Jombang (Antaranews Megaapolitan) - Ini kata Menteri Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi Mohamad Nasir soal beasiswa.
Menteri Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi Mohamad Nasir mengatakan beasiswa memiliki arti penting untuk memutus rantai kemiskinan yang ada di Indonesia.
"Kalau ada yang secara ekonomi tidak mampu tetapi ingin melanjutkan pendidikan di perguruan tinggi, akan saya beri beasiswa. Kalau mampu ya jangan, beasiswa untuk yang tidak mampu saja," kata Nasir di depan santri Kelas XII di Pondok Pesantren Mamba'ul Ma'arif, Denanyar, Jombang, Minggu.
Nasir menceritakan pernah ada salah satu calon mahasiswa yang sudah diterima di perguruan tinggi negeri di Nusa Tenggara Timur, tetapi tidak jadi melanjutkan pendidikan karena tidak ada biaya.
Kebetulan, dia mendapat informasi tentang hal tersebut dan berkesempatan untuk mengunjungi calon mahasiswa itu. Ternyata benar keluarga yang bersangkutan tidak mampu.
"Saya hubungi rektor perguruan tingginya dan minta agar yang bersangkutan diberi beasiswa. Akhirnya dia bisa kuliah," tuturnya.
Karena itu, Nasir meminta para santri untuk tetap berupaya masuk perguruan tinggi. Untuk perguruan tinggi negeri di bawah Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi, ada tiga jalur yang bisa ditempuh.
Yaitu, seleksi nasional masuk perguruan tinggi negeri (SNMPTN) yang berdasarkan prestasi dan nilai rapor, seleksi bersama masuk perguruan tinggi negeri yang melalui ujian tertulis, dan seleksi mandiri yang dilakukan masing-masing perguruan tinggi negeri.
"Saya berharap ada santri yang bisa diterima di Institut Teknologi Bandung. Kalau kesulitan biaya, hubungi saya. Begitu pula yang diterima di Universitas Indonesia, Institut Pertanian Bogor dan sebagainya," katanya.
Nasir menyosialisasikan Beasiswa Bidikmisi di Pondok Pesantren Mamba'ul Ma'arif, Denanyar, Jombang, Jawa Timur.
Pada kesempatan itu, Nasir membagi-bagikan hadiah kepada santri yang berani dan bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan yang dia ajukan. Nasir juga memberikan tiga komputer jinjing kepada santri berprestasi serta berasal dari keluarga tidak mampu.
Editor Berita: D. Purnamawati.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2018
Menteri Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi Mohamad Nasir mengatakan beasiswa memiliki arti penting untuk memutus rantai kemiskinan yang ada di Indonesia.
"Kalau ada yang secara ekonomi tidak mampu tetapi ingin melanjutkan pendidikan di perguruan tinggi, akan saya beri beasiswa. Kalau mampu ya jangan, beasiswa untuk yang tidak mampu saja," kata Nasir di depan santri Kelas XII di Pondok Pesantren Mamba'ul Ma'arif, Denanyar, Jombang, Minggu.
Nasir menceritakan pernah ada salah satu calon mahasiswa yang sudah diterima di perguruan tinggi negeri di Nusa Tenggara Timur, tetapi tidak jadi melanjutkan pendidikan karena tidak ada biaya.
Kebetulan, dia mendapat informasi tentang hal tersebut dan berkesempatan untuk mengunjungi calon mahasiswa itu. Ternyata benar keluarga yang bersangkutan tidak mampu.
"Saya hubungi rektor perguruan tingginya dan minta agar yang bersangkutan diberi beasiswa. Akhirnya dia bisa kuliah," tuturnya.
Karena itu, Nasir meminta para santri untuk tetap berupaya masuk perguruan tinggi. Untuk perguruan tinggi negeri di bawah Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi, ada tiga jalur yang bisa ditempuh.
Yaitu, seleksi nasional masuk perguruan tinggi negeri (SNMPTN) yang berdasarkan prestasi dan nilai rapor, seleksi bersama masuk perguruan tinggi negeri yang melalui ujian tertulis, dan seleksi mandiri yang dilakukan masing-masing perguruan tinggi negeri.
"Saya berharap ada santri yang bisa diterima di Institut Teknologi Bandung. Kalau kesulitan biaya, hubungi saya. Begitu pula yang diterima di Universitas Indonesia, Institut Pertanian Bogor dan sebagainya," katanya.
Nasir menyosialisasikan Beasiswa Bidikmisi di Pondok Pesantren Mamba'ul Ma'arif, Denanyar, Jombang, Jawa Timur.
Pada kesempatan itu, Nasir membagi-bagikan hadiah kepada santri yang berani dan bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan yang dia ajukan. Nasir juga memberikan tiga komputer jinjing kepada santri berprestasi serta berasal dari keluarga tidak mampu.
Editor Berita: D. Purnamawati.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2018