Bogor (Antara Megapolitan) - Koperasi Karya Usaha Mandiri (KUM) Syariah yang terletak di Kecamatan Leuwiliang, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, memiliki strategi khusus dalam menjalankan usahanya dengan menyasar kaum perempuan sebagai anggotanya.

Menurut Direktur Koperasi KUM Syariah Murtadho, di Leuwiliang, Selasa menyebutkan kaum perempuan dinilai lebih telaten di banding kaum laki-laki dalam urusan keuangan.

"Ibu-ibu lebih telaten dalam hal mengatur keuangan, sehingga dipercaya dalam membayar angsuran," katanya.

Ia mengatakan Koperasi KUM Syariah telah beroperasi sejak tahun 1989 atau 28 tahun silam memiliki program ekonomi produktif dengan menyalurkan kredit usaha khusus bagi masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) yang ada di pelosok wilayah yang tidak terjangkau oleh akses bank atau lembaga keuangan makro.

Koperasi KUM Syariah telah tersebar di 34 cabang mandiri yang ada di wilayah Jawa Barat dan Jawa Tengah. Untuk wilayah Jawa Barat tersebar di Bogor, Sukabumi, Cianjur, Bandung, Purwakarta, Karawang, Ciamis dan Banjar.

Awal mula Koperasi KUM Syariah bergerak di Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Wilayah tersebut memiliki indek pembangunan masyarakat (IPM) yang masih rendah.

"Masyarakat di wilayah Nanggung berfikir miskin adalah takdir yang tidak bisa berubah, tingkat pendidikan rendah," katanya.

Kondisi tersebut menjadi tantangan bagi KUM saat mencoba masuk di tengah masyarakat yang tingkat ekonomi serta pendidikannya rendah, ketika lembaga keuangan besar tidak berani mengambil resiko untuk masuk ke tengah-tengah masyarakat yang membutuhkan uluran bantuan permodalan.

Dengan mereplikasi "Grameen Bank" yang dikembangkan oleh Muhammad Yunus dari Banglades, Koperasi KUM Syariah masuk menjangkau masyarakat MBR yang ada di wilayah pelosok perdesaan, dan sasaran anggotanya adalah perumpuan. Berbeda dengan lembaga keuangan konvensional yang menyasar laki-laki, menjangkau wilayah perkotaan dan kelas ekonomi menengah ke atas.

"Kami mau mencoba program "grameen bank" yang berhasil di Banglades, ingin menyentuh masyarakat yang belum tersentuh oleh perbankan, diharapkan ada peningkatan dari sisi ekonominya," katanya.

Menurutnya, Koperasi KUM Syariah ingin memberikan kesempatan kepada kaum ibu atau perempuan untuk mengelola keuangan rumah tangganya, ikut berusaha membantu suami, sehingga keberadaan perempuan dalam rumah tangga memiliki posisi tawar.

"Dengan melibatkan peran perempuan, ibu-ibu itu jadi tidak minder lagi, mereka punya usaha yang bisa membantu suami bekerja mencari penghasilan. Ibu-ibu juga disiplin dalam membayar cicilan tepat waktu," katanya.

Selain menyalurkan kredit usaha, Koperasi KUM Syariah juga memiliki program unik yakni kredit jamban (air bersih dan sanitasi). Jenis kredit ini membantu masyarakat di wilayah area KUM Syariah bisa memiliki jamban yang layak, sehingga kualitas hidup jadi meningkat karena kesehatannya terjaga.

Kredit jamban sudah dikucurkan sejak 2016 lalu, total sudah ada 1.195 penerima manfaat kredit jamban yang tersebar di wilayah Bogor, Sukabumi dan Cianjur.

Setiap anggota Koperasi KUM Syariah terbagi dalam beberapa kumpulan, setiap kumpulan memiliki kegiatan rutin rembug anggota, seperti di Kelompok Ayah Bunda yang ada di Desa Leuwibatu, Kecamatan Rumpin.

Setiap minggu di hari Selasa, anggotanya berkumpul di rumah ketua kelompok disebut Rembug Pusat Ayah-Bunda. Kegiatan yang dilakukan pemantauan dari ketua kepada anggotanya, siapa yang mau pengajuan atau pencarian, sekaligus penyerahan angsuran cicilan kredit.

Zubaidah (56) Ketua Rembug Pusat Ayah Bunda Desa Leuwibatu menyebutkan kehadiran Koperasi KUM Syariah sangat membantu masyarakat di sekitar untuk mendapatkan pinjaman modal usaha. Saat ini kelompok Zubaidah memiliki 19 anggota.

"Karena kalau ke Bank kami minder, tidak berani apalagi angsurannya mahal. Kalau koperasi ini kami yang didatangi, tidak perlu capek-capek ke luar rumah, selain itu angsurannya bisa langsung untuk menabung," kata Zubaidah.

Zubaidah sudah enam tahun bergabung menjadi anggota koperasi KUM Syariah. Ia juga menjadi orang pertama di kampungnya menjadi anggota koperasi. Kini ia menularkan kepada warga desa lainnya untuk menjadi anggota.

"Awalnya saya minjam Rp500 ribu untuk buat usaha, terakhir saya minjam Rp3 juta juga untuk modal usaha," katanya.

Salah satu Staf Koperasi KUM Syariah Muhammad Rifky menyebutkan rata-rata anggota koperasi disiplin membayar, belum ada yang menunggak bayar cicilan.

"Adanya rembug kelompok juga fungsinya jika ada anggota yang telat membayar, ditalangi dulu oleh anggota lainnya, sehingga tidak pernah terjadi kredit macet," katanya.

Pewarta: Laily Rahmawaty

Editor : Naryo


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2017