Bandarlampung (Antara Megapolitan-Bogor) - Provinsi Lampung berhasil mengurangi kerusakan hutan lebih dari 50 persen sejak lima tahun terakhir.
Hal itu disampaikan Sekretaris Daerah Provinsi (Sekdaprov) Lampung Sutono pada Workshop Conserving The Bukit Barisan Selatan National Park As UN World Heritage in Sumatera, di Bandarlampung, Jumat (8/12/2017).
Acara tersebut diikuti para aktivis lingkungan dari Wildlife Conservation Society (WCS), World Wildlife Fund (WWF), Yayasan Badak Indonesia (Yabi), dan praktisi lingkungan lainnya.
"Alhamdulillah, selama lima tahun terakhir tingkat kerusakan hutan terus menurun menjadi sekitar 50 persen. Pemprov Lampung khususnya Gubernur Muhammad Ridho Ficarco mendorong program Gelam, yakni Gerakan Lampung Menghijau untuk percepatan mengijaukan kembali hutan yang rusak," kata Sutono.
TNBBS Sebagai Hutan Warisan Dunia
Sutono menyampaikan pesan Gubernur Ridho bahwa Provinsi Lampung selalu siap bergadengan tangan dengan Non- Government Organitation (NGO) untuk mempertahankan keberadaan Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS) sebagai Hutan Warisan Dunia.
Seperti diketahui, Unesco (Organisasi PBB yang mengurusi masalah pendidikan dan kebudayaan) menetapkan Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS) sebagai Cluster Natural World Heritage Site, atau Tapak Warisan Alam Dunia. Hal ini tentu saja merupakan kebanggaan.
"TNBBS bukan hanya kebanggaan orang Lampung, tapi juga merupakan warisan dunia. Sudah menjadi tanggung jawab kita semua untuk keberadaannya. Selain upaya pemerintah daerah, kita bersyukur dengan kehadiran mitra seperti rekan-rekan dari WCS, WWF, Yayasan Badak Indonesia yang turut mendukung mengatasi ancaman dalam pengelolaan TNBBS khususnya dalam perlindungan habitat dan peningkatan populasi satwa kunci," tambah Sutono
Saat ini, kata Sutono lebih lanjut, yang menjadi tantangan adalah terus tumbuhnya populasi masyarakat desa di sekitar kawasan, dan mayoritas mata pencaharian masyarakat yang bergantung pada kawasan hutan, untuk itu diperlukan koordinasi yang baik oleh semua pihak terkait.
Selain itu, dalam pengelolaan kawasan TNBBS, ada tiga unsur yang harus diperhatikan, yakni perlindungannya, pengawetannnya juga pemanfaatan hutan yang lestari.
Meningkatkan Efektifitas Pengelolaan Kawasan Konservasi
TNBBS ditargetkan bukan hanya menjadi hutan yang lestari tapi juga memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi kesejahetaraan masyarakat. "Pak Gubernur Ridho terus mendorong upaya percepatan untuk menghijaukan Lampung. Jika hutan Lampung lestari masyarakat juga sejahtera,," ujar Sutono.
Pemprov Lampung juga meminta pemerintah daerah kabupaten khususnya Tanggamus, Pesisir Barat, dan Lampung Barat untuk terlibat aktif dalam penyelamatan satwa kunci yang ada di TNBBS khususnya badak.
"Pemkab juga didorong dalam upaya peningkatan ekonomi masyarakat sekitar TNBBS melalui ekonomi masyarakat seperti BumDes," tambah Sutono.
Ketua Pelaksana workshop, Kurnia Rauf mengatakan, kegiatan workshop merupakan langkah awal WCS, WWF, dan Yabi serta German Ministry of Environment International Climate Initiative (IKI) untuk meningkatkan efektifitas pengelolaan kawasan konservasi TNBBS agar diterus dipertahankan sebagai warisan dunia. (RLs/Humas Prov/ANT/BPJ/MTh).
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2017
Hal itu disampaikan Sekretaris Daerah Provinsi (Sekdaprov) Lampung Sutono pada Workshop Conserving The Bukit Barisan Selatan National Park As UN World Heritage in Sumatera, di Bandarlampung, Jumat (8/12/2017).
Acara tersebut diikuti para aktivis lingkungan dari Wildlife Conservation Society (WCS), World Wildlife Fund (WWF), Yayasan Badak Indonesia (Yabi), dan praktisi lingkungan lainnya.
"Alhamdulillah, selama lima tahun terakhir tingkat kerusakan hutan terus menurun menjadi sekitar 50 persen. Pemprov Lampung khususnya Gubernur Muhammad Ridho Ficarco mendorong program Gelam, yakni Gerakan Lampung Menghijau untuk percepatan mengijaukan kembali hutan yang rusak," kata Sutono.
TNBBS Sebagai Hutan Warisan Dunia
Sutono menyampaikan pesan Gubernur Ridho bahwa Provinsi Lampung selalu siap bergadengan tangan dengan Non- Government Organitation (NGO) untuk mempertahankan keberadaan Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS) sebagai Hutan Warisan Dunia.
Seperti diketahui, Unesco (Organisasi PBB yang mengurusi masalah pendidikan dan kebudayaan) menetapkan Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS) sebagai Cluster Natural World Heritage Site, atau Tapak Warisan Alam Dunia. Hal ini tentu saja merupakan kebanggaan.
"TNBBS bukan hanya kebanggaan orang Lampung, tapi juga merupakan warisan dunia. Sudah menjadi tanggung jawab kita semua untuk keberadaannya. Selain upaya pemerintah daerah, kita bersyukur dengan kehadiran mitra seperti rekan-rekan dari WCS, WWF, Yayasan Badak Indonesia yang turut mendukung mengatasi ancaman dalam pengelolaan TNBBS khususnya dalam perlindungan habitat dan peningkatan populasi satwa kunci," tambah Sutono
Saat ini, kata Sutono lebih lanjut, yang menjadi tantangan adalah terus tumbuhnya populasi masyarakat desa di sekitar kawasan, dan mayoritas mata pencaharian masyarakat yang bergantung pada kawasan hutan, untuk itu diperlukan koordinasi yang baik oleh semua pihak terkait.
Selain itu, dalam pengelolaan kawasan TNBBS, ada tiga unsur yang harus diperhatikan, yakni perlindungannya, pengawetannnya juga pemanfaatan hutan yang lestari.
Meningkatkan Efektifitas Pengelolaan Kawasan Konservasi
TNBBS ditargetkan bukan hanya menjadi hutan yang lestari tapi juga memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi kesejahetaraan masyarakat. "Pak Gubernur Ridho terus mendorong upaya percepatan untuk menghijaukan Lampung. Jika hutan Lampung lestari masyarakat juga sejahtera,," ujar Sutono.
Pemprov Lampung juga meminta pemerintah daerah kabupaten khususnya Tanggamus, Pesisir Barat, dan Lampung Barat untuk terlibat aktif dalam penyelamatan satwa kunci yang ada di TNBBS khususnya badak.
"Pemkab juga didorong dalam upaya peningkatan ekonomi masyarakat sekitar TNBBS melalui ekonomi masyarakat seperti BumDes," tambah Sutono.
Ketua Pelaksana workshop, Kurnia Rauf mengatakan, kegiatan workshop merupakan langkah awal WCS, WWF, dan Yabi serta German Ministry of Environment International Climate Initiative (IKI) untuk meningkatkan efektifitas pengelolaan kawasan konservasi TNBBS agar diterus dipertahankan sebagai warisan dunia. (RLs/Humas Prov/ANT/BPJ/MTh).
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2017