Bogor (Antaranews Megapolitan) - Perusahaan semen multinasional PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk berharap Gubernur Jawa Barat (Jabar) terpilih dapat melanjutkan proyek pembangunan TPA Nambo karena sampai saat ini masih tertunda.
"Harapannya untuk pemerintahan di Jawa Barat yang baru ini bisa melanjutkan proyek ini, karena ini proyek yang baik bisa mengatasi masalah sampah di Jawa Barat," kata Direktur Utama PT Indocement, Christian Kartawijaya dalam kegiatan Halal Bihalal Idu Fitri 1439 H/2018 M dengan media regional Bogor, di Jakarta, Kamis malam.
Ia menyebutkan, proyek Tempat Pembuatan Akhir (TPA) Nambo dapat menjadi pionir dalam mengatasi permasalahan sampah di wilayah Jawa Barat, karena pengolahan sampahnya dapat dimanfaatkan oleh Indocement sebagai bakan bakar pembuatan semen menggantikan batu bara yang semakin tinggi harganya.
Menurutnya lebih lanjut, biaya komponen tertinggi dalam industri semen adalah batu bara sebagai bahan bakar memproduksi semen dan BBM untuk transportasi.
Para wartawan Regional Bogor saat Konferensi pers dengan Direktur Utama (Dirut) PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk, Christian Kartawijaya, didampingi Direktur SDM dan CSR Indocement, Antonius Marcos, dan Direktur Komersial, Troy Dartojo Soputro. (Megapolitan.Antaranews.Com/Foto: M.Tohamaksun).
Saat ini harga minyak naik dari 50 dolar per barel, menjadi 70 sampai 75 dolar per barel. Kondisi ini menyebabkan Indocement dan pabrikan lain kesulitan. Di satu pihak harga semen turun 11 persen karena pasokan berlebih, tetapi biaya naik 11-12 persen.
"Dampaknya margin kita kena 'squisy', makanya dari mulai awal tahun kemarin sampai sekarang, kita belum turunkan harga lagi," katanya.
Upaya yang dilakukan Indocement menghadapi kondisi tersebut dengan mengoptimalkan pabrik yang besar, dan menutup pabrik dengan kapasitas kecil. Karena pabrik besar menggunakan batu bara berkalori rendah, sehingga efisien.
Ke depan lanjutnya, pembangunan TPA Nambo menjadi harapan selain untuk menuntaskan permasalahan sampah, juga menjadi bahan bakar alternatif pabrik semen.
"Mudah-mudahan proyek Nambo kita berjalan," katanya.
TPA Nambo lanjutnya, berfungsi menampung sampah, lalu diolah menjadi briket yang digunakan oleh Indocement sebagai bahan bakar produksi semen.
Bisa jadi pionir dan solusi mengahadapi masalah sampah
Saat ini progres pembangunan TPA Nambo telah disediakan tanah oleh Pemkab Bogor, lelang juga sudah dilakukan dan pemenang tender sudah ditunjuk, dan kini sedang dilakukan persiapan oleh pemenang.
"Indocement sudah siapkan pabrikan-pabrikan untuk bisa menampung yang namanya RDF, sampah-sampah itu dikeringkan, dengan alatpres bisa dimasukkan dalam tungku jadi bahan bakar semen," kata Christian.
Ia menambahkan pula bahwa operasional TPA Nambo akan menghilangkan sampah sekitar tiga persen, yang tadinya banyak tertampung di kali, laut, dan daratan, bia diatasi dengan teknologi dari Indocement.
"Mudah-mudahan bisa berjalan, kembali lagi ke pemerintah Jawa Barat, karena pabriknya sudah siap, untuk nampung. Kalau jalan cepat, satu-dua tahun ini, mudah mudah bisa jadi pionir dan solusi mengahadapi masalah sampah," kata Christian. (ANT/BPJ).
Penerjemah: E. Sujatmiko.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2018
"Harapannya untuk pemerintahan di Jawa Barat yang baru ini bisa melanjutkan proyek ini, karena ini proyek yang baik bisa mengatasi masalah sampah di Jawa Barat," kata Direktur Utama PT Indocement, Christian Kartawijaya dalam kegiatan Halal Bihalal Idu Fitri 1439 H/2018 M dengan media regional Bogor, di Jakarta, Kamis malam.
Ia menyebutkan, proyek Tempat Pembuatan Akhir (TPA) Nambo dapat menjadi pionir dalam mengatasi permasalahan sampah di wilayah Jawa Barat, karena pengolahan sampahnya dapat dimanfaatkan oleh Indocement sebagai bakan bakar pembuatan semen menggantikan batu bara yang semakin tinggi harganya.
Menurutnya lebih lanjut, biaya komponen tertinggi dalam industri semen adalah batu bara sebagai bahan bakar memproduksi semen dan BBM untuk transportasi.
Para wartawan Regional Bogor saat Konferensi pers dengan Direktur Utama (Dirut) PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk, Christian Kartawijaya, didampingi Direktur SDM dan CSR Indocement, Antonius Marcos, dan Direktur Komersial, Troy Dartojo Soputro. (Megapolitan.Antaranews.Com/Foto: M.Tohamaksun).
Saat ini harga minyak naik dari 50 dolar per barel, menjadi 70 sampai 75 dolar per barel. Kondisi ini menyebabkan Indocement dan pabrikan lain kesulitan. Di satu pihak harga semen turun 11 persen karena pasokan berlebih, tetapi biaya naik 11-12 persen.
"Dampaknya margin kita kena 'squisy', makanya dari mulai awal tahun kemarin sampai sekarang, kita belum turunkan harga lagi," katanya.
Upaya yang dilakukan Indocement menghadapi kondisi tersebut dengan mengoptimalkan pabrik yang besar, dan menutup pabrik dengan kapasitas kecil. Karena pabrik besar menggunakan batu bara berkalori rendah, sehingga efisien.
Ke depan lanjutnya, pembangunan TPA Nambo menjadi harapan selain untuk menuntaskan permasalahan sampah, juga menjadi bahan bakar alternatif pabrik semen.
"Mudah-mudahan proyek Nambo kita berjalan," katanya.
TPA Nambo lanjutnya, berfungsi menampung sampah, lalu diolah menjadi briket yang digunakan oleh Indocement sebagai bahan bakar produksi semen.
Bisa jadi pionir dan solusi mengahadapi masalah sampah
Saat ini progres pembangunan TPA Nambo telah disediakan tanah oleh Pemkab Bogor, lelang juga sudah dilakukan dan pemenang tender sudah ditunjuk, dan kini sedang dilakukan persiapan oleh pemenang.
"Indocement sudah siapkan pabrikan-pabrikan untuk bisa menampung yang namanya RDF, sampah-sampah itu dikeringkan, dengan alatpres bisa dimasukkan dalam tungku jadi bahan bakar semen," kata Christian.
Ia menambahkan pula bahwa operasional TPA Nambo akan menghilangkan sampah sekitar tiga persen, yang tadinya banyak tertampung di kali, laut, dan daratan, bia diatasi dengan teknologi dari Indocement.
"Mudah-mudahan bisa berjalan, kembali lagi ke pemerintah Jawa Barat, karena pabriknya sudah siap, untuk nampung. Kalau jalan cepat, satu-dua tahun ini, mudah mudah bisa jadi pionir dan solusi mengahadapi masalah sampah," kata Christian. (ANT/BPJ).
Penerjemah: E. Sujatmiko.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2018