Bogor, 12/12 (ANTARA) - Wakil Bupati Bogor, Karyawan Faturachman,
memiliki hobi yang cukup unik, yakni mengoleksi perkakas senjata tajam seperti keris, kujang, dan tombak dari berbagai daerah yang usianya sudah ratusan bahkan ribuan tahun.

Lebih 900 koleksi senjata tajam kuno tersebut mulai dikumpulkannya sejak tiga tahun lalu.

"Keris betok ini usianya sudah 1.600 tahun, dibuat dengan tangan, bisa dilihat bekas sidik jari pembuatnya yang menempel di bilah kerisnya," kata Karyawan saat ditemui di kediamannya di Keradenan, Cibinong, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Selasa.

Karyawan menceritakan, keris betok berasal dari Jawa Barat dan sudah ada sejak zaman Kerajaan Galuh. Benda tersebut memiliki ukuran panjang bilah 25 centimeter dan tangkai pegangan 12 cm.

Keris betok merupakan senjata tajam yang digunakan oleh masyarakat zaman dulu sebagai alat perlindungan dan juga untuk simbol kekuatan.

Selain keris betok, Karyawan juga menyimpan kujang naga bermata dua yang terbuat dari batu meteorit.

"Dilihat dari bahan yang digunakan batu meteorit, kujang ini dibuat pada abad ke 7 jika dihitung usia kujang ini sudah 1.200 tahun," ujarnya sambil memperlihatkan kujang kuno tersebut.

Karyawan menuturkan, ratusan keris dan senjata lainnya yang sebagian orang menilai benda keramat tersebut diperolehnya tidak lewat transaksi jual beli.

Keris-keris pusaka dan perkakas senjata tajam itu ia peroleh dari sejumlah orang-orang yang datang padanya mengantarkan benda itu sebagai miliknya.

Kisah Karyawan memperoleh ratusan keris berawal sejak tahun 2009, yakni sejak ia menjadi Wakil Bupati Bogor yang diusung PDI-P.

Saat itu ia kedatangan seorang tamu dari Lebak Banten yang ingin menemui dirinya untuk memberikan keris yang ada pada dirinya.

"Pria itu datang kepada saya, ceritanya dia dapat mimpi yang menyuruhnya untuk menyerahkan keris ini kepada pemiliknya. Dalam mimpinya, keris itu milik saya, lalu dia mengantarkan kepada saya," tutur Karyawan.

Mendapati hal itu, Karyawan awalnya heran, keris itu pun ia terima tanpa bayaran. Sejak saat sejumlah orang terus berdatangan ke dirinya untuk menyerahkan benda-benda tersebut yang hingga kini jumlahnya telah mencapai 900 lebih.

"Saya tidak pernah membeli keris-keris ini, hanya orang saja yang datang kepada saya dan menyerahkannya. Saya hanya kasih mereka uang untuk ongkos pulang," katanya.

Karyawan yang dikenal sangat peduli dengan kesenian dan kebudayaan memadang keris dan benda-benda pusaka yang ada di rumahnya bukanlah benda keramat yang banyak diyakini orang.

Ia juga tidak merasa mengkoleksi benda-benda tersebut. Baginya keris dan perkakas senjata tajam yang ada di rumahnya merupakan benda seni yang memiliki nilai tinggi.

Dalam merawat benda itu pun Karyawan tidak melakukan ritual-ritual yang biasa dilakukan para pemilik yang keyakinan bahwa keris adalah benda bertuan. Ia hanya menyimpan keris tersebut di rumahnya dan menempatkannya di rak-rak yang terbuat dari bahan kayu bekas.

"Saya tidak pernah memandikan keris ini atau merawatnya, hanya ditaruh saja. Tapi sebelum disimpan, keris ini saya cuci dulu pake sabun colek, digosok pake penggosok wajan, setelah itu saya keringkan di kompor dan saya kasih minyak wangi ini untuk melindunginya dari karat," katanya.

Karyawan berharap keris-keris yang disimpannya dapat terjaga dan terpelihara dengan baik karena nilai sejarah yang ada di masing-masing keris tersebut sangat bernilai.

Laily R

Pewarta:

Editor :


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2012