Bandarlampung (Antaranews Megapolitan) - Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia (Mendagri), Tjahjo Kumolo mengajak lapisan masyarakat Lampung, khsususnya mahasiswa Universitas Lampung (Unila) untuk melakukan deteksi dini dan antisipasi melawan radikalisme dan terorisme.

Hal tersebut disampaikan Mendagri dalam Stadium General (kuliah umum), di Aula Fakultas Pertanian Unila, di Bandarlampung, Selasa (5/6/2018).

Kuliah umum tersebut bertema "Unila Kampus Kebhinekaan. Dengan Semangat Pancasila, Anti radikalisme dan Intoleransi", Tjahjo Kumolo menjelaskan Negara Indonesia adalah Negara Hukum dan memiliki berbagai aturan, namun Negara kita adalah Negara besar dari Sabang sampai Merauke dengan berbagai suku dan bahasa.
Kekuatan bangsa Indonesia adalah kebhinekaan, dan Negara Indonesia memiliki Pancasila sebagai ideologinya. "Pancasila adalah perekat bangsa kita. Kalau Pancasila tersebut dijabarkan, maka bangsa kita akan dapat saling asah, asih, dan asuh," jelas Tjahjo.

Sampai saat ini, lanjut Tjahjo, masih ada sekelompok orang yang ingin mengubah dasar negara Pancasila.

"Ini merupakan tantangan bangsa kita untuk dapat tetap menjaga kesatuan. Hal ini merupakan bentuk dari radikalisme dan terorisme yang harus kita lawan. Untuk itu, kita harus berani menentukan sikap dalam menentukan kawan dan lawan, serta harus berani melawan siapa saja yang ingin mengubah pancasila. Karena tugas tersebut bukan hanya tugas polisi, dan pihak keamanan semata, tetapi tugas kita semua sebagai bangsa Indonesia," ujarnya.

Tjahjo Kumolo mengajak seluruh elemen untuk melakukan deteksi dini dan antisipasi dalam melawan radikalisme dan terorisme.

"Deteksi dini adalah kuncinya. Kita harus cermat dan hati-hati dalam bertindak melawan radikalisme dan terorisme. Untuk itu, saya mengajak seluruh elemen masyarakat untuk melakukan deteksi dini dan antisipasi dalam melawannya. Salah satunya melalui Deklarasi anti-radikalisme dan terorisme pagi ini," ujarnya.

Indonesia adalah milik bersama

Pada kesempatan itu, Pjs. Gubernur Lampung Didik Suprayitno menjelaskan bahwa Indonesia dibangun berdasarkan keberagaman yang perlu dipelihara dengan kesamaan dan kesatuan.

"Kita harus memelihara keberagaman tersebut dengan kebersamaan dan kesatuan, salah satunya yakni dengan melakukan anti-radikalisme dan terorisme. Dengan dilakukan anti-radikalisme dan terorisme, maka pembangunan Indonesia akan berjalan lancar, tertib, dan aman," jelas Didik.

Ia menjelaskan keinginan radikalisme dan terorisme dapat menyusup dari mana saja, namun kalau dijaga maka Insya Allah Indonesia, khususnya Provinsi Lampung akan aman.

"Untuk menangani radikalisme dan terorisme tentu perlu dilakukan deteksi dini. Dan Alhamdulillah Provinsi Lampung telah memperoleh penghargaan tiga kali berturut dalam penanganan konflik terbaik di Indonesia. Selain itu, dengan adanya kegiatan deklarasi anti-radikalisme dan terorisme ini juga dapat menjadi komitmen bersama kita dalam menjaga Indonesia untuk tetap satu dan melawan radikalisme dan terorisme," ujarnya.

Sementara itu, Rektor Universitas Lampung Hasriadi Mat Akin menjelaskan, Indonesia adalah milik bersama, tidak ada satu golongan pun yang mampu mengklaim milik sendiri.

"Indonesia memiliki Pancasila sebagai ideologi terbaik di dunia yang mampu menyatukan ribuan suku bangsa dan agama. Untuk itu, kita bersama harus melawan dan mengantisipasi dini radikalisme dan terorisme," jelas Hasriadi.

Dalam laporannya Presiden Mahasiswa BEM U KBM Unila, M. Fauzul Adzim, menyampaikan terimakasih kepada Mendagri yang dalam kesibukannya mampu menyempatkan hadir di Provinsi Lampung, khususnya di Kampus Unila dalam Deklarasi Kampus Unila sebagai Kampus Anti-Radikalisme dan Terorisme.

"Semoga kegiatan ini mampu membangun Lampung kedepannya, terutama bagi Indonesia," jelas Fauzul. (RLs/Humas Prov/ANT/BPJ/MTh).

Pewarta: Oleh: Humas Pemprov Lampung

Editor : M. Tohamaksun


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2018