Bogor (Antara Megapolitan) - Museum Tanah Indonesia di Kota Bogor, Jawa Barat pernah menjadi sasaran pencurian saat sekitar 300 jenis batu koleksi museum ini hilang dicuri oleh orang tidak dikenal beberapa waktu lalu.

Salah satu peneliti tanah di Museum Tanah Indonesia Kusumo, di sela acara peresmian pembukaan kembali Museum Tanah Indonesia, Selasa, mengungkapkan waktu itu musim batu akik sekitar tahun 2014-2015, dan batu-batu koleksi dari berbagai daerah dicuri, jumlahnya sekitar 300 jenis.

Peristiwa pencurian tersebut terjadi saat gedung Museum Tanah Indonesia di Jl Juanda No. 98 ditinggal dalam keadaan kosong, setelah segala kegiatan lembaga penelitian yang ada di bawah Badan Litbang Pertanian (Balitbangtan) dipindahkan ke Cimanggu.

Berhubung koleksi cukup banyak tidak cukup dan sulit dipindahkan ke gedung baru di Cimanggu, sehingga ratusan koleksi batu, monolith tanah masih tersimpan di gedung tua peninggalan Belanda tersebut.

Museum Tanah Indonesia berada di bawah Pusat Perpustakaan dan Penyebaran Teknologi milik Balai Besar Sumber Daya Lahan Pertanian, Balitbangtan Kementerian Pertanian.



Pada masa peralihan tahun 2011 aktivitas museum ditutup. Tetapi koleksi tetap disimpan di gedung utama.

"Waktu itu kami kurang waspada juga, tidak ada petugas keamanan yang berjaga, apalagi selama musim batuk akik puluhan pedagang berjualan di pinggir jalan depan museum," katanya lagi.

Peristiwa pencurian diketahui salah seorang pensiunan pegawai yang kebetulan datang melihat kondisi museum. Keadaan ruang koleksi acak-acakan, lemari tempat penyimpanan batu koleksi dirusak, dan pecahan batu-batu yang diambil dari sejumlah daerah di Indonesia raib diambil pencuri.

Batu yang dicuri adalah jenis batu penelitian, seperti batu sekis bisa untuk kuku macan, dan cincin bulu monyet (jenis batu akik, Red).

Kusumo tidak menyebutkan berapa kerugian yang diakibatkan peristiwa pencurian tersebut. Tapi, batu-batu yang dicuri bukan batu mahal hanya jenis-jenis batu yang diambil dari sejumlah daerah di Indonesia, seperti daerah yang berada di tiga lempengan bumi yakni Lempeng Australia, Samudra Hindia dan Asia yang memiliki keunikan batu.

Sejak kejadian tersebut, pihak museum meningkatkan pengamanan dengan penjagaan, memasang kamera pengawas, serta menambah jumlah koleksi yang hilang.

"Kita tambah lagi koleksi bebatuan, diambil dari Karangsambung, Kebumen, dan dambil dari Jateng, Jatim, dan lainnya," kata Kusumo.

Kementerian Pertanian membuka kembali Museum Tanah Indonesia untuk umum sebagai sarana pendidikan serta sosialisasi pemanfaatan tanah secara berkelanjutan.

Museum tersebut sudah terbentuk sejak 1905 oleh peneliti Belanda yang menginisiasi adanya lembaga penelitian tanah di Indonesia.

Pewarta: Laily Rahmawaty

Editor : Naryo


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2017