Bogor (Antaranews Megapolitan) - Dinas Kesehatan Kota Bogor, Jawa Barat bekerja sama dengan Fakultas Ilmu Keperawatan (FIK) Universitas Indonesia untuk meningkatkan kesehatan jiwa masyarakat.

"Kerja sama dengan FIK UI ini sudah berlangsung sejak tahun 2006, hingga kini masih terus berlanjut," kata Kepala Seksi Penyakit Tidak Menular (PTM), Dinas Kesehatan Kota Bogor Firry Trinti, kepada Antara di Bogor, Senin.

Firry mengatakan melalui kerja sama tersebut setiap tahun FIK UI mengirimkan sejumlah mahasiswa pascasarjana untuk melakukan pratek kesehatan jiwa di kelurahan yang ada di Kota Bogor.

Praktek kesehatan jiwa ini terintegrasi dengan sistem di tiap-tiap Puskesmas, sehingga dokter, maupun perawat dan konselor kesehatan jiwa ikut terlibat di dalamnya.

Sejak 2006 total sudah ada 11 Puskesmas yang menjadi lokasi praktek mahasiswa FIK UI. Tahun 2018 ini dipilih Puskesmas Mulyaharja.

"Mahasiswa yang melakukan praktek di bawah bimbingan langsung pakar kesehatan jiwa Prof Budi Anna Keliat," kata Firry.

Kegiatan praktek yang dilakukan mahasiswa bersama petugas di Puskesmas adalah melakukan pelayanan kesehatan jiwa kepada masyarakat dengan metode `community menthal healt nursing` (CMHN).

"Mereka melakukan asuhan keperawatan untuk menangani kondisi masyarakat yang ada di wilayah tersebut," kata Firry.

Melalui metode tersebut, masyarakat dikelompokkan yakni kelompok sehat, beresiko, dan ODGJ (orang dengan gangguan jiwa). Setiap kelompok dilakukan intervensi asuhan perawatan.

"Yang sehat dijaga tetap sehat, yang beresiko diintervensi jangan sampai ODGj, sedangkan yang ODGJ diasuh sampai dia pulih dan mandiri," katanya.

Menurut Firry adanya kerja sama dengan FIK UI tersebut membantu Kota Bogor dalam hal pelayanan kesehatan jiwa masyarakat. Salah satunya mendeteksi langsung adanya ODGJ di wilayah.

FIK UI juga membantu menyusun indikator penilaian terhadap kesehatan jiwa masyarakat sehingga memudahkan Dinas Kesehatan dalam menilai kinerja Puskesmas dalam hal penanganan kesehatan jiwa masyarakat.

Sementara itu pakar kesehatan jiwa, FIK UI, Prof Budi Anna Keliat memaparkan kondisi kesehatan jiwa di Kota Bogor dengan mengestimasi masalah kesehatan jiwa yang ada.

Variabel yang digunakan penduduk tahun 2014 sebanyak 1.030.720 jiwa, sehat dan ODMK (orang dengan masalah kejiwaan) 933.213 atau 90,54 persen. ODGJ ringan ada 95.857 orang, ODGJ berat 1.650 jiwa, dan pasung 177 orang.

Angka ODGJ di Kota Bogor berdasarkan temuan kasus di tiap Puskesmas berfluktuatif mulai dari tahun 2011 sampai 2017 tercatat ada 575 orang ODGJ. Khusus di Mulyaharja tahun 2017 ada 43 orang.

Menurutnya dari 43 ODGJ yang ada di Kelurahan Mulyaharja artinya ada 43 orang yang tidak bekerja, sehingga potensi ekonomi yang hilang di Kota Bogor mencapai Rp58 juta per bulan.

"Apabila separoh keluarga ODGJ ini merawat mereka di rumah, artinya Rp30 juta per bulan potensi ekonomi hilang," katanya.

Ia mengatakan masalah kesehatan jiwa harus menjadi kepedulian bersama dimulai dari Pemerintah Pusat yang telah mengeluarkan regulasi UU Nomor 18 Tahun 2014 tentang Kesehatan Jiwa, dan ini harus diimbangi oleh pemerintah di daerah baik provinsi dan kabupaten/kota untuk menerbitkan regulasi dalam hal menjaga kesehatan jiwa masyarakat.

"Lagu Indonesia Raya mengatakan "Bangunlah badannya, bangunlah jiwanya`, artinya kesehatan jiwa itu penting untuk generasi masa depan. Karena tidak ada kesehatan tanpa kesehatan jiwa," kata Budi.

Pewarta: Laily Rahmawaty

Editor : Naryo


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2018