Bandarlampung (Antaranews Lampung/Megapolitan-Bogor) - Perwakilan Bank Indonesia (BI) Provinsi Lampung mengatakan inflasi pada Desember atau akhir tahun 2017 tercatat sebesar 0,43 persen (month to month) atau masih terkendali.

"Inflasi itu lebih rendah dibandingkan rata-rata inflasi selama lima tahun terakhir yang mencapai 1,08 persen," kata Kepala Perwakilan BI Provinsi Lampung, Budiharto Setyawan di Bandarlampung, Kamis.

Ia menyebutkan, konsisten dengan pola historisnya, tekanan inflasi bulan Desember bersumber dari kenaikan harga kelompok pangan (volatile food) akibat gangguan cuaca dan keterbatasan pasokan karena belum masuknya musim panen.

Selain itu, lanjutnya, harga kelompok inti (core) yang dipengaruhi tingginya permintaan (demand pull) seiring menguatnya konsumsi akhir tahun.  

Meskipun demikian, menurutnya, tekanan inflasi yang lebih tinggi tidak terjadi sejalan dengan relatif terkendalinya kenaikan harga termasuk masih terkoreksinya harga sejumlah komoditas volatile food, didukung kebijakan pengendalian harga pemerintah dan koordinasi pengendalian inflasi yang efektif melalui Tim Pengendalian Inflasi Daerah.

Secara tahunan, inflasi IHK Lampung tercatat pada level yang cukup rendah yakni sebesar 3,02 persen (year on year) atau lebih terkendali dibandingkan inflasi Sumatera dan nasional yang masing-masing sebesar 3,31 persen (yoy) dan 3,61 persen (yoy).

Ia menambahkan, apabila dibandingkan 82 kota perhitungan inflasi secara nasional, inflasi akhir tahun (yoy) Kota Bandarlampung dan Kota Metro masing-masing menempati peringkat yang cukup baik, yakni di urutan ke-56 dan 73.

Sejalan dengan perkembangan tersebut, dampak inflasi IHK terhadap penurunan kesejahteraan khususnya kelompok masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) masih dapat diantisipasi, terindikasi dari berlanjutnya penurunan angka kemiskinan provinsi Lampung dalam tahun 2017.

Secara bulanan, inflasi pada bulan Desember 2017 didorong oleh meningkatnya tekanan inflasi pada kelompok volatile food (1,30 persen/mtm) dan kelompok core (0,16 persen/mtm).

Kenaikan inflasi volatile food antara lain didorong oleh meningkatnya harga cabai merah, beras dan telur ayam ras yang masing-masing memberikan andil inflasi sebesar 0,16 persen, 0,13 persen dan 0,09 persen.

Budiharto menambahkan kenaikan harga cabai merah dipicu oleh berkurangnya pasokan akibat terganggunya distribusi karena faktor cuaca yang cukup ekstrem, demikian pula kenaikan harga beras yang dipicu oleh menipisnya stok gabah di petani dan penggilingan di sentra produksi Lampung karena belum masuknya musim panen serta cuaca yang belum kondusif.

Sementara itu, pergerakan harga telur ayam ras dipengaruhi oleh kenaikan harga dari produsen seiring meningkatnya permintaan menjelang perayaan Natal dan Tahun Baru. Namun demikian, beberapa komoditas hortikultura seperti bawang merah dan bawang putih mengalami koreksi harga karena melimpahnya pasokan pada masa panen di daerah sentra produksi sehingga dapat meredam laju inflasi yang lebih tinggi. (ANT/LPG-BPJ).

Pewarta: Agus Wira Sukarta

Editor : M. Tohamaksun


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2018