Bogor (Antara Megapolitan) - Jagung (Zea mays) merupakan salah satu tanaman serealia yang memiliki peluang untuk dikembangkan sebagai sumber karbohidrat dan protein serta pakan ternak. Hal ini membuat jagung menjadi komoditas penting. Selain itu, target produksi setiap tahunnya diperkirakan naik 0,2%, sehingga diperlukan teknologi mekanisasi dalam budidaya jagung.
 
Agustami Sitorus, Wawan Hermawan dan Radite Praeko Agus Setiawan dari Departemen Teknik Mesin dan Biosistem, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor (IPB) melakukan riset terkait pengembangan mesin penanam dan pemupukan jagung teritegrasi dengan pengolahan tanah alur.
 
Wawan mengatakan, proses budidaya jagung memiliki beberapa tahap yaitu persiapan lahan, proses budidaya, perawatan dan panen. Pada proses persiapan lahan dan proses budidaya jagung setidaknya membutuhkan 10 tenaga kerja per ha.

Pada proses penanaman setidaknya diperlukan 20 hari kerja petani per ha. Tetapi jika proses budidaya dilakukan dengan alat tanam yang terintegrasi traktor roda dua maka waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan pengolahan tanah, pemupukan dan penanaman adalah 7.7 jam per ha luas lahan. Hal ini cukup efisien dalam memangkas waktu dan biaya operasional selama proses budidaya.
 
''Pengintegrasian proses penting dilakukan untuk meningkatkan kinerja traktor. Beberapa bagian kerja yang dapat digabungkan diantaranya adalah proses pengolahan tanah, pemupukan dan penanaman. Prototipe mesin yang terintegrasi tersebut telah berhasil didesain dan telah ditingkatkan kinerja melalui beberapa modifikasi,'' ujarnya.
 
Menurut Wawan, prototipe mesin tersebut dapat melakukan proses pengolahan tanah menggunakan pisau rotari dengan lebar kerja 75 cm dan membuat guludan. Pemupukan awal dilakukan dengan tiga jenis pupuk. Pupuk ditempatkan di samping benih yang ditanam.

Penanaman dilakukan satu alur dalam satu lintasan dengan jarak tanam 20 cm dalam barisan dan 75 cm antar baris. Mekanisme penjatahan pupuk dan penjatahan benih menggunakan transmisi rantai sproket dari roda bantu.
 
Hasil dari penelitian ini pada pengujian stasioner menunjukkan bahwa unit pemupuk dapat menjatah pupuk 20.71 g/m alur tanam dan unit penanam dapat menjatah 1-3 perlubang tanam. Hasil pengujian di lapangan menunjukkan bahwa unit pemupuk dapat menjatah pupuk 15.88 g/m dan unit penanam dapat menjatah1-2 benih per lubang tanam.

Jarak tanam rata-rata dari benih tersebut adalah 21.5 cm. Hopper (wadah penampung) pupuk dapat menampung pupuk NPK 16.53 kg dan hopper benih dapat menampung jagung 1 kg. Kapasitas lapangan efektif mesin adalah 0.147 ha/jam dan 0.350 ha/jam dengan efisiensi berturut turut 76.24% dan 83.78%.(AT/Zul)
 

Pewarta: Humas IPB/ Wawan Hermawan dan Tim

Editor : Naryo


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2017