Pada peringatan Hari Perdamaian Internasional 2017 di Kabupaten Sumenep, Jawa Timur, Minggu (8/10), Presiden Joko Widodo secara khusus menyebut bahwa kaum perempuan dan ibu-ibu merupakan kunci adanya perdamaian mulai dari lingkup kecil hingga besar.

"Memang perempuan dan ibu-ibu berperan penting, mereka bisa jadi kunci perdamaian, baik pada lingkup kecil di keluarga, kemudian di wilayah kabupaten dan lebih besar provinsi, negara, dan global," kata Kepala Negara.

Sedangkan Menteri Sosial (Mensos) Khofifah Indar Parawansa menginginkan kaum perempuan menjadi katalisator dan ikon perdamaian dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

Dalam konteks peran, saat ini sudah tidak ada beda antara kaum laki-laki dengan perempuan. Peran kaum perempuan sudah masuk ke semua lini, termasuk perencanaan dan pengawasan program.

Kaum perempuan saat ini sudah banyak yang berlomba-lomba untuk meningkatkan kualitas dan kapasitas dirinya melalui bidang pendidikan dan pelatihan.

Mensos Khofifah menegaskan perempuan era kini tidak boleh lagi menonjolkan kelemahannya atau melemahkan dirinya dalam kehidupan bermasyarakat.

Kemampuan kaum perempuan itu sama dengan laki-laki. Peningkatan kemampuan dan kapasitas diri oleh perempuan harus senantiasa dilakukan agar lebih berdaya dan bersaing guna.

Pernyataan Presiden dan Mensos itu menunjukkan betapa kaum perempuan menjadi titik sentral dalam pembangunan di segala bidang, tidak terkecuali bagi mereka yang berkiprah dalam isu dan agenda yang berkaitan dengan lingkungan hidup.

Dalam isu lingkungan hidup pun, konflik dalam beragam bentuknya bisa terjadi.

Tidak sulit merujuk pada contoh di mana seseorang, kelompok masyarakat, bahkan di tingkat pemerintah daerah bisa "bertikai" dalam masalah sampah, yang notabene adalah bagian dari permasalahan lingkungan hidup.

Bukan hanya di lingkup kota besar, di daerah, dan bahkan perdesaan pun, konflik yang muncul akibat persoalan semacam itu bisa muncul.

Kembali ke peran kaum perempuan, dalam isu lingkungan hidup, dua perempuan tangguh --yang kemudian mengantarkannya meraih penghargaan sebagai "Pahlawan Lokal" (local hero), adalah contoh sebuah kiprah pergumulan dengan sampah.


Cerita dari Cilengkrang

Adalah Hajah Nining Nur Hayanti, perempuan dan aktivis dari Desa Jati Endah, Kecamatan Cilengkrang, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, yang memulai cerita bergumul dengan sampah.

Awal kiprahnya adalah karena ingin membantu sang suami, Wawan, yang baru terpilih menjadi ketua rukun warga (RW) 17 di desa itu. Pada 2010 ada "briefing" kepada seluruh RW dan RT untuk memasukkan program kerja.

Semula, sebagai RW pemekaran, Nining hanya mempunyai gambaran bahwa semua aktivitas muaranya adalah pos pelayanan terpadu (posyandu). Secara umum, pengertiannya adalah kegiatan kesehatan dasar yang diselenggarakan dari, oleh, dan untuk masyarakat yang dibantu petugas kesehatan.

Salah satu tujuan diselenggarakan posyandu, menurut Kementerian Kesehatan, adalah meningkatkan kemampuan masyarakat untuk mengembangkan kegiatan-kegiatan kesehatan dan lainnya yang menunjang, sesuai dengan kebutuhan.

"Dari posyandu itulah kemudian secara bertahap kita bisa kembangkan melalui program Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)," katanya.

Dalam PHBS, tercakup kebersihan lingkungan, di mana pengelolaan sampah adalah salah satu cakupan masalah yang menjadi persoalan sehari-hari.

Kawasan di mana ia dan keluarga tinggal, pada mulanya juga belum begitu paham bagaimana mengelola sampah, yang pada akhirnya jika dikelola dengan baik menghasilkan manfaat ekonomi.

"Hingga akhirnya kami bersinggungan dengan program lingkungan hidup dari Indocement," kata Nining.



Gerakan 1.000 Kampung

Melalui program tanggung jawab sosial perusahaan (CSR), PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk, perusahaan yang memproduksi semen "Tiga Roda" itu melaksanakannya, baik di kawasan "plant" maupun "non-plant".

Di Cilengkrang, menurut Direktur Eksekutif Indocement Kuky Permana, apa yang dikerjakan Nining dan kaum perempuan setempat lainnya adalah bagian dari Program Gerakan 1.000 Kampung Swakelola Sampah, yakni pengembangan pengolahan sampah terpadu.

Tujuan utama Gerakan 1.000 Kampung Swakelola Sampah adalah meningkatkan kebersihan dan kesehatan lingkungan melalui pemanfaatan sampah.

Pendidikan pemanfaatan sampah dilakukan melalui "Sekolah Sampah" di Cilengkrang, Kabupaten Bandung. Sistem pendidikannya telah direplikasi di sejumlah daerah.

Melalui Gerakan 1.000 Kampung Swakelola Sampah, maka pemanfaatan sampah lebih optimal, misalnya diolah untuk kerajinan tangan, pupuk, dan biogas.

Ada empat tahapan, yakni menguasai teknik olah sampah, menyiapkan program edukasi masyarakat, mengedukasi masyarakat, dan mengorganisasikan masyarakat

Tidak kurang dari 3.000 sertifikat telah diberikan Indocement di setiap kampung yang tergabung dalam Gerakan 1.000 Kampung Swakelola Sampah sejak 2015.

Apa yang dikerjakan Nining yang kemudian berisinergi dengan program CSR Indocement pada akhirnya mendapat apresiasi, tidak hanya di skala daerah, regional, dan nasional, bahkan global.

Delegasi negara-negara ASEAN mengunjungi Cilengkrang untuk melihat apa yang sudah dilakukannya.

Sepanjang 2014-2017, delegasi dari negara Laos, Myanmar, Kamboja, Brunei Darussalam, Malaysia, Filipina, Singapura, Thailand, Vietnam, dan Timor Leste, melakukan kunjungan dan studi banding ke tempat itu.

"Tentu kami bangga karena apa yang kita lakukan membawa nama harum, tidak hanya Cilengkrang, namun juga Kabupaten Bandung, Provinsi Jabar, dan juga nama Indonesia," tambahnya.



Proklim Cupang

Tak kalah dengan geliat di Cilengkrang, perempuan tangguh lainnya juga muncul dari Desa Cupang, Kecamatan Gempol, Kabupaten Cirebon.

Sosoknya adalah Tati Sumiati, Ketua Pengelola Sampah Mandiri Ramah Lingkungan (PSM-RL) "Al-Karimah", yang mengeloa bank sampah bersama perempuan lainnya di desa itu.

Ia bercerita awal mula kaum perempuan di desa itu berkubang dengan sampah diawali pada 2011 dengan visi awal agar sampah tidak menjadi masalah.

"Jadi, sesederhana itu. Karena waktu itu hampir semua warga membuang sampah di kebun-kebun," katanya.

Belakangan, mereka bersentuhan dengan Tim CSR Indocement Pabrik Palimanan, yang membawa mereka dari semula mengumpulkan sampah dan memilah hingga lahir bank sampah, yang tidak saja untuk kepentingan lingkungan, namun ada nilai tambah ekonomi lainnya.

Bahan sampah yang dapat didaur ulang kemudian dapat dibuat menjadi kerajinan, seperti tas dan keset. Hasilnya kemudian bisa dijual sehingga ada manfaat ekonomi.

Manfaat ekonomi atas upaya mereka itu pada 2011 bisa mendapatkan senilai Rp750 ribu, sedangkan pada 2014 mereka bisa meningkatkan nilainya menjadi Rp9,3 juta.

Corporate Social Responsibility & Security Division (CSRS) Manager Indocement Sahat Panggabean menjelaskan pihaknya terus mendorong masyarakat melakukan aksi lokal dalam tindakan adaptasi dan mitigasi perubahan iklim melalui program Kampung Ramah Lingkungan (Proklim).

Program berlingkup nasional ini dikelola oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) dalam rangka membina dan mendampingi masyarakat melaksanakan aksi lokal dengan kegiatan adaptasi dan mitigasi perubahan iklim serta pengurangan emisi gas rumah kaca (GRK).

Saat melihat kelanjutan kegiatan di Desa Cupang pada Rabu (11/10), ia mengharapkan pelaksanaan program secara berkelanjutan bisa berkontribusi atas target pengurangan emisi GRK oleh pemerintah sekitar 26 persen pada 2020.

Tiga desa mitra Indocement berhasil masuk proses seleksi Proklim tingkat nasional pada 29 April 2015.

Menurut Tati Sumiati, Desa Cupang sendiri meraih penghargaan Proklim tingkat nasional dua kali, yakni 2013 dan 2016.

Pada 2017, bank sampah mereka sedang menyiapkan untuk melanjutkannya dengan pembuatan kompos dengan mengajak kaum muda.

Menanggapi kiprah dua perempuan yang bergaul dengan sampah, baik di Cilengkrang maupun Cupang, Kuky Permana mengatakan bahwa perseroan berperan aktif mendukung Proklim yang digalakkan KLHK untuk mengurangi dampak perubahan iklim, seperti kesulitan air bersih, kelaparan, dan kekeringan.

Proklim di Desa Cupang, Kecamatan Gempol, Kabupaten Cirebon, Provinsi Jabar, merupakan salah satu contoh "kisah sukses" program CSR yang mendorong masyarakat melakukan adaptasi dan mitigasi perubahan iklim.

Kegiatan yang dilakukan, antara lain pembuatan lubang sampah organik yang juga berfungsi sebagai lubang resapan air hujan, penghijauan, pengomposan, kegiatan 3R, serta perilaku hidup bersih dan sehat. ***3***



(T.A035/B/M029/M029) 13-10-2017 17:00:00

Pewarta: Andi Jauhari

Editor : Feru Lantara


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2017