Jakarta, (Antara Megapolitan) - Sebanyak 330 pemuda dari ASEAN dan Jepang yang tergabung dalam kegiatan The 44thShip for South East Asian and Japanese Youth Program (SSEYAP) mendalami kehidupan sosial dan budaya di Indonesia sejak 25-28 November 2017.
"Selama di Indonesia, peserta tinggal selama tiga hari bersama lebih dari 150 orang tua asuh," kata Dosen Vokasi Komunikasi Universitas Indonesia, Devie Rahmawati di Jakarta, Selasa.
Program yang sudah berlangsung selama 44 tahun ini dimaksudkan sebagai ajang jejaring sosial dan budaya dari para pemuda yang bermukim di ASEAN dan Jepang.
Peserta berlayar lebih dari 50 hari di kawasan ASEAN dan berlabuh di empat negara ASEAN yaitu Kamboja, Thailand, Indonesia dan Malaysia.
Devie Rahmawati yang menjadi salah satu dari orang tua asuh peserta dari Thailand bernama Tasson Kongkaew dan Brunei Darussalam bernama Nur Amalina Binti Ali Yusri .
Kedua peserta memiliki kesempatan yang langka selama berada di Indonesia. Pada kunjungan pertama, keduanya diperkenalkan dengan kehidupan belakang layar dari produksi berita dan hiburan di Tanah Air.
Mereka melakukan kunjungan ke dua media di Indonesia. Mereka menjambangi tiga buah studio di utama televisi dan satu studio luar ruang. PK, peserta dari Thailand, menyatakan kekagumannya dengan fasilitas media di Indonesia.
"Ini pengalaman pertama saya melihat sistem kerja TV. Ini studio layar hijau terbesar yang pernah Saya lihat," ujarnya.
Kedua peserta melakukan aktivitas layaknya seorang pembawa acara dan kameramen. PK dan Lina juga mengunjungi kantor berita media cetak dan Media Online. Ketika mengunjungi media tersebut, peserta melakukan dialog dengan para jurnalis.
Mereka memperoleh informasi mendalam proses lahirnya sebuah berita di tangan para awak media yang terdiri dari jurnalis, editor, pekerja kreatif dan lain sebagainya.
Seusai mengunjungi media, kedua mendatangi bangunan-bangunan monumental di Jakarta seperti Monas, Masjid Istiqlal, Katedral dan Taman Makam Pahlawan Kalibata. Lina, peserta dari Brunei Darussalam menyampaikan bahwa semua bangunan tersebut sangat ikonik, khususnya Masjid Istiqlal dengan ukuran bangunan yang sangat besar.
Kebesaran Indonesia tidak hanya terlihat dari ukuran bangunannya, tetapi juga kebesaran dari semangat perbedaan yang secara kasat mata diperlihatkan dengan interaksi keberagaman antar pemeluk agama dari dua bangunan yang berdiri secara berdampingan.
Pada kesempatan berikutnya, kedua peserta bersama Himpunan Mahasiswa (HM) Vokasi Komunikasi (Vokom) melakukan kerja sosial mengajar dan menghibur anak - anak jalanan di RPTRA Seruni, Pejaten. Kedua peserta berinteraksi dengan anak - anak jalanan dalam Bahasa Inggris menggunakan teknik bermain dan membagi-bagikan makanan.
"Kami mengundang mereka untuk dapat berbagi pengalaman dalam membangun kesadaran sosial. Kami ingin melibatkan keduanya dalam aktivitas rutin yang dilakukan mahasiswa Vokom UI yaitu hadir di tengah - tengah masyarakat, memberikan pendampingan kebutuhan publik diantaranya pengetahuan bagi anak-anak yang kurang beruntung ini," ujar Tantri Ketua HM Vokom Universitas Indonesia.
Kedua peserta juga menghadiri diskusi yang diselenggarakan oleh Divisi Humas Polri dengan tema Tantangan Hoax ke Depan di Indonesia. Mereka berkesempatan untuk berdialog dengan Kepala Divisi Humas Polri.
"Meskipun tidak sepenuhnya memahami diskusi dilakukan, Saya merasa senang atas penyambutan yang hangat dari Kepolisian Indonesia," ujar PK.
Indonesia selama 44 tahun selalu diapresiasi tinggi dari seluruh peserta atas keramahan dan kebaikan Masyarakat Indonesia sebagai negara HOST.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2017
"Selama di Indonesia, peserta tinggal selama tiga hari bersama lebih dari 150 orang tua asuh," kata Dosen Vokasi Komunikasi Universitas Indonesia, Devie Rahmawati di Jakarta, Selasa.
Program yang sudah berlangsung selama 44 tahun ini dimaksudkan sebagai ajang jejaring sosial dan budaya dari para pemuda yang bermukim di ASEAN dan Jepang.
Peserta berlayar lebih dari 50 hari di kawasan ASEAN dan berlabuh di empat negara ASEAN yaitu Kamboja, Thailand, Indonesia dan Malaysia.
Devie Rahmawati yang menjadi salah satu dari orang tua asuh peserta dari Thailand bernama Tasson Kongkaew dan Brunei Darussalam bernama Nur Amalina Binti Ali Yusri .
Kedua peserta memiliki kesempatan yang langka selama berada di Indonesia. Pada kunjungan pertama, keduanya diperkenalkan dengan kehidupan belakang layar dari produksi berita dan hiburan di Tanah Air.
Mereka melakukan kunjungan ke dua media di Indonesia. Mereka menjambangi tiga buah studio di utama televisi dan satu studio luar ruang. PK, peserta dari Thailand, menyatakan kekagumannya dengan fasilitas media di Indonesia.
"Ini pengalaman pertama saya melihat sistem kerja TV. Ini studio layar hijau terbesar yang pernah Saya lihat," ujarnya.
Kedua peserta melakukan aktivitas layaknya seorang pembawa acara dan kameramen. PK dan Lina juga mengunjungi kantor berita media cetak dan Media Online. Ketika mengunjungi media tersebut, peserta melakukan dialog dengan para jurnalis.
Mereka memperoleh informasi mendalam proses lahirnya sebuah berita di tangan para awak media yang terdiri dari jurnalis, editor, pekerja kreatif dan lain sebagainya.
Seusai mengunjungi media, kedua mendatangi bangunan-bangunan monumental di Jakarta seperti Monas, Masjid Istiqlal, Katedral dan Taman Makam Pahlawan Kalibata. Lina, peserta dari Brunei Darussalam menyampaikan bahwa semua bangunan tersebut sangat ikonik, khususnya Masjid Istiqlal dengan ukuran bangunan yang sangat besar.
Kebesaran Indonesia tidak hanya terlihat dari ukuran bangunannya, tetapi juga kebesaran dari semangat perbedaan yang secara kasat mata diperlihatkan dengan interaksi keberagaman antar pemeluk agama dari dua bangunan yang berdiri secara berdampingan.
Pada kesempatan berikutnya, kedua peserta bersama Himpunan Mahasiswa (HM) Vokasi Komunikasi (Vokom) melakukan kerja sosial mengajar dan menghibur anak - anak jalanan di RPTRA Seruni, Pejaten. Kedua peserta berinteraksi dengan anak - anak jalanan dalam Bahasa Inggris menggunakan teknik bermain dan membagi-bagikan makanan.
"Kami mengundang mereka untuk dapat berbagi pengalaman dalam membangun kesadaran sosial. Kami ingin melibatkan keduanya dalam aktivitas rutin yang dilakukan mahasiswa Vokom UI yaitu hadir di tengah - tengah masyarakat, memberikan pendampingan kebutuhan publik diantaranya pengetahuan bagi anak-anak yang kurang beruntung ini," ujar Tantri Ketua HM Vokom Universitas Indonesia.
Kedua peserta juga menghadiri diskusi yang diselenggarakan oleh Divisi Humas Polri dengan tema Tantangan Hoax ke Depan di Indonesia. Mereka berkesempatan untuk berdialog dengan Kepala Divisi Humas Polri.
"Meskipun tidak sepenuhnya memahami diskusi dilakukan, Saya merasa senang atas penyambutan yang hangat dari Kepolisian Indonesia," ujar PK.
Indonesia selama 44 tahun selalu diapresiasi tinggi dari seluruh peserta atas keramahan dan kebaikan Masyarakat Indonesia sebagai negara HOST.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2017