Jakarta, (Antara Megapolitan) - Cuaca di Indonesia mulai memasuki musim kemarau yang bertepatan dengan dimulainya bulan Ramadhan 1439 Hijriah, dengan masuknya musim kemarau menjadi tantangan bagi masyarakat Indonesia yang menjalankan ibadah puasa.

Kasubag Hubungan Pers dan Media Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Taufan Maulana dalam keterangan tertulisnya, Selasa mengatakan pada bulan Ramadhan ini, sebagian wilayah di Indonesia telah menunjukan tanda-tanda musim kemarau, seperti daun-daun kering berwarna cokelat yang jatuh ke tanah dan suhu udara yang panas. 

"Walaupun telah memasuki awal kemarau, namun tidak jarang hujan masih turun, kondisi ini tentunya menjadi tantangan untuk tidak menyurutkan langkah untuk tetap berpuasa," kata Taufan.

Sementara itu Kepala BMKG Dwikorita juga menghimbau kepada masyarakat untuk mewaspadai masa transisi atau perubahan cuaca yang merupakan peralihan dari musim hujan ke musim kemarau. Salah satu fenomena dari masa transisi adalah munculnya hujan lebat, angin kencang serta petir, dan cuaca yang berubah-ubah.  

"Di masa transisi cuaca ini, kita patut waspada karena sering terjadi cuaca ekstrim pada masa transisi cuaca. Mulai dari hujan lebat, angin kencang, dan cuaca panas yang berubah per harinya," katanya.

Ia juga menambahkan bahwa awal musim kemarau terjadi pada April, Mei, dan Juni 2018 sebanyak 81,8 persen di wilayah Indonesia. Sementara hingga awal April, beberapa daerah sudah memasuki musim kemarau diantaranya adalah Provinsi NTT, NTB, DIY, Riau, Sumatera Utara, dan Aceh.  

Kemudian bergerak perlahan ke arah barat dan utara ke Pulau Jawa, sebagian Sulawesi, sebagian Kalimantan, sebagian Papua dan Sumatera yang memasuki bulan kemarau di bulan Mei. 

"Dengan masuknya musim kemarau di Indonesia, terdapat beberapa wilayah yang perlu diwaspadai dengan ancaman bencana alam seperti kekeringan dan munculnya kebakaran hutan dan lahan (Karhutla)," katanya.

Daerah Indonesia yang rentan pada bencana kekeringan yaitu Nusa Tenggara Barat (NTB), Nusa Tenggara Timur (NTT) , Jawa Timur, dan Yogyakarta bagian selatan. Sementara wilayah yang rentan terkena karhutla adalah Sumatera Utara, Riau, Jambi, Sumatera Selatan, dan Kalimantan.

Berdasarkan data dari BMKG, puncak musim kemarau tahun ini akan terjadi mulai dari Agustus hingga September. Ketika musim kemarau tiba, kekeringan dan karhutla merupakan dua bencana yang acap kali terjadi ketika musim kemarau terjadi di Indonesia, sehingga perlu antisipasi dari masyarakat untuk mengurangi bencana maupun dampak yang akan terjadi. 

"Puncak musim kemarau Indonesia di tahun 2018  menurut pantauan BMKG akan terjadi mulai dari bulan Agustus hingga September 2018. Pada saat musim kemarau, beberapa wilayah di Indonesia yang perlu diwaspadai adalah daerah yang rentan pada bencana kekeringan dan daerah yang rentan terkena Karhutla seperti NTT, NTB, Jawa Timur, Yogyakarta, Sumut, Riau, Jambi, Sumsel, dan Kalimantan," katanya.
 

Pewarta: Feru Lantara

Editor : Feru Lantara


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2018