Bogor (Antaranews Megapolitan) - Ikan sepat siam dengan bahasa ilmiah Trichopodus pectoralis merupakan ikan air tawar yang potensial untuk dibudidayakan. Ikan yang memiliki ciri pola warna belang-belang pada tubuhnya ini, di daerah Jawa Timur dikenal dengan nama sliper.

Salah satu masalah utama yang sedang dihadapi ikan ini adalah adanya penurunan populasi. Upaya yang dapat dilakukan adalah dengan domestikasi yaitu proses penyesuaian diri organisme yang berasal dari alam dan dipelihara di luar habitat aslinya dan terkontrol.

Oleh karena itu, tiga orang peneliti yaitu Dinar Tri Soelistyowati dari Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK) Institut Pertanian Bogor (IPB) beserta MH. Fariduddin Ath-thar dan Rudhy Gustiano dari Balai Penelitian dan Pengembangan Budi Daya Air Tawar Badan Litbang Kelautan dan Perikanan, Sempur, Bogor melakukan sebuah penelitian terkait dengan performa reproduksi ikan sepat siam asal Sumatera, Jawa dan Kalimantan.

''Domestikasi diperlukan agar pengembangbiakan melalui kegiatan budidaya dapat dilakukan untuk mengatasi kelangkaan dan menjaga kelestariannya. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengevaluasi performa reproduksi yang merupakan salah satu aspek penting dalam domestikasi,'' ujar Dinar.

Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Basah Balai Penelitian dan Pengembangan Budidaya Air Tawar Bogor. Evaluasi dilakukan pada ikan sepat siam potensial dari Lampung, Jawa Timur, dan Kalimantan Barat. Sebanyak tiga pasang induk ikan sepat dari tiap sumber dipijahkan (dikawinkan) secara alami. Induk betina yang digunakan memiliki panjang rata-rata 17,1 cm dan berat rata-rata 96,2 gram, sedangkan induk jantan memiliki panjang rata-rata 15,7 cm dan berat rata-rata 94,6 gram.

Dari percobaannya, peneliti ini menemukan bahwa fekunditas (jumlah telur) dan sintasan (kelangsungan hidup) larva tertinggi didapatkan oleh ikan sepat siam asal Kalimantan Barat dengan fekunditas 13.600 butir, derajat penetasan 87,8 persen dan sintasan 90,7 persen. Sementara, ikan asal Lampung memiliki fekunditas 12.889 butir dengan nilai derajat penetasan 89,4 persen dan sintasan 81,3 persen; ikan sepat dari Jawa Timur memiliki fekunditas 12.583 butir dan derajat penetasan 90,1 persen dan sintasan 78,7 persen.

''Fekunditas dan sintasan larva terbaik diperoleh ikan sepat siam asal Kalimantan Barat. Fase perkembangan awal embrio ikan sepat siam berlangsung selama 24 jam dan tidak terdapat ke-abnormalan. Fase kritis pada perkembangan awal terjadi pada segmentasi dan penetasan,'' ujarnya.(IR/nm)

Pewarta: Oleh Humas IPB/Dinar Tri Soelistyowati dan Tim

Editor : Naryo


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2018