Bogor (Antaranews Megapolitan) - Indonesia saat ini sedang menghadapi tantangan besar di bidang kesehatan. Indonesia sedang menghadapi apa yang disebut triple burden. Hal itu terjadi karena saat ini telah berkembang penyakit infeksi, meningkatnya penyakit tidak menular (PTM) dan munculnya kembali penyakit-penyakit yang seharusnya sudah teratasi.

Di era 1990, penyakit menular seperti ISPA, tuberkulosis dan diare merupakan penyakit terbanyak dalam pelayanan kesehatan. Namun belakangan ini telah terjadi pergeseran pola penyakit atau transisi epidemiologi. Pada tahun 2015 misalnya, PTM seperti stroke, jantung koroner, kanker dan diabetes justru menduduki peringkat tertinggi dalam pelayanan kesehatan. Meningkatnya PTM seperti itu merupakan akibat dari perubahan gaya hidup yang terjadi di masyarakat.

Di era jaminan kesehatan nasional (JKN) seperti sekarang, banyak anggaran terserap hanya untuk membiayai penyakit katastropik seperti jantung koroner, gagal ginjal kronik, kanker, dan stroke. Selain itu, pelayanan kesehatan peserta JKN juga didominasi pada pembiayaan kesehatan di tingkat lanjut dibandingkan di tingkat dasar. Kecenderungan ini perlu ditangani karena berpotensi menjadi beban yang luar biasa terhadap keuangan negara.

Meningkatnya PTM sesungguhnya dapat menurunkan produktivitas sumber daya manusia. Hal ini berdampak pula pada besarnya beban pemerintah karena penanganan PTM membutuhkan biaya yang besar. Pada akhirnya, kesehatan akan sangat mempengaruhi pembangunan sosial dan ekonomi. Penduduk usia produktif dengan jumlah besar yang seharusnya memberikan kontribusi pada pembangunan, justru akan terancam apabila kesehatannya terganggu oleh PTM dan perilaku yang tidak sehat.

Untuk menyikapi kecenderungan berkembangnya fenomena tersebut, Kementerian Kesehatan RI mengingatkan masyarakat untuk menjaga kesehatan melalui gerakan masyarakat hidup sehat (GERMAS). Ini merupakan suatu tindakan sistematis dan terencana yang dilakukan secara bersama-sama oleh seluruh komponen masyarakat dengan kesadaran, kemauan dan kemampuan berperilaku sehat untuk meningkatkan kualitas hidup masing-masing. Pelaksanaan GERMAS harus dimulai dari keluarga, karena keluarga merupakan bagian terkecil dari masyarakat yang membentuk kepribadian.

Sebetulnya GERMAS dapat dilakukan dengan cara-cara sederhana. Diantaranya melakukan aktifitas fisik, mengonsumsi sayur dan buah, tidak merokok, tidak mengonsumsi alkohol, memeriksa kesehatan secara rutin, membersihkan lingkungan, dan menggunakan jamban. Pada tahap awal, GERMAS secara nasional dimulai dengan mengingatkan masyarakat untuk berfokus pada tiga kegiatan. Masing-masing, melakukan aktivitas fisik 30 menit per hari, mengkonsumsi buah dan sayur dan memeriksakan kondisi kesehatan secara rutin. Tiga kegiatan tersebut dapat dimulai dari diri sendiri dan keluarga, dilakukan saat ini juga, dan tidak membutuhkan biaya yang besar.

Sukesnya GERMAS perlu mendapat dukungan dari lembaga pemerintah non sektor kesehatan, swasta, dunia usaha,akademisi, organisasi kemasyarakatan dan seluruh lapisan masyarakat. Salah satu dukungan nyata yang telah diberikan lembaga pemerintah untuk suksesnya GERMAS, diantaranya Program Infrastruktur Berbasis Masyarakat (IBM). Program dari Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat ini berfokus pada pembangunan akses air minum, sanitasi, dan pemukiman layak huni. Ini merupakan pembangunan infrastruktur dasar yang mendukung Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) serta mendukung Badan Pengawas Obat dan Makanan dalam hal keamanan pangan.

Di Kota Bogor Germas dicanangkan pada puncak peringatan Hari Kesehatan Nasional (HKN) ke-52 Tahun 2016. Sub tema yang diusung saat itu, Masyarakat Kota Bogor Hidup Sehat, Indonesia Kuat. Tema ini harus dimaknai secara luas, seiring dengan Program Indonesia Sehat dengan pendekatan keluarga melalui gerakan masyarakat hidup sehat (GERMAS). Secara khusus, GERMAS diharapkan dapat meningkatkan partisipasi dan peran serta masyarakat untuk hidup sehat, meningkatkan produktivitas masyarakat, dan mengurangi beban biaya kesehatan.

Dinas Kesehatan Kota Bogor telah melakukan beberapa upaya untuk mengajak masyarakat hidup sehat. Diantaranya dengan menyelenggarakan layanan kesehatan dan konseling keliling gratis menggunakan mobil curhat. Mobil ini berkeliling ke beberapa wilayah terutama ke tempat-tempat umum. Disitu masyarakat diajak untuk melakukan deteksi dini penyakit tidak menular, cek kolesterol, gula darah, dan tekanan darah.

Masyarakat juga dapat melakukan tes darah untuk mendeteksi secara dini HIV-AIDS, deteksi status gizi dengan menggunakan alat untuk mengukur status gizi seseorang, serta konseling gizi. Bagi mereka yang ingin berhenti merokok, di mobil ini juga terdapat layanan konseling untuk menghentikan kebiasaan merokok. Beroperasinya layanan mobil curhat merupakan kerjasama Dinas Kesehatan Kota Bogor dengan Fakultas Ekologi Manusia (FEMA) IPB sejak Tahun 2014.

Layanan lainnya diselenggarakan melalui pemanfaatan Posbindu PTM yang tersebar di hampir semua kelurahan di Kota Bogor. Posbindu PTM melayani masyarakat yang berusia 18 tahun keatas utuk melakukan deteksi penyakit tidak menular secara berkala minimal 1 bulan sekali. Diimbangi kemudian dengan aktifitas fisik 1 minggu sekali berupa olah raga, senam sehat, jalan sehat bersama dan sebagainya.

Langkah lain Dinas Kesehatan Kota Bogor untuk mendukung GERMAS dilakukan dengan membuka layanan deteksi IVA di semua Puskesmas di Kota Bogor untuk melakukan deteksi dini terhadap penyakit kanker leher rahim. Selain itu, juga dilakukan pendampingan gerakan-gerakan masyarakat berupa PSN 3 M Plus di 68 Kelurahan di Kota Bogor serta penyuluhan-penyuluhan kesehatan.

Masyarakat warga Kota Bogor khususnya, diimbau untuk mau memanfaatkan semua fasilitas pelayanan yang diberikan Dinas Kesehatan. Hal itu merupakan salah satu langkah yang perlu diwujudkan untuk dapat menjalani hidup secara sehat. (Advertorial)

Pewarta: Humas Pemkot Bogor

Editor : Naryo


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2018