Bogor (Antaranews megapolitan) - Istilah agroforestri belum banyak menjadi perhatian bagi masyarakat. Padahal agroforestri merupakan suatu model usaha tani untuk memenuhi kebutuhan pangan tanpa harus menebang hutan.
Berangkat dari masalah keprihatinan terhadap hutan-hutan yang ada di Indonesia, lima mahasiswa Institut Pertanian Bogor (IPB) dengan dosen pembimbing Lufthi Rusniarsyah. melakukan pengabdian kepada masyarakat melalui kegiatan Agrovill (Agroforestry Village). Mereka adalah Muhamad Yusuf, Rina Agustin Murdianti, Syifa Paxia Rinaldi, Liviana Makrufah, dan Karima Fauziah Muharam. Semuanya adalah mahasiswa Departemen Silvikultur, Fakultas Kehutanan, IPB.
Ide ini berawal dari kegemaran Yusuf terhadap bidang ilmu agroforestri. Sebagai mahasiswa terlebih menjadi mahasiswa kehutanan Yusuf merasa perlu untuk terjun ke masyarakat langsung agar mampu memberikan solusi.
"Dalam agenda pengabdian masyarakat yang kami sebut Agrovill, kami menggambil daerah Desa Sukamakmur,” terangnya.
Desa Sukamakmur, Kecamatan Ciomas, Bogor menjadi tujuan pengimplementasian kegiatan Agrovill karena dominan masyarakatnya yang bermatapencaharian petani. Banyak pekarangan warga yang berpotensi untuk dimanfaatkan sebagai tempat menghasilkan pangan mandiri untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari melalui tanaman hortikultura dan vertikultur.
"Pertimbangan mendasar kami mengambil Desa Sukamakmur adalah karena pada desa ini masyarakat masih awam terkait ilmu agroforestri, padahal sangat bermanfaat jika diaplikasikan. Kami melihat peluang besar karena masyarakat senang dengan kegiatan pertanian sehingga perlu adanya pengenalan budidaya tanaman kehutanan yang juga potensial,” tutur Yusuf, Ketua Agrovill.
Agrovill hadir sebagai program revolusi untuk membangun desa Sukamakmur yang lebih mandiri dan mampu menjaga kelestarian alam yang ada. Agrovill mendapatkan pembiayaan dari Kemenristek DIKTI untuk mengimplementasikan program dan mengedukasi masyarakat Sukamakmur tentang agroforestri.
Melalui pendanaan itu, Yusuf bersama dengan rekan-rekannya telah turun ke desa hingga lima kali dengan melakukan berbagai program seperti sosialisasi, pemberian benih, simulasi penanaman, pembangunan agroforestcenter. Tidak lupa juga, untuk menambah kedekatan dengan masyarakat sekitar, tim Agrovill mengadakan lomba memasak hasil yang sudah ditanam.
Yusuf dan rekan-rekannya berharap agar masyarakat khususnya Sukamakmur dapat tetap konsisten untuk merawat dan menerapkan sistem agroforestri di lingkungan sekitar, baik di pekarangan rumah maupun sawah dan kebun.
"Selain itu kami berharap dengan Agrovill ini, masyarakat tidak memanfaatkannya untuk dikonsumsi sendiri tetapi juga dapat menjadi sumber mata pencaharian dengan menjual produk-produk yang dihasilkan dalam bentuk bisnis. Kesuksesan masyarakat di Desa Sukamakmur dalam mengimplementasikan Agrovill ini bisa menjadi percontohan bagi desa-desa lainnya, sehingga masyarakat menjadi lebih mandiri dan kaya akan pemenuhan pangan mereka," tutup Yusuf. (SMH/Zul)
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2018
Berangkat dari masalah keprihatinan terhadap hutan-hutan yang ada di Indonesia, lima mahasiswa Institut Pertanian Bogor (IPB) dengan dosen pembimbing Lufthi Rusniarsyah. melakukan pengabdian kepada masyarakat melalui kegiatan Agrovill (Agroforestry Village). Mereka adalah Muhamad Yusuf, Rina Agustin Murdianti, Syifa Paxia Rinaldi, Liviana Makrufah, dan Karima Fauziah Muharam. Semuanya adalah mahasiswa Departemen Silvikultur, Fakultas Kehutanan, IPB.
Ide ini berawal dari kegemaran Yusuf terhadap bidang ilmu agroforestri. Sebagai mahasiswa terlebih menjadi mahasiswa kehutanan Yusuf merasa perlu untuk terjun ke masyarakat langsung agar mampu memberikan solusi.
"Dalam agenda pengabdian masyarakat yang kami sebut Agrovill, kami menggambil daerah Desa Sukamakmur,” terangnya.
Desa Sukamakmur, Kecamatan Ciomas, Bogor menjadi tujuan pengimplementasian kegiatan Agrovill karena dominan masyarakatnya yang bermatapencaharian petani. Banyak pekarangan warga yang berpotensi untuk dimanfaatkan sebagai tempat menghasilkan pangan mandiri untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari melalui tanaman hortikultura dan vertikultur.
"Pertimbangan mendasar kami mengambil Desa Sukamakmur adalah karena pada desa ini masyarakat masih awam terkait ilmu agroforestri, padahal sangat bermanfaat jika diaplikasikan. Kami melihat peluang besar karena masyarakat senang dengan kegiatan pertanian sehingga perlu adanya pengenalan budidaya tanaman kehutanan yang juga potensial,” tutur Yusuf, Ketua Agrovill.
Agrovill hadir sebagai program revolusi untuk membangun desa Sukamakmur yang lebih mandiri dan mampu menjaga kelestarian alam yang ada. Agrovill mendapatkan pembiayaan dari Kemenristek DIKTI untuk mengimplementasikan program dan mengedukasi masyarakat Sukamakmur tentang agroforestri.
Melalui pendanaan itu, Yusuf bersama dengan rekan-rekannya telah turun ke desa hingga lima kali dengan melakukan berbagai program seperti sosialisasi, pemberian benih, simulasi penanaman, pembangunan agroforestcenter. Tidak lupa juga, untuk menambah kedekatan dengan masyarakat sekitar, tim Agrovill mengadakan lomba memasak hasil yang sudah ditanam.
Yusuf dan rekan-rekannya berharap agar masyarakat khususnya Sukamakmur dapat tetap konsisten untuk merawat dan menerapkan sistem agroforestri di lingkungan sekitar, baik di pekarangan rumah maupun sawah dan kebun.
"Selain itu kami berharap dengan Agrovill ini, masyarakat tidak memanfaatkannya untuk dikonsumsi sendiri tetapi juga dapat menjadi sumber mata pencaharian dengan menjual produk-produk yang dihasilkan dalam bentuk bisnis. Kesuksesan masyarakat di Desa Sukamakmur dalam mengimplementasikan Agrovill ini bisa menjadi percontohan bagi desa-desa lainnya, sehingga masyarakat menjadi lebih mandiri dan kaya akan pemenuhan pangan mereka," tutup Yusuf. (SMH/Zul)
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2018