargetkan untuk menuntaskan proses konversi angkot menjadi bus di periode kedua kepemimpinannya,  sebagai salah satu tahapan dalam pengurai persoalan kemacetan, PKL dan juga persampahan. 

"Target utama saya dan Kang Dedie (calon wakil-red) menuntaskan proses konversi," kata Bima kepada awak media dalam bincang sore di kediamannya, Sabtu.

Menurutnya, proses konversi di tahun ini sudah berjalan, dan direncanakan dalam waktu dua hingga tiga tahun, program tersebut jauh lebih terasa lagi ketika bus lebih banyak masuk, dan angkot semakin ke pinggir.  

"Itu "PR" paling utama, dan saya akan habis-habisan," katanya.

Ia mengatakan, jika persoalan angkot selesai, maka persoalan PKL juga akan selesai, begitu pula persoalan kesemberawutan oleh sampah. 

Menurutnya, dengan konversi angkot menjadi bus, tidak akan ada lagi angkot yang berhenti sembarangan, otomatis tidak ada PKL, karena PKL berkumpul mengikuti angkot.

"Ketika PKL sudah tidak ada lagi, maka sampah juga tidak akan ada. Jadi kita akan fokus betul untuk proses konversi," katanya. 

Salah satu komponen mendukung terlaksananya konversi angkot adalah persoalan subsidi yang diyakininya tahun depan sudah dikucurkan.

"Saya pastikan subsidi akan dikucurkan tahun depan, subsidi ini untuk proses konversi," katanya. 

Menurutnya, terhambatnya proses konversi di tahun ini dikarenakan persoalan subsidi yang belum tuntas, belum mendapat persetujuan dari DPRD Kota Bogor. 

Lulusan Monas University ini mengatakan, menyelesaikan persoalan kemacetan dengan skema rerouting dan konversi angkot menjadi bus ini cukup rumit, dan tidak semua warga paham.

Banyak warga mempertanyakan kinerjanya selama tiga tahun ini dalam hal penyelesaian persoalan kemacetan.

"Tidak mudah untuk menjelaskannya, makanya kita gunakan bahasa sederhana, konversi menguraikan angkot menggantikannya dengan bus," katanya.

Ia menambahkan, jika tahun depan subsidi dikucurkan, dan rerouting serta konversi angkot berhasil dijalankan, akan dapat mengubah wajah Kota Bogor. 

Periode sebelumnya penataan transportasi Kota Bogor dimulai dengan membjat 3.412 angkot berbadan hukum. Proses ini tidaklah gampang, karena harus meyakinkan juragan angkot untuk mendaftarkan angkotnya menjadi badan hukum.

Tahun berikutnya adalah proses rerouting dengan menambah trayek dan koridor untuk menjangkau 68 kelurahan. Angkot diarahkan menjadi pengumpan (feeder) yang beroperasi di pinggir kota. Sedangkan dipusat kota diisi oleh armada bus. 

Dari konversi ini, angkot yang masih ingin melayani rute pusat kota harus mengkonversi angkotnya dengan mekanisme tiga angkot menjadi atau bus atau tiga angkot menjadi dua minibus.
    
    
    

Pewarta: Laily Rahmawaty

Editor : Andi Firdaus


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2018