Bogor (Antaranews Megapolitan) - Masalah wajah dan penampilan menjadi perhatian utama wanita. Paparan polutan udara membuat tekstur wajah terlihat kusam. Tiga mahasiswa Institut Pertanian Bogor (IPB) mencoba membuat solusi untuk masalah tersebut dengan “Mantan: Masker Anti Polutan Berbasis Nanokarbon Teraktivasi dari Limbah Tempurung Kelapa (Cocos nuciferus)”.
Avia Sefrianti Hidayat, Anisa Tsalsabila dan Dwi Riah Sari melalui Program Kreativitas Mahasiswa bidang Penelitian (PKM-PE) di bawah bimbingan Dr. Akhiruddin Maddu memanfaatkan tempurung kelapa untuk membuat “Mantan”.
Jumlah tempurung kelapa yang banyak dan susah diuraikan mikroorganisme memiliki potensi sebagai arang aktif yang bisa digunakan untuk absorbance untuk debu atau partikel-partikel sejenis.
“Masker yang biasa kita gunakan sekarang ini belum mampu bekerja sebagai media pengurang dampak buruk udara. Partikel yang kecil saja masih belum bisa terfilter. Dari situlah kita mencoba menggagas masker dari tempurung kelapa,” kata Avia Sefrianti Hidayat.
Keunggulan Mantan dibanding masker yang lain adalah mempunyai banyak pori dan ada karbon teraktivasinya sehingga kemampuan menyerapnya lebih tinggi. Disamping itu, Mantan ini cocok digunakan di semua kulit dan tidak akan menyebabkan iritasi.
“Masker kita itu berbenuk kain, kemudian ada busa dengan karbon aktifnya kemudian dilapisi kain lagi. Tampilannya pun seperti masker pada umumnya. Cuma di busanya itu telah ditambahkan nanokarbon yang telah diaktivasi, jadi tidak berbahaya untuk kesehatan,” kata Dwi Riah Sari.
Sampai saat ini, Mantan telah sampai pada tahap pembuatan produk dan karakterisasinya. Dalam waktu dekat akan dilakukan pengujian lebih lanjut mengenai daya serap karbondioksida dan karbonmonoksida menggunakan alat uji.
“Target uji kami kepada mahasiswa IPB dulu,” tambah Avia Sefrianti Hidayat.
Harapan ke depan dari Mantan ini yaitu dapat digunakan secara massal, karena keunggulannya yang dapat menyerap banyak polutan selain secara ekonomi ada potensi kerjasama dengan pihak lain untuk memproduksi dalam skala besar.
“Kalau masker ini nanti berhasil, harapannya bisa digunakan secara massal oleh masyarakat dan bisa beralih ke Mantan karena lebih aman dibanding yang sudah ada. Ke depannya juga harapannya dapat bekerja sama dengan industri-industri di bidang kosmetik agar terproduksi dalam skala besar dan mungkin juga akan kami patenkan,” kata Annisa Tsalsabila. (Ath/Zul)
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2018
Avia Sefrianti Hidayat, Anisa Tsalsabila dan Dwi Riah Sari melalui Program Kreativitas Mahasiswa bidang Penelitian (PKM-PE) di bawah bimbingan Dr. Akhiruddin Maddu memanfaatkan tempurung kelapa untuk membuat “Mantan”.
Jumlah tempurung kelapa yang banyak dan susah diuraikan mikroorganisme memiliki potensi sebagai arang aktif yang bisa digunakan untuk absorbance untuk debu atau partikel-partikel sejenis.
“Masker yang biasa kita gunakan sekarang ini belum mampu bekerja sebagai media pengurang dampak buruk udara. Partikel yang kecil saja masih belum bisa terfilter. Dari situlah kita mencoba menggagas masker dari tempurung kelapa,” kata Avia Sefrianti Hidayat.
Keunggulan Mantan dibanding masker yang lain adalah mempunyai banyak pori dan ada karbon teraktivasinya sehingga kemampuan menyerapnya lebih tinggi. Disamping itu, Mantan ini cocok digunakan di semua kulit dan tidak akan menyebabkan iritasi.
“Masker kita itu berbenuk kain, kemudian ada busa dengan karbon aktifnya kemudian dilapisi kain lagi. Tampilannya pun seperti masker pada umumnya. Cuma di busanya itu telah ditambahkan nanokarbon yang telah diaktivasi, jadi tidak berbahaya untuk kesehatan,” kata Dwi Riah Sari.
Sampai saat ini, Mantan telah sampai pada tahap pembuatan produk dan karakterisasinya. Dalam waktu dekat akan dilakukan pengujian lebih lanjut mengenai daya serap karbondioksida dan karbonmonoksida menggunakan alat uji.
“Target uji kami kepada mahasiswa IPB dulu,” tambah Avia Sefrianti Hidayat.
Harapan ke depan dari Mantan ini yaitu dapat digunakan secara massal, karena keunggulannya yang dapat menyerap banyak polutan selain secara ekonomi ada potensi kerjasama dengan pihak lain untuk memproduksi dalam skala besar.
“Kalau masker ini nanti berhasil, harapannya bisa digunakan secara massal oleh masyarakat dan bisa beralih ke Mantan karena lebih aman dibanding yang sudah ada. Ke depannya juga harapannya dapat bekerja sama dengan industri-industri di bidang kosmetik agar terproduksi dalam skala besar dan mungkin juga akan kami patenkan,” kata Annisa Tsalsabila. (Ath/Zul)
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2018