Depok (Antaranews Megapolitan) - Dosen Departemen Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Indonesia Chairul Hudaya dan Iwa Garniwa menciptakan sebuah solusi bagi permasalahan listrik di daerah terisolasi dan tertinggal di Indonesia dengan nama Tabung Listrik (TaLis).

"Dengan demikian, kebutuhan listrik tidak lagi tergantung pada sistem transmisi jarak jauh dari sumber pembangkit listrik raksasa," kata Kepala Humas dan KIP UI Dr. Rifelly Dewi Astuti, S.E., M.M. di Depok, Sabtu.

Dalam konsep TaLis, energi listrik bisa disimpan dalam sebuah media penyimpanan energi (baterai) untuk selanjutnya dipakai mengoperasikan peralatan elektronik.

Dalam melakukan pengisian ulang, TaLis dapat diisi di stasiun pengisian energi listrik (SPEL) dan didistribusikan, seperti ditribusi Tabung LPG. Pengisian ulang dapat dilakukan dalam waktu yang relatif singkat, selama 4 jam.

Ia menjelaskan bahwa satu unit TaLis dapat menyuplai satu kebutuhan rumah di perdesaaan. Ini adalah sebuah bentuk inovasi bagi dunia listrik Indonesia yang masih sangat bergantung pada metode konvensional dalam melakukan distribusi listrik.

"Dengan bentuknya yang ringan dan portabel, TaLis dapat menyimpan 630 Wh energi listrik berbasis baterai lithium-ion serta mudah dipakai karena menggunakan sistem `plug and play`," jelasnya.

Tidak hanya itu, TaLis juga tidak memerlukan kWh meter dan jaringan distribusi listrik sehingga harganya menjadi murah. Semua ini menjadi keunggulan TaLis dalam menjadi sebuah media penghantar listrik bagi daerah-daerah yang terisolasi dan belum terdapat jaringan listrik.

Masalah tingkat keterjangkauan akses listrik (rasio elektrifikasi) merupakan masalah klasik Indonesia meskipun data menunjukkan bahwa tingkat akses listrik kita dari tahun ke tahun terus meningkat.

Data Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, tingkat rasio elektrifikasi pada tahun 2014 ada di angka 84,35 persen, pada tahun 2015 ada di angka 88,30 persen, dan pada tahun 2017, rasio elektrifikasi mencapai 92,75 persen.

Meskipun begitu, masih banyak daerah di Indonesia yang rasio elektrifikasinya jauh di bawah rata-rata nasional. Hal ini sangat nyata di daerah-daerah terpencil dan jauh dari pusat pembangunan seperti di daerah pegunungan dan pulau di Maluku dan Papua.

Sebagai contoh, rasio elektrifikasi di Maluku adalah sekitar 59,17 persen sedangkan Papua baru mencapai angka 48,74 persen pada bulan Juni 2017.

Selama ini, guna memenuhi pasokan listrik di Indonesia, pemerintah biasanya menggunakan pembangkit listrik dalam skala besar untuk kemudian dipasok ke tengah masyarakat menggunakan kabel.

Pembangunan pembangkit listrik baru serta tata kelengkapan listrik lainnya, tentu bukan persoalan yang mudah karena terkait dengan persoalan perizinan, pembebasan lahan, tata ruang, dan pendanaan. Hal ini yang menyebabkan biaya penyediaan listrik di Indonesia menjadi sangat mahal.

TaLis (ciptaan Ir. Chairul Hudaya, S.T., M.Eng., Ph.D. dan Prof. Dr. Ir. Iwa Garniwa, M.T.) adalah suatu bentuk upaya Universitas Indonesia (UI), sebagai sebuah universitas yang mengedepankan riset, untuk melakukan hilirisasi riset dengan konsep triple helix.

Untuk menerapkan konsep ini, pihaknya bekerjasama dengan berbagai pihak. Misalnya, berkat bantuan CSR PT Wijaya Karya (Persero), TaLis telah diterapkan di Sekolah Master Indonesia-Depok sejak November 2017.

Dengan PLN, kata dia, TaLis akan diimplementasikan dalam menyediakan pasokan listrik di wilayah Maluku dan Papua.

Pewarta: Feru Lantara

Editor : Naryo


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2018