PT Sarinah (Persero) menyatakan kenaikan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) menjadi 12 persen pada Januari 2025 tidak akan berpengaruh terhadap penjualan dari persero plat merah tersebut, karena Sarinah memiliki daya tarik penjualan tersendiri (unique selling point).

"Karena memang kita punya unique selling point, jadi memang yang datang ke sini sudah punya purpose untuk membeli sesuatu yang memang diyakini ini dibutuhkan maupun juga menginspirasi," kata Direktur Utama Sarinah Fetty Kwartati di Jakarta, Senin.

Dikatakan dia, pihaknya akan terus melakukan kurasi keunikan produk, sehingga meski PPN naik menjadi 12 persen, masyarakat tetap mencari dan membeli produk yang dijual oleh Sarinah.

Baca juga: Airlangga: Transaksi elektronik tak dikenakan PPN 12 persen
 
Menurut dia, meskipun harga produk yang diperjualbelikan naik, apabila sudah memiliki keunikan tersendiri dan memiliki pelanggan, maka produk itu akan tetap terjual, khususnya barang hasil desainer terkenal.
 
"Karena ada produk yang memang artisan dan memang karyanya sangat premium, sangat bagus. Kemudian daya beli mereka kelas menengah atas tidak terpengaruh dengan adanya tambahan 1 persen PPN," ujarnya.
Sementara itu, Direktur Keuangan dan Manajemen Risiko PT Sarinah Guntar P.M Siahaan menyatakan, pada tahun 2025 pihaknya menargetkan penjualan sebanyak Rp941 miliar.
Sementara hingga November, Sarinah sudah membukukan penjualan sebesar Rp726 miliar dari target tahun 2024 sebanyak Rp741 miliar.
 
Apabila dilihat dari sisi pertumbuhan keuangan perusahaan, Guntar mengatakan, pihaknya sudah membukukan laba sebesar Rp33 miliar atau tumbuh 76 persen secara tahunan (year on year) yang hanya sebanyak Rp17 miliar.
 
"Jadi kita sudah tumbuh hampir 76 persen dari sisi laba operasi. Jadi kita harapkan bisa tercapai sampai dengan akhir 2024," katanya.

Pewarta: Ahmad Muzdaffar Fauzan

Editor : Naryo


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2024