Bogor (Antaranews Megapolitan) - Membangkitkan nasionalisme bisa dilakukan dengan cara menonton film yang temanya terkait tokoh-tokoh yang menjadi pejuang kemerdekaan bangsa Indonesia, kata Ketua Umum Dewan Harian Cabang Badan Penerus Pembudayaan Kejuangan 45 Kota Bogor Bima Arya Sugiarto.

"Jadi, selain aktivitas seperti latihan dasar kepemimpinan (LDK), penataran, masih banyak cara lainnya untuk menggelorakan semangat nasionalisme itu," katanya di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Wikrama, yang berlokasi di Jalan Raya Wangun, Kelurahan Sindangsari, Kecamatan Bogor Timur, Kota Bogor, Jawa Barat, Kamis.

Dalam kapasitas sebagai Ketua Umum Dewan Harian Cabang Badan Penerus Pembudayaan Kejuangan (DHC-BPPK) 45 Kota Bogor, Bima Arya diundang untuk memberikan motivasi kepada ratusan peserta "Dialog Kebangsaan: Latihan Dasar Kepemimpinan Siswa" di sekolah tersebut.

Bima Arya Sugiarto sebagai Wali Kota Bogor masa bakti 2014-2019 saat ini cuti karena sebagai petahana ia kembali maju untuk mengikuti Pilkada 2018.

Ia mengemukakan bahwa karya film di Indonesia, kini juga sudah menyasar pada tema-tema perjuangan, seperti menampilkan figur seperti Jenderal Soedirman, Soekarno-Hatta, dan lainnya, yang di dalamnya juga sarat dengan nilai-nilai kepemimpinan.

"Bahkan film seperti Habibie dan Ainun itu juga ada nilai nasionalismenya, dan juga terkait kepemimpinan," katanya memberikan contoh film mengenai Presiden RI ketiga BJ Habibie dan Ibu Negara Ainun BJ Habibie.

Menurut dia, jika generasi saat ini -- yang disebut generasi milenial -- bisa luntur jiwa nasionalisme kebangsaannya apabila tidak mengenal tokoh pendiri bangsa.

"Jangan sampai mengidolakan tokoh yang salah sehingga tidak cinta pada Indonesia," katanya.

Dalam banyak kepustakaan generasi milenial, yang juga dikenal sebagai "Generasi Y" adalah kelompok demografi setelah "Generasi X" (Gen-X), di mana para ahli dan peneliti biasanya menggunakan awal 1980-an sebagai awal kelahiran kelompok ini dan pertengahan tahun 1990-an hingga awal 2000.

Generasi ini umumnya ditandai oleh peningkatan penggunaan dan keakraban dengan komunikasi, media, dan teknologi informasi digital.

Upaya lain untuk membangkitkan nasionalisme generasi muda, menurut Bima Arya, juga bisa dilakukan melalui membaca buku, dan yang disebutnya "jalan-jalan" di berbagai daerah di seluruh Nusantara.

"Berkunjung ke Belitung (Bangka-Belitung), Raja Ampat (Papua), dan daerah lain akan banyak memberikan sentuhan baru nasionalisme ke-Indonesia-an," katanya.

Ia mengaku selama empat tahun menjabat wali kota, hingga kini masih terus menggali dan belajar mengenai kepemimpinan dari semua pihak.

"Menjadi pemimpin harus belajar dari mana-mana," katanya.

Kepada siswa peserta dialog dan LDK, ia mengajak untuk meneladani para "founding father" seperti Soekarno-Hatta, Jenderal Soedirman, Sutan Syahrir, Mohammad Natsir, yang memiliki jiwa kepemimpinan yang kuat, karena mampu menunjukkan jalan bagi rakyat untuk apa negara Indonesia akhirnya didirikan.

Ia merujuk tujuannya adalah yang seperti termaktub dalam pembukaan UUD 1945.

Kepala Sekolah SMK Wikrama Iin Mulyani, S.Si dalam kesempatan itu menyatakan bahwa kegiatan LDK dan juga dialog kebangsaan, adalah agenda rutin sekolah itu untuk menyiapkan kepemimpinan para siswa, khususnya bagi kelas 10.

"Kepemimpinan tentu dibutuhkan oleh generasi penerus, terlebih berkaitan dengan bonus demografi pada 2030, sehingga kami mengundang banyak tokoh untuk memberikan motivasi-motivasi," katanya.

Indonesia diprediksi akan mendapat bonus demografi di tahun 2020-2030, di mana penduduk dengan umur produktif sangat besar sementara usia muda semakin kecil dan usia lanjut belum banyak sehingga bonus demografi ini akan membawa dampak sosial-ekonomi.

Pihaknya mengharapkan siswa yang mengikuti LDK itu akan menjadi agen perubahan, bagi dirinya, sekolah, dan juga di luar sekolah.

Ketua Dewan Pembina yayasan yang menaungi SMK Wikrama, Dr drh Agus Lelana, Sp.MP, M.Si, menambahkan bahwa generasi muda saat ini mendapatkan tantangan berat terkait nasionalisme, terlebih di era perkembangan teknologi informasi.

"Nilai-nilai yang bisa menggerus nasionalisme anak-anak muda generasi penerus ini tentu membutuhkan penyeimbang, sehingga kegiatan LDK, dialog kebangsaan, dan lainnya dibutuhkan untuk lahirnya ketangguhan anak-anak muda untuk tetap punya jiwa dan rasa cinta Tanah Air," katanya.

SMK Wikrama adalah lembaga pendidikan yang kawasannya berada di perkampungan padat penduduk. Meski, demikian deretan prestasi daerah, nasional, dan bahkan internasional telah diukir para siswanya.

Harian "Kompas" dalam sebuah laporannya berjudul "SMK Wikrama Bogor, Oase di Tengah Mahalnya Pendidikan" menyebut bahwa orangtua murid sebagian besar berasal dari kalangan ekonomi lemah, seperti penjaga vila di kawasan Puncak, pedagang asongan, tukang ojek, penjual rujak, dan "paling prestisius" adalah sopir angkutan kota (angkot).

Pewarta: Andi Jauhari

Editor : Feru Lantara


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2018