Baitul Maal Hidayatullah (BMH) Maluku Utara kembali menunjukkan komitmennya, kali ini dua warga Suku Togutil, Meme dan Makwa, mendapat bantuan membuka kios baru.
Sebelumnya, Meme dan Makwa hidup di pedalaman hutan dengan segala keterbatasan. Mereka menerima ajaran Islam dan mulai beradaptasi dengan kehidupan baru di kota.
Perubahan signifikan terlihat dari penampilan hingga pola hidup mereka. Dulu tak mengenal pakaian, kini mereka mengenakan busana Islami, termasuk jilbab bagi Makwa.
“Alhamdulillah, kami bersyukur bisa membantu mereka membuka kios ini,” ujar Nurhadi, Kepala Perwakilan BMH Maluku Utara dalam keterangannya, Senin
“Ini bukan hanya soal ekonomi, tetapi juga membangun kepercayaan diri mereka untuk hidup mandiri," katanya.
Kios baru ini menjual kebutuhan pokok seperti sembako. Dengan ini, Meme dan Makwa bisa memenuhi kebutuhan harian sekaligus berkontribusi pada perekonomian lokal. Mereka kini memiliki sumber penghidupan yang berkelanjutan dan lebih mandiri.
Masyarakat sekitar menyambut baik kehadiran kios tersebut. Mereka memuji semangat Meme dan Makwa yang gigih belajar dari nol.
“Perjalanan mereka luar biasa. Dari hidup di hutan, kini mereka berusaha keras menyesuaikan diri,” ujar Rahman Saha, tokoh masyarakat Galela.
“Kami berharap kios ini menjadi pintu rezeki yang penuh berkah," ujarnya
Program pemberdayaan ini menunjukkan bahwa transformasi sosial dan ekonomi bisa berjalan beriringan dengan dakwah.
BMH Maluku Utara berkomitmen terus mendampingi warga Suku Togutil. Mereka memastikan Meme dan Makwa tidak hanya bertahan, tetapi juga berkembang dalam kehidupan yang lebih baik dan bermartabat.
Dengan langkah mandiri ini, BMH Maluku Utara membuktikan bahwa kebaikan dan kepedulian dapat mengubah kehidupan seseorang.
Semangat gotong royong dan dukungan komunitas menjadi kunci sukses dalam program ini. Harapan besar kini tumbuh di Pulau Sebatik, membawa perubahan positif bagi masa depan warga.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2024
Sebelumnya, Meme dan Makwa hidup di pedalaman hutan dengan segala keterbatasan. Mereka menerima ajaran Islam dan mulai beradaptasi dengan kehidupan baru di kota.
Perubahan signifikan terlihat dari penampilan hingga pola hidup mereka. Dulu tak mengenal pakaian, kini mereka mengenakan busana Islami, termasuk jilbab bagi Makwa.
“Alhamdulillah, kami bersyukur bisa membantu mereka membuka kios ini,” ujar Nurhadi, Kepala Perwakilan BMH Maluku Utara dalam keterangannya, Senin
“Ini bukan hanya soal ekonomi, tetapi juga membangun kepercayaan diri mereka untuk hidup mandiri," katanya.
Kios baru ini menjual kebutuhan pokok seperti sembako. Dengan ini, Meme dan Makwa bisa memenuhi kebutuhan harian sekaligus berkontribusi pada perekonomian lokal. Mereka kini memiliki sumber penghidupan yang berkelanjutan dan lebih mandiri.
Masyarakat sekitar menyambut baik kehadiran kios tersebut. Mereka memuji semangat Meme dan Makwa yang gigih belajar dari nol.
“Perjalanan mereka luar biasa. Dari hidup di hutan, kini mereka berusaha keras menyesuaikan diri,” ujar Rahman Saha, tokoh masyarakat Galela.
“Kami berharap kios ini menjadi pintu rezeki yang penuh berkah," ujarnya
Program pemberdayaan ini menunjukkan bahwa transformasi sosial dan ekonomi bisa berjalan beriringan dengan dakwah.
BMH Maluku Utara berkomitmen terus mendampingi warga Suku Togutil. Mereka memastikan Meme dan Makwa tidak hanya bertahan, tetapi juga berkembang dalam kehidupan yang lebih baik dan bermartabat.
Dengan langkah mandiri ini, BMH Maluku Utara membuktikan bahwa kebaikan dan kepedulian dapat mengubah kehidupan seseorang.
Semangat gotong royong dan dukungan komunitas menjadi kunci sukses dalam program ini. Harapan besar kini tumbuh di Pulau Sebatik, membawa perubahan positif bagi masa depan warga.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2024