Universitas Djuanda (Unida) kembali menggelar konferensi internasional dengan bahasan pembangunan berkelanjutan di tengah tatangan perubahan iklim di Aula Kampus Unida, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Jumat.
Konferensi bertajuk “The 8th Djuanda International Conference on Applied Science and The 8th Djuanda International Conference on Social Science” ini dihadiri oleh lebih dari 800 peserta baik secara luring maupun daring.
Pada penyelenggaraan tahun ini, tema yang diangkat yaitu “Support Sustainability Sourcing Amid the Challenge of Climate Change through Applied and Social Research”.
Prof. Dr. H. Martin Roestamy, S.H., M.H., CRA, CMI, CCD (Chancellor Universitas Djuanda) hadir sebagai Welcome Speech, Laksamana Madya TNI Dr. Irvansyah, S.H., M.Tr.Opsla (Kepala BAKAMLA RI) sebagai Keynote Speech, dan Prof. Dr. Eng. Asep Bayu Dani Nandiyanto, S.T., M.Eng (Guru Besar Universitas Pendidikan Indonesia) sebagai Keynote Address.
Para ahli dan praktisi dari berbagai negara turut dihadirkan sebagai pembicara, antara lain Assoc. Prof. Dr Abdulkareem Shafiq Mahdi Al-Obaidi (Taylor University, Malaysia), Prof. Dr. Nuarrual Hilal bin Md. Dahlan (Universiti Utara Malaysia), Prof. Dr. Ravinder Rena (Durban University of Technology, South Africa), Prof. Datuk Mazrin Rohizaq Bin Ch Rose (Universiti Geomatika Malaysia), Assoc. Prof. Mary Anne Heng (Nanyang Techonological University, Singapore), Rakotoarisoa Maminirina Fenitra, PhD. (ASTA Research Center Madagaskar).
Selain itu juga hadir secara daring, Prof. Dr. Tulus Suryanto, M.M.,Akt, C.A. (UIN Raden Intan Lampung, Indonesia), Prof. Agus Sofyan, Ph.D (University of Pikeville, Amerika Serikat), Assoc. Professor Dr Hristina Oreshkova (University of National and World Economy, Bulgaria), Prof. Dr. Semra Mirici (Gazi University, Ankara, Turkey), serta Prof. Dr. Ismail Hakki Mirici (Hacettepe University, Ankara, Turkey).
Chancellor UNIDA Prof. Dr. H. Martin Roestamy, S.H., M.H dalam welcoming speech-nya menyampaikan bahwa sesuai dengan tema, perguruan tinggi memiliki peran strategis dalam menghadapi tantangan perubahan iklim global.
Ia menekankan pentingnya kolaborasi akademis lintas disiplin dan lintas negara untuk mengembangkan solusi inovatif yang dapat mendukung praktik berkelanjutan di berbagai sektor.
“Forum ini berfungsi sebagai ruang penting untuk membahas strategi terkait dengan pengadaan sumber daya berkelanjutan dan peningkatan ketahanan. Fokusnya adalah pada ketahanan ekonomi maritim, sejalan dengan cita-cita Deklarasi Djuanda," ungkapnya.
Konferensi ini juga bertepatan dengan peringatan 67 tahun Deklarasi Djuanda sebagai Hari Nusantara yang mana nama Ir. H. Djuanda merupakan bagian integral dari setiap pemikiran, langkah, dan aktivitas terkait pendidikan, penelitian, dan pengabdian masyarakat oleh insan Unida.
Tidak dapat disangkal bahwa Deklarasi Djuanda merupakan perjalanan panjang perjuangan rakyat Indonesia sebelum diakui oleh dunia, yang kemudian akhirnya diakui dan ditetapkan dalam Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang Hukum Laut (UNCLOS) pada tahun 1982.
“Oleh karena itu, Universitas Djuanda dengan menyandang nama besar Ir. H. Djuanda, membuka diri untuk melakukan kerja sama penelitian atau kegiatan pengabdian kepada masyarakat terkait kelautan Indonesia,” tegasnya.
Prof. Dr. H. Martin Roestamy, S.H., M.H kemudian mengemukakan, ada banyak potensi yang dapat dikembangkan di wilayah maritim Indonesia. Luas wilayah laut mencapai 5,8 juta kilometer persegi dan merupakan tiga perempat dari total luas negara. Selain itu, terdapat lebih dari 17 ribu pulau dan dikelilingi oleh garis pantai terpanjang kedua setelah Kanada, yaitu 95,2 ribu KM.
“Sekarang, Indonesia harus mengorientasikan kembali pembangunan nasional dari darat ke laut. Kuncinya adalah mengoptimalkan pemanfaatan potensi kelautan dan menciptakan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi yang tersebar di seluruh nusantara. Melalui ini, diharapkan akan tercipta strategi untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional,” terangnya.
Lebih jauh, Prof. Dr. H. Martin Roestamy, S.H., M.H menjelaskan bahwa konferensi ini mencakup dua ruang lingkup, yakni penelitian ilmu terapan dan penelitian ilmu sosial, yang sejalan dengan lima Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (TPB) PBB, antara lain Tidak Ada Kemiskinan, Pendidikan Berkualitas, Kesetaraan Gender, Perdamaian, Keadilan, dan Kelembagaan yang Kuat, serta Kemitraan untuk mencapai Tujuan.
“Melalui upaya bersama inilah kita dapat menginspirasi perubahan yang berarti dan memastikan keberlanjutan dalam pengadaan sumber daya, tata kelola, dan pembangunan masyarakat,” pungkasnya.
Sementara itu, Kepala BAKAMLA RI Laksamana Madya TNI Dr. Irvansyah, S.H., M.Tr.Opsla., C.H.R.M.P menyampaikan pemaparan berjudul “Potensi Ekonomi Sumber Daya Kelautan dalam Menegakkan Semangat Deklarasi Djuanda untuk Kesejahteraan Rakyat dan Keamanan Nasional Indonesia”.
Laksamana Madya TNI Dr. Irvansyah, S.H., M.Tr.Opsla., C.H.R.M.P menuturkan bahwa dari sejarah Deklarasi Djuanda, terdapat pelajaran yang dapat dipetik yaitu Pentingnya Persatuan Nasional yang kunci keberhasilan perjuangan diplomasi Indonesia. Selain itu, diplomasi yang konsisten dan gigih dapat mengubah tatanan internasional, hal ini dapat ditunjukkan sebagai kekuatan diplomasi.
“Wawasan Nusantara adalah visi jangka panjang yang membutuhkan upaya berkelanjutan Indonesia dalam menjaga keamanan dan keselamatan perairan wilayahnya demi kesejahteraan bangsa. Deklarasi Djuanda adalah tonggak penting dalam sejarah hukum kelautan Indonesia. Deklarasi ini telah menjadi landasan bagi kebijakan kelautan Indonesia hingga saat ini. Perjuangan diplomasi Indonesia harus menjadi inspirasi bagi generasi mendatang,” tuturnya.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2024