Bogor (Antaranews Megapolitan) - Guru besar Fakultas Ekologi Manusia (FEMA) IPB Prof Pudji Muljono mengatakan keberadaan Pos Pemberdayaan Keluarga atau Posdaya juga berperan sebagai wadah untuk mendiseminasikan hasil-hasil penelitian seluruh perguruan tinggi di Indonesia termasuk IPB.

"Mari kita manfaatkan Posdaya sebagai wadah diseminasi semua hasil inovasi yang dihasilkan semua fakultas, baik itu pertanian, kehutanan, sosial, bahkan sampai sekarang musim pilkada," kata Pudji dalam Praorasi Guru Besar IPB di Kampus Baranangsiang, Kota Bogor, Kamis.

IPB sejak 2007 berkiprah langsung dalam pengembangan Posdaya melalui P2SDM-LPPM IPB. Posdaya adalah sebuah gerakan menghidupkan modal sosial dan membangkitkan kembali budaya gotong-royong di masyarakat serta saling peduli antar tetangga dalam membangun kehidupan berkeluarga, dilakukan secara swadaya serta terbuka untuk kemitraan menuju masyarakat yang mandiri.

Pemanfaatan Posdaya sebagai wadah diseminasi hasil inovasi sejalan dengan amanat Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2017 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJMN) bahwa mewujudkan bangsa yang berdaya saing merupakan salah satu misi pembangunan nasional.

Ia mengatakan hal ini dilakukan melalui pembangunan sumber daya manusia berkualitas dan berdaya saing serta peningkatan penguasaan dan pemanfaatan IPTEK melalui penelitian, pengembangan, dan penerapan menuju inovasi yang berkelanjutan.

"Salah satu hal penting dalam rangka hilirisasi program penelitian adalah bagaimana agar proses diseminasi inovasi hasil penelitian dapat termanfaatkan secara maksimal oleh pengguna atau masyarakat," katanya.

Menurutnya pemanfaatkan teknologi oleh masyarakat salah satu tujuannya untuk dapat meningkatkan kualitas hidup dan kesejahteraannya.

Ia mengatakan implementasi inovasi pertanian di tingkat lapangan atau daerah memerlukan inovasi spesifik lokasi dan sesuai dengan program daerah. Tantangan yang dihadapi adalah, bagaimana menciptakan jaringan yang erat antara unsur penyedia teknologi (peneliti/dosen) dan pengguna teknologi melalui peran fasilitator di lapangan.

"Peran dunia usaha (bisnis), akademisi, komunitas sangat penting mendukung pemerintah dalam proses diseminasi dan adopsi inovasi yang dihasilkan dalam kerangka sistem inovasi nasional di tingkat lapangan," kata Pudji.


Inovasi

Ia mengatakan IPB sebagai perguruan tinggi paling inovatif menurut Kementerian Riset, Teknologi dan Perguruan Tinggi telah berkontribusi aktif dalam menghasilkan ratusan inovasi. Terhitung sejak 2008 hingga 2017 sebanyak 407 dari 1.045 karya inovasi Indonesia dihasilkan oleh IPB.

"Artinya IPB berkontribusi sebesar 38,95 perden dalam menyumbang karya inovasi Indonesia paling prospektif," katanya.

Tapi dari sejumlah inovasi tersebut, baru sekitar 10 persen dari inovasi telah dikomersialisasikan atau dimanfaatkan oleh masyarakat. Sedangkan berdasarkan pangkala data penelitian dan pengabdian masyarakat (PPM) tahun 2012-2016 terdapat 3,83 persen hasil PPM termasuk klaster P4 atau yang dapat langsung didiseminasikan kepada masyarakat (pengguna).

"Ini perlu jadi perhatian oleh peneliti dan seluruh civitas akademika perguruan tinggi khususnya IPB. Artinya bahwa hilirisasi penelitian perly lebih ditingkatkan," katanya.

Pudji melalui hasil kajian orasi ilmiah guru besar IPB berjudul "Diseminasi Inovasi Hasil Penelitian dan Kampus Desa untuk Mendukung Pemberdayaan Masyarakat" mendorong agar para dosen dan peneliti untuk mendiseminasikan hasil penelitiannya melalui Posdaya.

"Biasanya dosen atau peneliti melakukan penelitian hanya mencari nilai KUM. Padahal penelitian itu dibiayai oleh negara yang uangnya berasal dari rakyat. Sudah seyogyanya peneliti bertanggungjawab kepada masyarakat melalui inovasi yang dihasilkannya," katanya.

Selain Posdaya, hasil inovasi peneliti dan dosen juga bisa didiseminasikan di Kampus Desa yang merupakan suatu program semacam "community college" yang dikembangkan oleh IPB untuk mentrasfer ilmu dan teknologi yang dihasilkan ke masyarakat.

"Salah satu kendala yang masih dihadapi oleh Posdaya untuk berkembang adalah kemitraan. Ini perlu arahan dari para pendamping, agar memperluas kemitraan masyarakat dalam memasarkan produk yang dihasilkannya melalui kegiatan pemberdayaan keluarga bidang ekonomi," kata Pudji.

Saat ini tercatat ada sekitar 50 ribu Posdaya yang sudah terbentuk di seluruh Indonesia membutuhkan pendampingan dan pengembangan, serta sentuhan inovasi dan teknologi dari perguruan tinggi.

Sebagai contoh salah satu Posdaya binaan IPB yang menghasilkan berbagai produk olahan pertanian, seperti minuman sirup ubi, keripik tapioka, dan lainnya membutuhkan inovasi pengemasan, maupun pengolahan hasil agar lebih tahan lama.

Pewarta: Laily Rahmawaty

Editor : Naryo


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2018