Jakarta (Antaranews Megapolitan) - Salah satu sudut Kawasan Gelora Bung Karno Senayan, Jakarta, mendadak ingar-bingar pada pekan terakhir Januari 2018 menyusul pergelaran kejuaraan olahraga favorit Tanah Air bertaraf internasional.

Adalah Stadion Istora Senayan, arena pertandingan cabang olahraga bulu tangkis yang menjadi saksi sejarah prestasi legenda bulu tangkis Indonesia di dalam negeri telah selesai mendapatkan renovasi dari Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat pada Januari menjelang Asian Games 2018.

Presiden Joko Widodo lantas meresmikan stadion yang mulai dibangun pada 1960 itu pada Selasa (23/1) sebelum pertandingan utama kejuaraan bulu tangkis Indonesia Masters 2018.

Sebelum direnovasi, Istora dapat menampung sekitar 10.000 penonton. Kursi panjang kayu yang dulu terpasang kemudian diganti dengan kursi "single seat" sehingga kapasitasnya berubah menjadi 7.120 penonton.

Stadion Istora sebelumnya hanya menggunakan lampu gantung. Dengan penerapan teknologi terbaru, lampu di Istora dapat bergerak naik-turun pada ketinggian 9-12 meter dan dapat diatur sesuai kebutuhan kegiatan di dalamnya.

Namun, apakah penggunaan Stadion Istora Senayan sudah sesuai dengan harapan masyarakat, terutama mereka yang menyukai cabang olahraga bulu tangkis?

"Pertandingan di Istora sudah bagus, dari penyelenggaraan ataupun fisik bangunan. Hanya saja, para penonton masih belum mampu mengubah kebiasan mereka, yaitu membuang sampah sembarangan," kata penonton asal Bekasi Muhammad Annaqib kepada Antara.

Annaqib menilai sejumlah aspek positif dari Stadion yang akan dipakai sebagai arena pertandingan bola basket putra dan bulu tangkis Asian Games 2018 itu.

"Kursi penonton yang dibuat satu per satu berdasarkan nomor tiket itu bagus. Pencahayaan dalam stadion juga bagus apalagi jika dibandingkan turnamen Indonesia Terbuka 2017 di Jakarta Conventional Center," kata Annaqib yang datang bersama keluarganya itu.

Annaqib juga menilai harga tiket kelas I Rp75 ribu dan kelas VIP Rp150 ribu pada laga perempat final, kemudian tiket kelas I Rp150 ribu dan kelas VIP Rp300 ribu pada laga semifinal dan final sudah cukup layak bagi penonton Indonesia.

"Tapi sebagai lokasi pertandingan Asian Games, masih ada beberapa hal yang harus disempurnakan di Istora, terutama soal kebersihan, fasilitas mushalla juga diperbesar agar menampung banyak orang," kata Annaqib.

Penonton asal Bintaro, Tangerang Selatan, Slamet Ariyanto, mengeluhkan sejumlah penonton yang harus berebut kursi di tribun stadion karena tiket masuk tanpa disertai nomor kursi.

Dalam tiket masuk, hanya tertulis nomor pintu masuk tanpa tersedia nomor kursinya. Mestinya pakai nomor kursi, jadi tidak ada penonton kelas I masuk ke kelas VIP, kata Ariyanto.

Ariyanto menilai fasilitas toilet di Stadion Istora sudah lebih layak dibanding sebelumnya dan berharap dapat terus terjaga kebersihannya, baik dari panitia penyelenggara maupun dari para penonton.

Area di Stadion Istora, kata dia, masih tampak gersang meskipun ada ilalang di tamannya dan pepohonan di sekitarnya. Tapi, toilet di lantai atas masih kurang terjaga kebersihannya, kata Ariyanto yang hadir di Istora juga bersama saudara-saudaranya.

Penonton lain asal Bekasi Saefuddin seakan menyepakati pendapat Annaqib yang menilai fasilitas mushalla dan tempat makan kurang banyak dan luas.

Saat pertandingan Hendra Setiawan/Rian Agung Saputro melawan Kevin/Marcus, sempat ada atap yang bocor dan masuk tetesan air hujan. Saya juga sempat lihat ada burung pipit masuk lewat atap stadion, kata Saefuddin.
    
Penilaian Atlet

Selain dari para penonton, wajah baru Stadion Istora pada kejuaraan bertajuk "Road to Asian Games" itu juga mendapatkan penilaian dari atlet-atlet bulu tangkis senior Indonesia Sonny Dwi Kuncoro, Markis Kido, dan serta mantan atlet Vita Marissa.

Sonny mengatakan stadion yang dibangun pada 1960-1962 itu tampak lebih megah dan mampu menjadi salah satu arena pertandingan bulu tangkis yang terbaik di dunia.

Dengan wajah baru ini Istora jadi lebih segar, penerangan yang lebih baik walau masih terasa ada turbulensi angin. Tapi ada angin itu wajar karena di setiap kejuaraan pasti ada juga, tinggal menyesuaikan saja, kata Sonny.

Bagi Markis Kido wajah baru Istora berserta fasilitasnya lebih bagus dibanding sebelumnya meskipun tidak menghilangkan atmosfer "keangkeran" yang melekat pada arena itu dalam waktu lama.

"Dengan tribun yang berubah dari kursi kayu, saya ikut senang dan tambah semangat bermain. Tapi atmosfer di sini tidak akan banyak berubah, akan tetap angker, lihat saja," ujar Kido.

Sementara, Vita menilai perubahan yang paling tampak dari Stadion Istora adalah tampilan depan atau fasad bangunan yang lebih bersih, termasuk toilet dan penambahan air langsung minum.

Sampai saat ini, saya belum lihat kekurangannya. Mudah-mudahan setelah dibangun begitu bagus tempat duduk dan segala fasilitas, masyarakat Indonesia bisa mempergunakan dengan baik. Jangan sampai Istora hanya untuk penyelenggaraan Indonesia Masters atau Asian Games saja. Sebaiknya sama-sama menjaga tempat ini, ujar Vita.
    
Teguran Pengelola GBK

Pengelola Kawasan Gelora Bung Karno Senayan Jakarta pun tegas dalam menghadapi para penonton yang tidak menghargai bangunan yang baru saja mendapatkan renovasi dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) itu.

Kamera pemantau di dalam stadion Istora langsung menyorot para penonton yang mengangkat kaki mereka di kursi tribun di depannya. Itulah hukuman sosial yang diterapkan kepada para penonton nakal di Istora.

Tampilan penonton yang tidak tertib itu lantas mendapatkan sorakan dari penonton lain dan diikuti permintaan maaf secara isyarat dari penonton yang tertangkap kamera pemantau.

Manajer Pertandingan Indonesia Masters 2018 Basri Yusuf mengatakan kursi penonton di Stadion Istora Senayan memang didesain agar menampung penonton lain dengan jarak antar kursi yang sempit.

"Ketika penonton masuk dan melewati penonton lain yang sudah duduk, sebaiknya penonton yang duduk dapat berdiri," ujar Basri Yusuf.

Sekretaris Jenderal Persatuan Bulu Tangkis Seluruh Indonesia (PBSI) Achmad Budiharto mengatakan Stadion Istora Senayan sudah cukup menarik bagi masyarakat dengan berlangsungnya turnamen Indonesia Masters 2018.

Kami sebagai tuan rumah tidak bisa terlalu kaku karena banyak kepentingan di sini, seperti Panitia Penyelenggara Asian Games (INASGOC) ataupun dari pemerintah, ujar Budiharto.

Budiharto mengakui tampilan luar stadion dan kursi di tribun merupakan aspek yang paling mendapatkan penilaian dari masyarakat dan panitia penyelenggara luar negeri.

Para penonton yang bertindak kurang sopan, kata Budi, akan langsung ditegur pihak keamanan dan terkena sanksi sosial. Dia akan disorot dan ditayangkan di televisi. Itu cara pengelola mengedukasi penonton dan menghargai aset negara.

Selain Asian Games, Stadion Istora setidaknya akan menjadi arena pertandingan turnamen Indonesia Terbuka 2018 pada 3-8 Juli mendatang.

Selayaknya, masyarakat, pengelola kawasan Gelora Bung Karno, dan panitia penyelenggara kejuaraan ataupun kegiatan dapat berkerjasama demi menjaga aset bangunan bersejarah kebanggaan milik Tanah Air itu. (ANT/BPJ).

Pewarta: Oleh: Imam Santoso

Editor : M. Tohamaksun


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2018