Kebutuhan produk perikanan terus meningkat seirirng dengan pertambahan populasi manusia. Keterbatasan bahan baku menyebabkan meningkatnya biaya produksi dan berpotensi menimbulkan kecurangan perdagangan untuk meningkatkan keuntungan sepihak. 

Ikan Tenggiri (Scomberomorus sp) merupakan ikan perenang cepat dan sering digunakan sebagai bahan baku dalam pembuatan produk perikanan.

Proses pengolahan menyebabkan ikan ini seringkali menjadi sulit untuk dikenali secara morfologinya. Pendekatan molekuler melalui amplifikasi DNA menjadi jalan keluar untuk mengetahui keaslian produk yang telah mengalami perubahan bentuk tersebut.

Oleh sebab itu dua orang peneliti yaitu Deden Yusman Maulid dan Mala Nurilmala dari Departemen Teknologi Hasil Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor  (FPIK IPB) melakukan penelitian terkait DNA barcoding untuk autentikasi (pembuktian) produk ikan tenggiri.

Sampel yang telah dikumpulkan terdiri dari basi (sio), empek-empek (Plm), kerupuk pasar tradisional (KrsPa), dan kerupuk pasar modern (KrLM), sampel didapatkan dari pasar tradisional dan modern disekitar Bogor. 

Label dari tiap sampel menerangkan bahwa produk tersebut terbuat dari ikan tenggiri. Primer yang didesain adalah cytochrome b dengan target 380bp, merupakan salah satu gene penyandi pada DNA mitokondria. Analisis kesejajaran digunakan untuk mengetahui kedekatan kekerabatan spesies.

Dari hasil penelitiannya, peneliti tersebut menemukan bahwa sebanyak tiga produk, yaitu baso, kerupuk dari pasar modern (KrLM), dan empek-empek diketahui menggunakan bahan baku ikan tenggiri, akan tetapi kerupuk yang diperoleh dari pasar tradisional (KrPsa) tidak terlacak menggunakan bahan baku ikan tenggiri.(IR/Zul)

Pewarta: Humas IPB

Editor : Feru Lantara


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2017