Citeureup, Bogor (Antaranews Megapolitan) - PT Indocement Tunggal Prakarsa kembali meluncurkan buku, kali ini berjudul 'Bakti Bagi Bumi'. Ini betita lengkapnya dari Citeureup, Bogor, Jawa Barat.
Sebuah buku berisi program pelestarian dan perbaikan lingkungan hidup di desa-desa mitra berjudul "Bakti Bagi Bumi" diluncurkan oleh PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk, Kamis, di SMP Bantarjati, Kabupaten Bogor, Jawa Barat.
"Kebetulan SMP Bantarjati yang dikelola Yayasan Indocement ini berhasil mendapatkan penghargaan Sekolah Adiwiyata nasional dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK)," kata Direktur SDM Indocement Kuky Permana di sela-sela bedah buku itu di SMP Bantarjati Yayasan Indocement, Kecamatan Klapanunggal.
Peluncuran yang dilanjutkan dengan bedah buku itu menghadirkan sejumlah narasumber, yakni Direktur Adaptasi Perubahan Iklim KLHK Sri Tantri Arudhati, M.Sc, pakar Teknik Lingkungan Institut Teknologi Bandang (ITB) Dr Asep Sofyan, ST, MT, dan beberapa "local hero" bidang lingkungan di desa-desa mitra Indocement.
Menurut Kuky Permana, pada intinya buku tersebut adalah bunga rampai berbagai praktik terbaik yang dilakukan masyarakat di desa-desa mitra perusahaan produsen semen "Tiga Roda" itu.
Program pelestarian lingkungan dan inisiasi kegiatan pro-lingkungan dalam buku itu, baik yang dilakukan di desa mitra sekitar pabrik, khususnya di Jawa Barat, yakni di Kabupaten Bogor dan Kabupaten Cirebon, serta di luar kawasan pabrik, seperti di Cilegon, Provinsi Banten.
Salah satu pilar program tanggung jawab sosial perusahaan (Corporate Social Responsibility/CSR) perusahaan itu, kata dia, adalah lingkungan hidup, yang bagi Indocement menjadi komitmen sejak dahulu.
Ia menegaskan bahwa upaya pembangunan lingkungan hidup, jelas tidak bisa dilakukan satu pihak, seperti pemerintah saja, namun membutuhkan sumbangsih semua komponen bangsa, baik pemerintah, swasta, masyarakat dan komunitas lainnya.
Kuky merujuk pada komitmen pemerintah Indonesia untuk menurunkan emisi gas rumah kaca (GRK) pada tahun 2020 sebesar 26 persen dengan upaya sendiri, dan hingga 41 persen dengan bantuan internasional yang dituangkan dalam NDC (Nationally Determined Contribution).
Komitmen itu, katanya, adalah pekerjaan berat yang membutuhkan kebersamaan, khususnya menyiapkan masyarakat untuk diajak peduli pada ikhtiar menuju tujuan menjaga dan memperbaiki lingkungan hidup.
"Kalau kesadaran masyarakat masih rendah, tentu untuk mencapai komitmen itu menjadi berat, sehingga harus ada dorongan semua pihak, termasuk swasta untuk ikut berperan pada kegiatan pro-lingkungan itu," katanya.
Karena itu, kata dia, pihaknya melihat bahwa sekolah, adalah wahana paling strategis untuk menyiapkan generasi muda untuk lebih dini disiapkan bertanggung jawab pada kegiatan pro-lingkungan hidup itu.
"Kita awali dari sekolah, dan anak-anak SMP ini potensial untuk dibekali wawasan lingkungan hidup," katanya.
SMP Bantarjati Indocement sendiri, untuk bisa mendapatkan penghargaan Sekolah Adiwiyata nasional melaluinya dengan jalan panjang.
Ikhtiar lain dari Indocement, katanya, di tingkat masyarakat adalah diraihnya penghargaan Program Kampung Iklim (ProKlim) oleh Desa Bantarjati.
Proklim adalah gerakan nasional pengendalian perubahan iklim berbasis masyarakat.
"Penghargaan Sekolah Adiwiyata nasional dan Proklim nasional di Bantarjati ini adalah sebuah pengakuan bahwa program-program kami diapresiasi, harapannya swasta lainnya juga melakukan hal sejenis," kata Kuky Permana. (ANT/BPJ).
Editor: Ridwan Chaidir.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2018
Sebuah buku berisi program pelestarian dan perbaikan lingkungan hidup di desa-desa mitra berjudul "Bakti Bagi Bumi" diluncurkan oleh PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk, Kamis, di SMP Bantarjati, Kabupaten Bogor, Jawa Barat.
"Kebetulan SMP Bantarjati yang dikelola Yayasan Indocement ini berhasil mendapatkan penghargaan Sekolah Adiwiyata nasional dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK)," kata Direktur SDM Indocement Kuky Permana di sela-sela bedah buku itu di SMP Bantarjati Yayasan Indocement, Kecamatan Klapanunggal.
Peluncuran yang dilanjutkan dengan bedah buku itu menghadirkan sejumlah narasumber, yakni Direktur Adaptasi Perubahan Iklim KLHK Sri Tantri Arudhati, M.Sc, pakar Teknik Lingkungan Institut Teknologi Bandang (ITB) Dr Asep Sofyan, ST, MT, dan beberapa "local hero" bidang lingkungan di desa-desa mitra Indocement.
Menurut Kuky Permana, pada intinya buku tersebut adalah bunga rampai berbagai praktik terbaik yang dilakukan masyarakat di desa-desa mitra perusahaan produsen semen "Tiga Roda" itu.
Program pelestarian lingkungan dan inisiasi kegiatan pro-lingkungan dalam buku itu, baik yang dilakukan di desa mitra sekitar pabrik, khususnya di Jawa Barat, yakni di Kabupaten Bogor dan Kabupaten Cirebon, serta di luar kawasan pabrik, seperti di Cilegon, Provinsi Banten.
Salah satu pilar program tanggung jawab sosial perusahaan (Corporate Social Responsibility/CSR) perusahaan itu, kata dia, adalah lingkungan hidup, yang bagi Indocement menjadi komitmen sejak dahulu.
Ia menegaskan bahwa upaya pembangunan lingkungan hidup, jelas tidak bisa dilakukan satu pihak, seperti pemerintah saja, namun membutuhkan sumbangsih semua komponen bangsa, baik pemerintah, swasta, masyarakat dan komunitas lainnya.
Kuky merujuk pada komitmen pemerintah Indonesia untuk menurunkan emisi gas rumah kaca (GRK) pada tahun 2020 sebesar 26 persen dengan upaya sendiri, dan hingga 41 persen dengan bantuan internasional yang dituangkan dalam NDC (Nationally Determined Contribution).
Komitmen itu, katanya, adalah pekerjaan berat yang membutuhkan kebersamaan, khususnya menyiapkan masyarakat untuk diajak peduli pada ikhtiar menuju tujuan menjaga dan memperbaiki lingkungan hidup.
"Kalau kesadaran masyarakat masih rendah, tentu untuk mencapai komitmen itu menjadi berat, sehingga harus ada dorongan semua pihak, termasuk swasta untuk ikut berperan pada kegiatan pro-lingkungan itu," katanya.
Karena itu, kata dia, pihaknya melihat bahwa sekolah, adalah wahana paling strategis untuk menyiapkan generasi muda untuk lebih dini disiapkan bertanggung jawab pada kegiatan pro-lingkungan hidup itu.
"Kita awali dari sekolah, dan anak-anak SMP ini potensial untuk dibekali wawasan lingkungan hidup," katanya.
SMP Bantarjati Indocement sendiri, untuk bisa mendapatkan penghargaan Sekolah Adiwiyata nasional melaluinya dengan jalan panjang.
Ikhtiar lain dari Indocement, katanya, di tingkat masyarakat adalah diraihnya penghargaan Program Kampung Iklim (ProKlim) oleh Desa Bantarjati.
Proklim adalah gerakan nasional pengendalian perubahan iklim berbasis masyarakat.
"Penghargaan Sekolah Adiwiyata nasional dan Proklim nasional di Bantarjati ini adalah sebuah pengakuan bahwa program-program kami diapresiasi, harapannya swasta lainnya juga melakukan hal sejenis," kata Kuky Permana. (ANT/BPJ).
Editor: Ridwan Chaidir.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2018