Bogor (Antara Megapolitan) - Sejumlah mahasiswa Sekolah Tinggi Penyuluh Pertanian Bogor, Jawa Barat, melatih diri menjadi wirausaha muda pertanian dengan merintis usaha peternakan puyuh.
Lektor Kepala STPP Bogor Endang Endrakasih saat ditemui di kampus STPP Bogor, Cinagar, Selasa, menyebutkan usaha ternak puyuh telah berjalan selama satu tahun mampu memproduksi 3.000 butir telur seminggu.
"Mahasiswa STPP Bogor mendapat beasiswa modal usaha pertanian melalui program Penumbuhan Wirausaha Muda Pertanian (PWMP) dari Kementerian Pertanian. Tujuannya program ini melatih mahasiswa berwirausaha," kata Endang.
Terdapat dua kelompok mahasiswa yang mengembangkan usaha ternak puyuh. Satu kelompok memiliki tiga orang anggota. Setiap kelompok dibimbing satu dosen pembimbing. Kedua kelompok ternak puyuh menamakan kelompoknya Puyuh Farm.
Ia mengatakan PWMP merupakan program yang diluncurkan Kementerian Pertanian melalui Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Pertanian (BPPSDMP) yang diikuti oleh tujuh perguruan tinggi mitra, sembilan STPP seluruh Indonesia dan SMK-Penyuluh Pertanian.
"PWMP merupakan kegiatan Kementan untuk mewujudkan regenerasi petani, yang dirancang untuk mengembangkan peluang bisnis bagi pemuda dan sarjana pertanian agar mampu menciptakan lapangan kerja di sektor agribisnis," katanya.
Program PWMP lanjutnya berjalan selama tiga tahun. Satu tahun berjalan program tersebut dirasakan manfaatnya bagi mahasiswa untuk melatih diri berwirausaha. Ilmu wirausaha yang dipelajari akan menjadi modal pengalaman setelah lulus kuliah nanti.
Menurutnya program tersebut melatih mahasiswa untuk menyusun rencana bisnis, lalu menyusunnya dalam bentuk proposal untuk mengajukan bantuan modal PWMP. Secara berkelompok, mahasiswa dilatih membangun usahanya, mulai dari pembuatan kandang puyuh, membeli bibit puyuh, menyediakan pakan, hingga memasarkan telur puyuh ke pasaran.
"Program ini benar-benar melatih mahasiswa belajar untuk berwirausaha, selain teori juga langsung praktek di lapangan. Di sela-sela kuliah yang padat mereka ditempa untuk bisa menjalankan bisnis agar bisa berjalan," kata Endang.
Fitri Rosmita bersama dua rekannya Saidin Iskandar Anak Ampun dan Yusnila Sari memilih usaha ternak puyuh karena memiliki potensi bisnis yang cukup besar. Dari survei pasar yang dilakukannya, permintaan akan telur puyuh sangat tinggi, hanya saja suplainya sedikit.
"Seminggu kami menyuplai 3.000 butir kepada pedagang di Pasar Cikaretek, dan Pasar Cigombong, sebenarnya permintaannya lebih banyak lagi, tapi karena kapasitas produksi terbatas, jadi cuma bisa memenuhi kebutuhan segitu," kata Fitri.
Fitri mengaku selama membangun usaha ternak puyuh tidak semudah yang dibayangkan, selain harus menyediakan waktu di sela-sela jadwal perkuliahan yang padat, mereka juga kurang pengalaman dalam membuat kadang. Efeknya beberapa burung ada yang terluka sehingga jadi sasaran mangsa burung yang lainnya.
"Karena puyuh ini kanibal, kalau pakannya kurang mereka bisa saling makan. Kadangnya juga kurang bagus bikinnya, jadi banyak puyuh yang mati," katanya.
Tetapi Fitri, Saidin dan Yusnila tetap semangat mengembangkan usaha ternak puyuh yang sampai saat ini masih tetap produksi, walau jumlahnya berkurang, tetapi setiap pekan mereka selalu memasarkan telur puyuh ke pasar.
Fitri berencana setelah lulus nanti, akan mengembangkan usaha ternak puyuh di kampung halamannya Aceh Nangro Darussalam. Karena usaha ternak puyuh belum terlalu ramai di sana.
Menurut Wahyuningsi dosen pembimbing, kendala yang dihadapi mahasiswa dalam mengembangkan usaha ternak puyuh tersebut sebagai pembelajaran. Di kemudian hari pengalaman tersebut tidak terulang, sehingga dapat membuat kandang lebih baik lagi dan melakukan perawatan secara rutin.
"Kendala inilah yang harus dihadapi oleh mahasiswa, belajar mengembangkan usaha pertanian, berani menghadapi resiko," kata Wahyuningsi.
Wahyuningsih menyebutkan kegigihan mahasiswa menjalankan program PWMP terlihat, selain mendapatkan pengalaman dan ilmu yang berharga, para mahasiswa juga mendapatkan uang saku dari hasil penjualan usaha ternak puyuh.
"Bukan nominalnya yang dihitung, tapi ilmu yang berharga didapatkan selama program berjalan, menyiapkan mahasiswa ini menjadi wirausaha muda pertanian itu yang paling penting," kata Ningsih.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2017
Lektor Kepala STPP Bogor Endang Endrakasih saat ditemui di kampus STPP Bogor, Cinagar, Selasa, menyebutkan usaha ternak puyuh telah berjalan selama satu tahun mampu memproduksi 3.000 butir telur seminggu.
"Mahasiswa STPP Bogor mendapat beasiswa modal usaha pertanian melalui program Penumbuhan Wirausaha Muda Pertanian (PWMP) dari Kementerian Pertanian. Tujuannya program ini melatih mahasiswa berwirausaha," kata Endang.
Terdapat dua kelompok mahasiswa yang mengembangkan usaha ternak puyuh. Satu kelompok memiliki tiga orang anggota. Setiap kelompok dibimbing satu dosen pembimbing. Kedua kelompok ternak puyuh menamakan kelompoknya Puyuh Farm.
Ia mengatakan PWMP merupakan program yang diluncurkan Kementerian Pertanian melalui Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Pertanian (BPPSDMP) yang diikuti oleh tujuh perguruan tinggi mitra, sembilan STPP seluruh Indonesia dan SMK-Penyuluh Pertanian.
"PWMP merupakan kegiatan Kementan untuk mewujudkan regenerasi petani, yang dirancang untuk mengembangkan peluang bisnis bagi pemuda dan sarjana pertanian agar mampu menciptakan lapangan kerja di sektor agribisnis," katanya.
Program PWMP lanjutnya berjalan selama tiga tahun. Satu tahun berjalan program tersebut dirasakan manfaatnya bagi mahasiswa untuk melatih diri berwirausaha. Ilmu wirausaha yang dipelajari akan menjadi modal pengalaman setelah lulus kuliah nanti.
Menurutnya program tersebut melatih mahasiswa untuk menyusun rencana bisnis, lalu menyusunnya dalam bentuk proposal untuk mengajukan bantuan modal PWMP. Secara berkelompok, mahasiswa dilatih membangun usahanya, mulai dari pembuatan kandang puyuh, membeli bibit puyuh, menyediakan pakan, hingga memasarkan telur puyuh ke pasaran.
"Program ini benar-benar melatih mahasiswa belajar untuk berwirausaha, selain teori juga langsung praktek di lapangan. Di sela-sela kuliah yang padat mereka ditempa untuk bisa menjalankan bisnis agar bisa berjalan," kata Endang.
Fitri Rosmita bersama dua rekannya Saidin Iskandar Anak Ampun dan Yusnila Sari memilih usaha ternak puyuh karena memiliki potensi bisnis yang cukup besar. Dari survei pasar yang dilakukannya, permintaan akan telur puyuh sangat tinggi, hanya saja suplainya sedikit.
"Seminggu kami menyuplai 3.000 butir kepada pedagang di Pasar Cikaretek, dan Pasar Cigombong, sebenarnya permintaannya lebih banyak lagi, tapi karena kapasitas produksi terbatas, jadi cuma bisa memenuhi kebutuhan segitu," kata Fitri.
Fitri mengaku selama membangun usaha ternak puyuh tidak semudah yang dibayangkan, selain harus menyediakan waktu di sela-sela jadwal perkuliahan yang padat, mereka juga kurang pengalaman dalam membuat kadang. Efeknya beberapa burung ada yang terluka sehingga jadi sasaran mangsa burung yang lainnya.
"Karena puyuh ini kanibal, kalau pakannya kurang mereka bisa saling makan. Kadangnya juga kurang bagus bikinnya, jadi banyak puyuh yang mati," katanya.
Tetapi Fitri, Saidin dan Yusnila tetap semangat mengembangkan usaha ternak puyuh yang sampai saat ini masih tetap produksi, walau jumlahnya berkurang, tetapi setiap pekan mereka selalu memasarkan telur puyuh ke pasar.
Fitri berencana setelah lulus nanti, akan mengembangkan usaha ternak puyuh di kampung halamannya Aceh Nangro Darussalam. Karena usaha ternak puyuh belum terlalu ramai di sana.
Menurut Wahyuningsi dosen pembimbing, kendala yang dihadapi mahasiswa dalam mengembangkan usaha ternak puyuh tersebut sebagai pembelajaran. Di kemudian hari pengalaman tersebut tidak terulang, sehingga dapat membuat kandang lebih baik lagi dan melakukan perawatan secara rutin.
"Kendala inilah yang harus dihadapi oleh mahasiswa, belajar mengembangkan usaha pertanian, berani menghadapi resiko," kata Wahyuningsi.
Wahyuningsih menyebutkan kegigihan mahasiswa menjalankan program PWMP terlihat, selain mendapatkan pengalaman dan ilmu yang berharga, para mahasiswa juga mendapatkan uang saku dari hasil penjualan usaha ternak puyuh.
"Bukan nominalnya yang dihitung, tapi ilmu yang berharga didapatkan selama program berjalan, menyiapkan mahasiswa ini menjadi wirausaha muda pertanian itu yang paling penting," kata Ningsih.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2017