Jakarta (Antaranews Megapolitan) - Sistem bioflok pada budi daya lele sedang naik daun dalam beberapa tahun terakhir karena hasilnya memuaskan.
Bio artinya hidup, flok itu berarti gumpalan. Jadi bioflok itu adalah gumpalan hidup baik fitoplanton maupun zooplankton yang tumbuh menjadi makanan ikan.
Semua peternak berlomba untuk mengubah sistem budi daya konvensional menjadi sistem bioflok yang menggunakan bantuan mikrorganisme pengurai dan menggunakan kolam terpal untuk memudahkan pembuangan sisa pakan.
Namun ada juga peternak yang masih belum yakin dengan sistem bioflok, seperti Suganda, Ketua Peternak Lele Kersa Mulya, Kabupaten Cirebon.
Ia tetap menggunakan sistem lama atau kolam tanah dengan tetap memberikan tambahan mikroba pengurai. Ia juga ragu dengan klaim sistem bioflok mampu memelihara dengan padat penebaran tinggi sampai 500 ekor per meter kubik air.
Namun, sampai saat ini Kementerian Kelautan dan Perikanan masih yakin dengan teknologi itu dan terus menyosialisasikan metode unggul tersebut dengan harapan bisa mendorong produksi perikanan budi daya nasional.
Ribuan peternak lele dengan sistem bioflok terus tumbuh setiap bulan, bahkan tidak hanya untuk lele, tetapi juga berhasil diuji coba untuk nila dan bandeng.
Sebenarnya di tahun 1999, metode penggunaan mikroorganisme pengurai sudah dilakukan sejumlah peternak, namun gaungnya tidak sebesar sekarang.
Salah satu mirkoba yang digunakan peternak lele adalah pupuk cair biogan, yang terlahir di Pekantingan, Klangenan, Kabupaten Cirebon. Semula, mikroba itu hanya digunakan untuk pertanian, kemudian terus dikembangkan untuk ternak ikan, ternak ruminansia, dan ternak unggas.
Saat ini biogan juga dikembangkan untuk mendukung sistem budi daya bioflok, dan sejumlah peternak mulai merasakan perbedaan mencolok yang lebih menjanjikan dibanding metode bioflok umumnya.
Pada metode bioflok yang biasa, peternak mencoba memberikan kesempatan kepada bakteri untuk berkembang biak di kolam terpal, sebelum benih lele disebar.
Peternak membeli mikroorganisme cair di pasaran lalu mencoba dibiakkan dengan menggunakan sumber kerbohidrat, gula atau tetes atau juga dedak.
Kemudian hasil pembiakan bakteri disebar di kolam. Ada juga peternak yang langsung memberikan bakteri ke kolam terpal dengan tambahan tetes atau gula dilarutkan ke kolam.
Mikroorganisme itu diharapkan akan membantu mengurai kotoran ikan dan sisa pakan menjadi zat hara yang bisa aman dikonsumsi ikan sehingga meningkatkan konversi pakan.
Harapan lain adalah kolam tidak lagi berbau dan makin menumbuhkan fitoplanton untuk menyebatkan air karena fitoplankton juga meningkatkan oksigen terlarut dalam air.
Tidak semua peternak berhasil mengembangkan metode itu, karena banyak juga yang tidak berhasil, artinya kolam tetap berbau dan munculnya bau amoniak yang menyengat saat kotoran kolam dibuang.
Ada kelompok ternak lele dengan sistem bioflok yang didemo warga karena limbah buangannya masih berbau.
Hasil Memuaskan
Hasil uji coba penggunaan biogan di beberapa tempat menunjukkan hasil memuaskan dan diyakini mampu menghasilkan sistem bioflok yang sempurna antara lain kualitas air kolam semakin baik, tidak berbau, konversi pakan yang lebih baik, hasil panen meningkat, mortalitas rendah.
Karena kualitas air yang baik maka kolam tidak perlu diganti sampai lele dipanen, ini artinya juga mengurangi tingkat stres, menekan biaya pemeliharaan, dan menghemat penggunaan air.
Salah satu peternak yang berhasil memperbaiki konsep bioflok adalah Indra Aditiansyah, peternak dari Plumbon, Cirebon yang mengelola balong-balong terpal di daerah GKBI Plumbon.
Indra bersama Sujana, mertua yang juga seorang penyuluh perikanan, mendapatkan order lima ton lele konsumsi dalam seminggu, sementara saat itu baru mampu memproduksi dua ton ikan lele dalam waktu lima hari.
Ia ragu mengambil order itu karena khawatir mengalami kerugian akibat mortalitas tinggi dan konversi pakan yang kurang baik.
Berbagai merek mikroba sudah dicoba, namun hasilnya masih belum memuaskan sehingga pada bulan Januari 2018 mendapat cairan biogan yang kemudian diuji coba sesuai dengan arahan Jejen, petugas kaji terap biogan.
Pria yang beralamat di Desa Pesanggrahan, Kecamatan Plumbon, Kabupaten Cirebon Jawa Barat ini mengakui, dahulu kelompok ikan di sini tidak pernah berproduksi dengan baik artinya keuntungan sangat tipis, apalagi peternak di Plumbon jarang menggunakan pakan lain seperti belatung, bekicot atau bangkai ayam.
Peternak di sana murni hanya menggunakan pelet ikan sebagai pakan.
Setelah menggunakan biogan dan metode penggunaan yang berbeda dengan produk lain, ia yakin keuntungan bersih peternak tidak lagi bergerak di angka Rp2.000 per kilogram lele, tetapi bisa menembus sampai Rp5.000 per kilogram lele yang dipanen.
Metode penggunaan biogan juga lebih sederhana karena dicampurkan pada pakan dan mikroba. Biogan mampu memperbanyak diri dalam saluran pencernaan. Hasilnya mikroba yang ikut terbuang bersama kotoran jumlahnya ribuan kali lipat dan mampu memperbaiki kondisi air kolam.
Di kolam tanah ukuran 30 meter kubik dengan padat penebaran 3.000 benih yang biasanya memproduksi 180 kilogram lele, ternyata setelah mendapat perlakuan biogan bisa melonjak sampai 235 kuintal. Padahal pakan yang diberikan hanya 3,5 karung atau 175 kilogram.
Angka "feed convertion ratio" (FCR) atau rasio konversi pakan yang dicapai cukup tinggi yaitu 0,744, biasanya FCR budi daya lele adalah 1 sampai 0,9.
Ia kembali mencoba pada kolam terpal bundar yang sudah terisi bibit lele ukuran 25-30 ekor per kilogram. Anehnya baru 10 hari pemeliharaan bobotnya meningkat drastis dan sudah masuk ukuran 11-12 ekor per kilogram, artinya sudah bisa dijual untuk pedagang pecel lele di Cirebon.
Karakterisik lele setelah mendapat asupan biogan yang disemprotkan ke pakan yaitu nafsu makan meningkat, dan gerakan lebih gesit. Dosis yang digunakan juga sekitar 10 cc cairan biogan untuk lima kilogram pakan.
Karena sudah begitu yakin, saat ini ia mencoba di kolam terpal bundar diameter lima meter yang berisi 8.000 sampai 9.000 ekor lele atau padat penebaran 400 sampai 450 ekor per meter kubik.
Sejauh ini kondisi air tetap bagus walaupun tidak dilakukan penggantian air. Air pengganti diberikan secukupnya setiap minggu sekali untuk menganti air yang menguap karena panas matahari.
Indra mengungkapkan rata-rata bobot lele satu kolam saat panen mencapai 8-9 kuintal, padahal sebelumnya hanya sekitar 4-5 kuintal.
Indra juga tak segan-segan berbagi ilmu barunya itu dengan peternak lele lain yang selama ini mempunyai keuntungan yang tipis, bahkan terkadang mengalami kerugian.
Produksi Benih
Sujana, penyuluh perikanan di Dinas Perikanan Kabupaten Cirebon juga membuktikan jika cairan biogan juga meningkatkan produksi benih dan kualitas benih lele.
Atas saran tim kaji terap biogan, indukan jantan dan betina dipisah dengan memberikan campuran biogan pada pakan, setelah enam hari pemberian, terlihat telur yang ada induk betina sudah matang, bahkan berceceran sehingga langsung dikawinkan secara alami.
Sujana yang juga mertua dari Indra memperkirakan jumlah benih yang dihasilkan itu mencapai 60.000 anakan lebih dari sepasang indukan, padahal biasanya jumlah benih yang didapat maksimal 50.000 ekor.
Beberapa tahun sebelumnya, biogan juga sudah diuji coba di Balai Benih Ikan (BBI) Dukupuntang Kabupaten Cirebon untuk meningkatkan produksi benih ikan gurame dan pembesaran lele di daerah dingin.
Asli Ratinga, Kepala BBI Dukupuntang mengakui kehebatan biogan untuk memacu perkembangan telur ikan gurame dan merangsang birahi sehingga ikan gurame bisa dikawinkan bukan pada musim kawinnya.
Produksi benih ikan gurame mampu dipacu 20 sampai 30 persen lebih banyak dari biasanya dengan kualitas anakan yang lebih baik.
Asli juga mencoba pemberian biogan untuk budi daya lele di daerah dingin untuk merangsang pertumbuhan bobot badan. Biasanya budi daya di daerah pegunungan seperti di Kecamatan Beber, Kabupaten Cirebon tidak berhasil baik karena pertumbuhannya lambat.
Baik Asli, Sujana dan Indra akan bekerja sama membuat pelatihan sistem bioflok dengan metode biogan mulai dari teknik mengawinkan, pendederan sampai pembesaran.
Ketiganya ingin agar peternak ikan bisa mendapat kesejahteraan yang lebih baik.
Editor Berita: Santoso.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2018
Bio artinya hidup, flok itu berarti gumpalan. Jadi bioflok itu adalah gumpalan hidup baik fitoplanton maupun zooplankton yang tumbuh menjadi makanan ikan.
Semua peternak berlomba untuk mengubah sistem budi daya konvensional menjadi sistem bioflok yang menggunakan bantuan mikrorganisme pengurai dan menggunakan kolam terpal untuk memudahkan pembuangan sisa pakan.
Namun ada juga peternak yang masih belum yakin dengan sistem bioflok, seperti Suganda, Ketua Peternak Lele Kersa Mulya, Kabupaten Cirebon.
Ia tetap menggunakan sistem lama atau kolam tanah dengan tetap memberikan tambahan mikroba pengurai. Ia juga ragu dengan klaim sistem bioflok mampu memelihara dengan padat penebaran tinggi sampai 500 ekor per meter kubik air.
Namun, sampai saat ini Kementerian Kelautan dan Perikanan masih yakin dengan teknologi itu dan terus menyosialisasikan metode unggul tersebut dengan harapan bisa mendorong produksi perikanan budi daya nasional.
Ribuan peternak lele dengan sistem bioflok terus tumbuh setiap bulan, bahkan tidak hanya untuk lele, tetapi juga berhasil diuji coba untuk nila dan bandeng.
Sebenarnya di tahun 1999, metode penggunaan mikroorganisme pengurai sudah dilakukan sejumlah peternak, namun gaungnya tidak sebesar sekarang.
Salah satu mirkoba yang digunakan peternak lele adalah pupuk cair biogan, yang terlahir di Pekantingan, Klangenan, Kabupaten Cirebon. Semula, mikroba itu hanya digunakan untuk pertanian, kemudian terus dikembangkan untuk ternak ikan, ternak ruminansia, dan ternak unggas.
Saat ini biogan juga dikembangkan untuk mendukung sistem budi daya bioflok, dan sejumlah peternak mulai merasakan perbedaan mencolok yang lebih menjanjikan dibanding metode bioflok umumnya.
Pada metode bioflok yang biasa, peternak mencoba memberikan kesempatan kepada bakteri untuk berkembang biak di kolam terpal, sebelum benih lele disebar.
Peternak membeli mikroorganisme cair di pasaran lalu mencoba dibiakkan dengan menggunakan sumber kerbohidrat, gula atau tetes atau juga dedak.
Kemudian hasil pembiakan bakteri disebar di kolam. Ada juga peternak yang langsung memberikan bakteri ke kolam terpal dengan tambahan tetes atau gula dilarutkan ke kolam.
Mikroorganisme itu diharapkan akan membantu mengurai kotoran ikan dan sisa pakan menjadi zat hara yang bisa aman dikonsumsi ikan sehingga meningkatkan konversi pakan.
Harapan lain adalah kolam tidak lagi berbau dan makin menumbuhkan fitoplanton untuk menyebatkan air karena fitoplankton juga meningkatkan oksigen terlarut dalam air.
Tidak semua peternak berhasil mengembangkan metode itu, karena banyak juga yang tidak berhasil, artinya kolam tetap berbau dan munculnya bau amoniak yang menyengat saat kotoran kolam dibuang.
Ada kelompok ternak lele dengan sistem bioflok yang didemo warga karena limbah buangannya masih berbau.
Hasil Memuaskan
Hasil uji coba penggunaan biogan di beberapa tempat menunjukkan hasil memuaskan dan diyakini mampu menghasilkan sistem bioflok yang sempurna antara lain kualitas air kolam semakin baik, tidak berbau, konversi pakan yang lebih baik, hasil panen meningkat, mortalitas rendah.
Karena kualitas air yang baik maka kolam tidak perlu diganti sampai lele dipanen, ini artinya juga mengurangi tingkat stres, menekan biaya pemeliharaan, dan menghemat penggunaan air.
Salah satu peternak yang berhasil memperbaiki konsep bioflok adalah Indra Aditiansyah, peternak dari Plumbon, Cirebon yang mengelola balong-balong terpal di daerah GKBI Plumbon.
Indra bersama Sujana, mertua yang juga seorang penyuluh perikanan, mendapatkan order lima ton lele konsumsi dalam seminggu, sementara saat itu baru mampu memproduksi dua ton ikan lele dalam waktu lima hari.
Ia ragu mengambil order itu karena khawatir mengalami kerugian akibat mortalitas tinggi dan konversi pakan yang kurang baik.
Berbagai merek mikroba sudah dicoba, namun hasilnya masih belum memuaskan sehingga pada bulan Januari 2018 mendapat cairan biogan yang kemudian diuji coba sesuai dengan arahan Jejen, petugas kaji terap biogan.
Pria yang beralamat di Desa Pesanggrahan, Kecamatan Plumbon, Kabupaten Cirebon Jawa Barat ini mengakui, dahulu kelompok ikan di sini tidak pernah berproduksi dengan baik artinya keuntungan sangat tipis, apalagi peternak di Plumbon jarang menggunakan pakan lain seperti belatung, bekicot atau bangkai ayam.
Peternak di sana murni hanya menggunakan pelet ikan sebagai pakan.
Setelah menggunakan biogan dan metode penggunaan yang berbeda dengan produk lain, ia yakin keuntungan bersih peternak tidak lagi bergerak di angka Rp2.000 per kilogram lele, tetapi bisa menembus sampai Rp5.000 per kilogram lele yang dipanen.
Metode penggunaan biogan juga lebih sederhana karena dicampurkan pada pakan dan mikroba. Biogan mampu memperbanyak diri dalam saluran pencernaan. Hasilnya mikroba yang ikut terbuang bersama kotoran jumlahnya ribuan kali lipat dan mampu memperbaiki kondisi air kolam.
Di kolam tanah ukuran 30 meter kubik dengan padat penebaran 3.000 benih yang biasanya memproduksi 180 kilogram lele, ternyata setelah mendapat perlakuan biogan bisa melonjak sampai 235 kuintal. Padahal pakan yang diberikan hanya 3,5 karung atau 175 kilogram.
Angka "feed convertion ratio" (FCR) atau rasio konversi pakan yang dicapai cukup tinggi yaitu 0,744, biasanya FCR budi daya lele adalah 1 sampai 0,9.
Ia kembali mencoba pada kolam terpal bundar yang sudah terisi bibit lele ukuran 25-30 ekor per kilogram. Anehnya baru 10 hari pemeliharaan bobotnya meningkat drastis dan sudah masuk ukuran 11-12 ekor per kilogram, artinya sudah bisa dijual untuk pedagang pecel lele di Cirebon.
Karakterisik lele setelah mendapat asupan biogan yang disemprotkan ke pakan yaitu nafsu makan meningkat, dan gerakan lebih gesit. Dosis yang digunakan juga sekitar 10 cc cairan biogan untuk lima kilogram pakan.
Karena sudah begitu yakin, saat ini ia mencoba di kolam terpal bundar diameter lima meter yang berisi 8.000 sampai 9.000 ekor lele atau padat penebaran 400 sampai 450 ekor per meter kubik.
Sejauh ini kondisi air tetap bagus walaupun tidak dilakukan penggantian air. Air pengganti diberikan secukupnya setiap minggu sekali untuk menganti air yang menguap karena panas matahari.
Indra mengungkapkan rata-rata bobot lele satu kolam saat panen mencapai 8-9 kuintal, padahal sebelumnya hanya sekitar 4-5 kuintal.
Indra juga tak segan-segan berbagi ilmu barunya itu dengan peternak lele lain yang selama ini mempunyai keuntungan yang tipis, bahkan terkadang mengalami kerugian.
Produksi Benih
Sujana, penyuluh perikanan di Dinas Perikanan Kabupaten Cirebon juga membuktikan jika cairan biogan juga meningkatkan produksi benih dan kualitas benih lele.
Atas saran tim kaji terap biogan, indukan jantan dan betina dipisah dengan memberikan campuran biogan pada pakan, setelah enam hari pemberian, terlihat telur yang ada induk betina sudah matang, bahkan berceceran sehingga langsung dikawinkan secara alami.
Sujana yang juga mertua dari Indra memperkirakan jumlah benih yang dihasilkan itu mencapai 60.000 anakan lebih dari sepasang indukan, padahal biasanya jumlah benih yang didapat maksimal 50.000 ekor.
Beberapa tahun sebelumnya, biogan juga sudah diuji coba di Balai Benih Ikan (BBI) Dukupuntang Kabupaten Cirebon untuk meningkatkan produksi benih ikan gurame dan pembesaran lele di daerah dingin.
Asli Ratinga, Kepala BBI Dukupuntang mengakui kehebatan biogan untuk memacu perkembangan telur ikan gurame dan merangsang birahi sehingga ikan gurame bisa dikawinkan bukan pada musim kawinnya.
Produksi benih ikan gurame mampu dipacu 20 sampai 30 persen lebih banyak dari biasanya dengan kualitas anakan yang lebih baik.
Asli juga mencoba pemberian biogan untuk budi daya lele di daerah dingin untuk merangsang pertumbuhan bobot badan. Biasanya budi daya di daerah pegunungan seperti di Kecamatan Beber, Kabupaten Cirebon tidak berhasil baik karena pertumbuhannya lambat.
Baik Asli, Sujana dan Indra akan bekerja sama membuat pelatihan sistem bioflok dengan metode biogan mulai dari teknik mengawinkan, pendederan sampai pembesaran.
Ketiganya ingin agar peternak ikan bisa mendapat kesejahteraan yang lebih baik.
Editor Berita: Santoso.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2018