Bogor (Antara Megapolitan) - Sekolah Tinggi Penyuluh Pertanian (STPP) Bogor, memiliki jalur khusus penerimaan mahasiswa baru untuk anak petani berprestasi.

Kepala Sub Bagian Kemahasiswaan dan Alumni STPP Bogor Usep Rizab, di Bogor, Senin, mengatakan, kebijakan khusus tersebut telah diberlakukan sejak 2014 lalu.

"Kebijakan ini sesuai dengan aturan dari Kementerian Pertanian agar STPP menerima mahasiswa dari anak petani," kata Usep.

Menurutnya STPP dituntut untuk menghasilkan penyuluh pertanian yang tangguh dan berjiwa agribisnis untuk mensukseskan visi Indonesia menjadi lumbung pangan dunia pada tahun 2045.

Oleh karena itu STPP harus memiliki putra-putri terbaik. Anak petani atau mahasiswa dari desa diyakini memiliki ketangguhan tersendiri dalam bidang pertanian. Sehingga sangat tepat dijadikan sebagai penyuluh pertanian.

"Penyuluh itu motor penggerak suksesnya pembangunan pertanian Tanah Air," kata Usep.

Ia menjelaskan anak petani yang direkruit sebagai mahasiswa STPP Bogor adalah anak petani yang berprestasi memiliki bukti sertifikat prestasi yang dikelurkan oleh pemerintah.

Penerimaan mahasiswa baru jalur petani mulai terdata dari tahun 2014, lalu di tahun 2015, 2016 dan 2017. Total dari 635 mahasiswa yang ada saat ini 40 persen merupakan anak petani.

Jalur masuk STPP Bogor berasal dari Jalur PNS, jalur undangan/prestasi (smk pertanian yag di wilayahnya), jalur putra putri petani yang berprestsi orang tuanya,mendapat penghargaan dari presinde.

Satria Ramanda Santoso (19) salah satu mahasiswa STPP Bogor yang diterima masuk melalui jalur khusus anak petani.

Satria diterima atas prestasi ayahnya Santoso (45) seorang ketua kelompok pertanian organik untuk ekspor.

"Awalnya saya niat masuk pertanian di universitas lain seperti IPB, tapi saya tidak lolos. Tapi berkat bantuan bapak, atas prestasinya saya diterima masuk STPP Bogor," katanya.

Sebagai anak sulung Satria berencana untuk melanjutkan pertanian milik ayanya yang memiliki lahan 2 ribu meter persegi. Saat ini iapun sudah menternakkan ayam pelung di kampung halamannya Cianjur.

"Kalau tidak jadi petani, ya jadi peternak," kata Satria.

Pewarta: Laily Rahmawaty

Editor : Andi Firdaus


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2017