Bekasi (Antara Megapolitan-Bogor) - Peraih penghargaan Lomba Teknologi Tepat Guna Provinsi Jawa Barat 2017 Joko Susilo (55) mulai memproduksi sepeda listrik dengan memanfaatkan bahan baku limbah baterai laptop.
"Sepeda ini baru saya rakit pada Maret 2017 dengan memasang komponen listrik berupa baterai, elektronik untuk kecepatan, dan tromol hub. Sebanyak 80 persen komponennya diperoleh dari barang bekas," kata Joko, di Bekasi, Kamis.
Menurut dia, komponen tersebut diperolehnya dari barang bekas sampah rumah tangga yang dikelolanya di lingkungan sekitar.
Sebanyak 80 unit baterai yang terinstalasi pada sepeda tersebut diperoleh dari baterai bekas laptop yang dibeli seharga Rp5.000 hingga Rp10.000 per kemasan isi enam unit baterai.
Joko mengaku, proses pemilihan baterai bekas laptop pun dilakukan secara seksama untuk mencapai kualitas maksimal.
.
"Biasanya saya menentukan dulu jenis baterai bekas yang kondisinya prima. Baterai tersebut kemudian di-charge sampai voltase maksimum 4,2 volt. Baterai bekas yang prima biasanya tidak panas, lalu disimpan beberapa hari tidak turun kandungan listriknya," katanya lagi.
Komponen tersebut dikemas secara rapi menggunakan sampah plastik hingga menyerupai mesin listrik yang dipasang pada bagian jok belakang sepeda.
Sepeda berkekuatan energi listrik 36 volt itu diklaim mampu menempuh perjalanan sejauh 40 kilometer untuk sekali pengisian dengan kecepatan hingga 40 kilometer per jam.
"Pada handlenya saya pasang tarikan gas berikut knop pengaktifan listrik," katanya pula.
Sepeda listrik tersebut dibuat Joko di pelataran rumahnya Perumahan Tytyan Kencana, Kelurahan Margamulya, RT12 RW06, Kecamatan Bekasi Utara, Kota Bekasi, Jawa Barat.
"Modal yang saya keluarkan untuk merakit sepeda listrik ini berkisar Rp1,5 juta berikut rangka sepeda dan perangkat kelistrikannya," kata dia.
Joko menegaskan ketertarikannya merakit sepeda listrik berwarna hitam itu dilatarbelakangi kekhawatirannya terhadap limbah baterai yang belum terkelola dengan baik di daerahnya.
"Kebetulan saya adalah pegiat lingkungan di perumahan saya. Saya menyadari bahwa baterai ini berkategori limbah B3 yang berbahaya, namun sistem pengelolaannya masih sangat terbatas," katanya lagi. (ANT/BPJ).
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2017
"Sepeda ini baru saya rakit pada Maret 2017 dengan memasang komponen listrik berupa baterai, elektronik untuk kecepatan, dan tromol hub. Sebanyak 80 persen komponennya diperoleh dari barang bekas," kata Joko, di Bekasi, Kamis.
Menurut dia, komponen tersebut diperolehnya dari barang bekas sampah rumah tangga yang dikelolanya di lingkungan sekitar.
Sebanyak 80 unit baterai yang terinstalasi pada sepeda tersebut diperoleh dari baterai bekas laptop yang dibeli seharga Rp5.000 hingga Rp10.000 per kemasan isi enam unit baterai.
Joko mengaku, proses pemilihan baterai bekas laptop pun dilakukan secara seksama untuk mencapai kualitas maksimal.
.
"Biasanya saya menentukan dulu jenis baterai bekas yang kondisinya prima. Baterai tersebut kemudian di-charge sampai voltase maksimum 4,2 volt. Baterai bekas yang prima biasanya tidak panas, lalu disimpan beberapa hari tidak turun kandungan listriknya," katanya lagi.
Komponen tersebut dikemas secara rapi menggunakan sampah plastik hingga menyerupai mesin listrik yang dipasang pada bagian jok belakang sepeda.
Sepeda berkekuatan energi listrik 36 volt itu diklaim mampu menempuh perjalanan sejauh 40 kilometer untuk sekali pengisian dengan kecepatan hingga 40 kilometer per jam.
"Pada handlenya saya pasang tarikan gas berikut knop pengaktifan listrik," katanya pula.
Sepeda listrik tersebut dibuat Joko di pelataran rumahnya Perumahan Tytyan Kencana, Kelurahan Margamulya, RT12 RW06, Kecamatan Bekasi Utara, Kota Bekasi, Jawa Barat.
"Modal yang saya keluarkan untuk merakit sepeda listrik ini berkisar Rp1,5 juta berikut rangka sepeda dan perangkat kelistrikannya," kata dia.
Joko menegaskan ketertarikannya merakit sepeda listrik berwarna hitam itu dilatarbelakangi kekhawatirannya terhadap limbah baterai yang belum terkelola dengan baik di daerahnya.
"Kebetulan saya adalah pegiat lingkungan di perumahan saya. Saya menyadari bahwa baterai ini berkategori limbah B3 yang berbahaya, namun sistem pengelolaannya masih sangat terbatas," katanya lagi. (ANT/BPJ).
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2017