Jakarta (Antara Megapolitan-Bogor) - Media konvensional dan media sosial perlu berpartisipasi dan mendukung pembangunan Papua, baik ekonomi dan kesejahteraan masyarakatnya, yang kini menjadi salah satu fokus Presiden Jokowi dengan melahirkan pemberitaan yang membangkitkan semangat optimisme dan nasionalisme.
Hal itu menjadi kesimpulan dari diskusi "Peran Media Dalam Membangun Optimisme dan Nasionalisme Papua" yang diselenggarakan oleh Social Media for Civic Education (SMCE) dengan menampilkan pembicara Anggota Komisi I DPR Bobby Adhityo Rizaldi, peneliti senior LIPI Adriana Elizabeth, dan Direktur Eksekutif KomuniKonten Hariqo Wibawa Satria di Jakarta, Senin.
"Pemerintahan Jokowi telah melakukan pembangunan infrastruktur ekonomi di Papua yang masif, misalkan pembangunan jalan trans Papua, pembangunan energi listrik, penjualan BBM satu harga, pembangunan jalan di perbatasan. Namun, semua itu perlu didukung oleh peran media massa agar tercipta pembangunan Papua secara utuh," kata Bobby.
Pemberitaan media massa harus membangun dukungan publik terhadap kegiatan industri, pengelolaan negara, stabilitas kawasan di Papua. Selain itu, pemberitaan media harus menumbuhkan rasa saling percaya, Papua Damai, dan saling menghormati, kata politikus partai Golkar itu.
Sementara itu Hariqo membuka cakrawala baru bahwa pemberitaan untuk mendukung pembangunan Papua tidak harus dilakukan oleh media konvensional seperti media cetak, TV, dan radio. Sekarang media sosial seperti Facebook, Twitter, Instagram, dan Line sangat efektif dalam membangun opini publik.
"Sekarang semua orang bisa membantu pemberitaan, promosi yang mendukung pembangunan Papua. Anda bisa membuat foto, video teks yang sifatnya positif tentang Papua kemudian viralkan ke media sosial. Banyak potensi Papua, mulai sumber daya alam, pariwisata, hasil tambang, dan perikanan yang bisa menjadi konten pemberitaan di media sosial," katanya.
Menurut dia, selama ini tren pemberitaan di media sosial kuat di isu kemerdekaan Papua. Banyak produsen konten isu kemerdekaan Papua di media sosial. Biasanya, pemerintah lebih banyak menjadi pemadam kebakaran.
"Idealnya, pemerintah dan warga Indonesia perlu proaktif menyebarluaskan konten pemberitaan Papua yang positif, membangun optimisme dan nasionalisme di Papua," tambah Hariqo.
Peneliti LIPI Adriana menambahkan untuk membantu pemberitaan konten Papua sebaiknya mengenal Papua dan permasalahannya dengan baik. "Selama ini, kami lihat orang kurang mengenal Papua, baik dari segi sejarah Papua, termasuk kurang mengenal pahlawan Papua. Orang mengenal Papua hanya karena adanya pemberitaan aksi separatis dan konflik antarsuku," katanya.
Oleh karena itu, tambah Adriana, dalam waktu dekat ini, LIPI bekerja sama dengan beberapa media massa dan organisasi profesi jurnalis seperti AJI akan mengadakan media literasi Papua dan kode etik peliputan berita tentang Papua agar tidak terjadi salah informasi. (ANT/BPJ).
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2017
Hal itu menjadi kesimpulan dari diskusi "Peran Media Dalam Membangun Optimisme dan Nasionalisme Papua" yang diselenggarakan oleh Social Media for Civic Education (SMCE) dengan menampilkan pembicara Anggota Komisi I DPR Bobby Adhityo Rizaldi, peneliti senior LIPI Adriana Elizabeth, dan Direktur Eksekutif KomuniKonten Hariqo Wibawa Satria di Jakarta, Senin.
"Pemerintahan Jokowi telah melakukan pembangunan infrastruktur ekonomi di Papua yang masif, misalkan pembangunan jalan trans Papua, pembangunan energi listrik, penjualan BBM satu harga, pembangunan jalan di perbatasan. Namun, semua itu perlu didukung oleh peran media massa agar tercipta pembangunan Papua secara utuh," kata Bobby.
Pemberitaan media massa harus membangun dukungan publik terhadap kegiatan industri, pengelolaan negara, stabilitas kawasan di Papua. Selain itu, pemberitaan media harus menumbuhkan rasa saling percaya, Papua Damai, dan saling menghormati, kata politikus partai Golkar itu.
Sementara itu Hariqo membuka cakrawala baru bahwa pemberitaan untuk mendukung pembangunan Papua tidak harus dilakukan oleh media konvensional seperti media cetak, TV, dan radio. Sekarang media sosial seperti Facebook, Twitter, Instagram, dan Line sangat efektif dalam membangun opini publik.
"Sekarang semua orang bisa membantu pemberitaan, promosi yang mendukung pembangunan Papua. Anda bisa membuat foto, video teks yang sifatnya positif tentang Papua kemudian viralkan ke media sosial. Banyak potensi Papua, mulai sumber daya alam, pariwisata, hasil tambang, dan perikanan yang bisa menjadi konten pemberitaan di media sosial," katanya.
Menurut dia, selama ini tren pemberitaan di media sosial kuat di isu kemerdekaan Papua. Banyak produsen konten isu kemerdekaan Papua di media sosial. Biasanya, pemerintah lebih banyak menjadi pemadam kebakaran.
"Idealnya, pemerintah dan warga Indonesia perlu proaktif menyebarluaskan konten pemberitaan Papua yang positif, membangun optimisme dan nasionalisme di Papua," tambah Hariqo.
Peneliti LIPI Adriana menambahkan untuk membantu pemberitaan konten Papua sebaiknya mengenal Papua dan permasalahannya dengan baik. "Selama ini, kami lihat orang kurang mengenal Papua, baik dari segi sejarah Papua, termasuk kurang mengenal pahlawan Papua. Orang mengenal Papua hanya karena adanya pemberitaan aksi separatis dan konflik antarsuku," katanya.
Oleh karena itu, tambah Adriana, dalam waktu dekat ini, LIPI bekerja sama dengan beberapa media massa dan organisasi profesi jurnalis seperti AJI akan mengadakan media literasi Papua dan kode etik peliputan berita tentang Papua agar tidak terjadi salah informasi. (ANT/BPJ).
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2017